Yuri merapikan buku yang terletak
di atas mejanya. Tanpa pikir panjang ia segera meraih tasnya dan keluar ruangan
tanpa ia sadar ada sepasang mata sedang membuntutinya. Sepasang mata itu
melihat Yuri ke parkiran mobil dan meraih mobil berwarna putih. Yuri berhenti
di sebuah kafe. Kim Bum yang membutuntinya hingga sampai disana heran dengan
tempat yang dituju Yuri. Bukannya langsung pulang ke rumah melainkan singgah di
kafe. Sepertinya kafe itu merupakan rumah kedua untuk Yuri.
Kim Bum tercengang melihat Yuri
yang langsung memetikkan jari lentiknya ke piano yang terletak di sudut kafé.
Kini Ia membuka mulutnya dan melantunkan lagu “Mistake” sebuah lagu yang Ia
ciptakan sendiri. Suaranya yang merdu membut Kim Bum semakin terkagum-kagum
olehnya.
“Anda pesan apa, Tuan,” Tanya pelayan saat melihat
Kim Bum yang sudah mengambil posisi duduk. Kim Bum tak menghiraukan pertanyaan
pelayan itu. Ia terlalu sibuk melihat pesona Yuri.
“Mau pesan apa, Tuan,”
tegas pelayan itu.
“Perempuan cantik,”
ucap Kim Bum
“Apa??? Anda mau
memesan perempuan cantik,” balas pelayan itu heran.
“Ohh bukan! Maksudku, aku mau pesan makanan dan
minuman yang paling mahal di sini,” sela Kim Bum tersadar dari lamunannya.
****
“Saatnya menjadi cewek feminim. Aja aja hwaiting,”
ujar So Eun penuh semangat kepada dua sahabatnya. Ia sudah bertekad akan
merubah dirinya sesuai dengan apa yang diidamkan oleh Kim Bum.
So Eun memeluk kedua sahabatnya dengan gembira.
“Pokoknya kamu harus semangat. Kami akan selalu
membantumu . kami rela jadi payungmu saat hujan. Kami rela jadi lap saat kamu
berkeringat dan kami siap jadi sapu tanganmu saat kamu menangis,” ucap Hong Ki,
ucapannya mengundang tawa dari temannya. Tumben sekali Hong Ki bisa berkata
bijak seperti itu.
“So sweet,” ucap So Eun sambil mencubit pipi Hong
Ki.
Mereka kembali tertawa. Geun Suk menghampiri mereka
bertiga dengan suasana hati ceria. Kedatangan Geun Suk yang tiba-tiba membuat
mereka berhenti tertawa.
“Hey.. sepertinya kalian sedang bergembira ya,” sapa
Geun Suk.
“Tumben kau nimbrung dengan kami, kawan,” timpal
Hong Ki.
“Ne, sebenarnya aku ada urusan dengan So Eun,” jawab
Geun Suk mengalihkan pandangannya ke wajah So Eun.
“So Eun, kamu dipanggil oleh guru Lee. Ada kabar
gembira buatmu.
“Jeongmal?”
“Ayo ikut aku,” ajak Geun Suk
So Eun kemudian mengikuti langkah Geun Suk. Ia tak
lupa melambaikan tangannya kepada kedua sahabatnya.
“Mereka berdua memang serasi ya,” ujar Hong Ki saat
melihat So Eun dan Geun Suk berjalan beriringan.
“Hushh,” balas Ji Yeon menyikut lengan Hong Ki. Ia
sangat paham dengan perasaan So Eun saat ini. Bukan Geun Suk yang diincar So
Eun melainkan Kim Bum.
“Apalagi kita berdua. Kita benar-benar serasi kan,”
goda Hong Ki.
Kali ini kesabaran Ji Yeon sudah habis. Dijitaknya
jidat Hong Ki.
“Kau ini tambah mengada-ada,” ujar Ji Yeon sambil
berlalu meninggalkan Hong Ki.
“Bukan mengada-ada tapi inilah yang sebenarnya,”
batin Hong Ki.
“So Eun kemarilah,” pinta pak Lee selaku guru olahraga.
So Eun berjalan menuju guru Lee.
“Ne, ada apa pak,” Tanya So Eun
“Dalam kurun waktu setahun ini saya melihat
permainan basketmu sangat cantik. Terlebih lagi saat melawan SSHS kemarin, kau telah mentecak gol berkali-kali.
Untuk itulah aku memutuskan untuk memasukkanmu sebagai pemain inti di tim
basket.”
Mendengar pernyataan tersebut membuat So Eun
tercengang. Seluruh bola matanya hendak keluar. Ia memasukkan kembali bola
matanya yang hendak keluar. Ia mengembalikkan dirinya ke posisi sadar.
“Mianahamnida, tapi aku tak mau lagi menjadi tim
inti,” papar So Eun.
Semua orang terkejut mendengar ucapan So Eun,
lebih-lebih Geun Suk.
“Wae, bukannya dari dulu kamu terobsesi menjadi
pemain inti,” Tanya Geun Suk heran.
“Untuk saat ini aku benar-benar tidak bisa karena…
ee.. karena…” So Eun tak bisa melanjutkan kalimatnya.
“Karena apa?” Tanya Geun Suk tak sabaran.
“Karena aku akan bergabung sebagai tim
cheerleaders,” yakin So Eun.
Sontak semua orang yang berada di ruangan kaget
mendengar lontaran dari mulut So Eun.
Perasaan kaget itulah yang membuat mereka ingin pingsan namun
mengurungkan niatnya disebabkan tidak ada alas di bawah melainkan hanya lantai
kotor.
****
“5, 6, 7, 8. 5, 6, 7, 8.” So Eun sudah bersusah
payah menghapal gerakan cheers . sudah berkali-kali ia mencobanya namun selalu
saja salah. Sudah 3 hari terakhir ini ia mulai berlatih gerakan cheer dan telah
mendapat izin dari pelatih untuk bergabung di sana. Semua itu tentunya atas
bantuan dari Ji Yeon sang ketua cheer. Gerakan cheer ternyata 2 kali lebih
susah dari pada memasukkan bola ke ring. Meskipun So Eun telah berlatih keras
namun ia sangat susah menghapal gerakannya. Ji Yeon memberikan perhatian intens
terhadap sahabatnya yang masih awam.
“So Eun-ah, caranya gini. Five, ulurkan tanganmu.
Six, putar pergelangan tanganmu dengan cepat.”
Ji Yeon melatih So Eun dengan sabar dan teliti .
“Sepertinya So Eun sudah bisa, ayo kita lanjutkan
latihannya,” pimpin Ji Yeon.
“5, 6, 7, 8. 5, 6….” Suara So Eun terhenti melihat
gerakan So Eun yang selalu salah.
“So Eun, bisakah kamu mengikuti gerakannya?” Tanya
Ji Yeon.
“Udahlah, aku bosan berlatih lagi. Baru mau
menggerakkan badan sudah dipotong karena kesalahn wanita perkasa itu. Aku tak
mau latihan lagi, capek!” omel Jessica sambil melemparkan pom-pomnya. Kemudia
ia keluar ruangan disusul oleh kedua sahabatnya.
So Eun merasa bersalah akibat kesalahan yang
dibuatnya. Ji Yeon yang melihatnya langsung menghampiri So Eun.
“Mianheyo,” ucap So Eun menunduk.
“Gwenchana, Ji Yeon-ah. Lagian ini juga baru awal.
Kamu harus berusaha lebih keras lagi,” ungkap Ji Yeon menenangkan hati
sahabatnya.
“Sebentar lagi aka nada acara ulang tahun sekolah.
Kamu harus menunjukkan dirimu bahwa kamu adalah wanita idaman setiap pria. Aku
akan membantumu.”
“Hahh gomawo Ji Yeon-ah,” ujar So Eun memeluk Ji
Yeon.
“Aja aja hwaiting,” semangat Ji Yeon
“Aja aja hwaiting,” timpal So Eun.
“Aja aja hwaiting,” sorak mereka berdua.
****
So Eun keluar dari ruangan cheer hendak menuju
parkiran motornya. Ia berjalan melewati lapangan basket dengan wajah menunduk.
Kerinduannya bermain basket ia simpan dalam-dalam. Setiap kali ia melewati
tempat itu ia tak memiliki keberanian untuk menatapnya.
“Buuukkk”
lemparan keras bola basket mengenai dahinya. So Eun sudah mengepalkan
tangannya berniat untuk memukul.
“Kau tidak apa-apa?”
Tanya seseorang
Suara itu sepertinya tidak asing.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya laki-laki itu kembali
sambil mengelus dahi So Eun. So Eun mendongak melihat laki-laki yang kini
berasa di dekatnya.
“Hey kau, di saat situasi seperti ini. Kau masih
terpukau melihat ketampananku?” heran Kim Bum sambil pergi.
Kim Bum menoleh kembali dan bekata, “Oh ya…
terimakasih karena kau telah berhasil menjahiliku,” senyum Kim Bum.
So Eun masih tertegun dengan apa yang telah
dialaminya tadi. Kim Bum telah mengelus dahinya hal itu yang membuat So Eun
Nampak bahagia. Saat itu pula ia berjanji bahwa apabila ia mencuci muka,
terlebih dahulu ia akan melapis dahinya menggunakan kapas. Dengan begitu
sentuhan tangan Kim Bum akan kekal abadi di dahinya.
****
Pesta ulang tahun sekolah pun tiba. Semua siswa dan
guru sudah berkumpul di aula tak terkecuali So Eun, Ji Yeon, dan Hong Ki.
“Aku sungguh tidak nyaman dengan gaun ini. Rasanya
aku tidak bisa bernafas. Apalagi kakiku ini sudah sakit terjerat heel ini.
Aisshhh,” omel So Eun merasa tidak nyaman dengan penampilannya.
“Kamu hanya belum terbiasa,” timpal Ji Yeon.
“Ji Yeon, kamu jadi pasangan dansaku ya?” ajak Hong
Ki, Ji Yeon pun mengangguk.
“Kalian curang…” kesal So Eun
“Kau cari saja lelaki yang lebih perkasa darimu agar
kau tidak bisa membantingnya saat dansa nanti,” ejek Hong Ki.
Kim Bum datang diiringi sorak sorai para cewek.
“omoooooo baby cute,” ujar salah satu cewek.
“Kim Bum, maukah kamu berdansa denganku,” pinta
Jessica sambil merangkul lengan Kim Bum.
Kim Bum langsung menolaknya, matanya kini tertuju
pada Yuri. Yuri yang memakai gaun dengan atas merah dan bawahan tembus pandang
membuat lekukan tubuhny yang seksi terlihat jelas.
Kim Bum semakin terpesona melihatnya.
Kim Bum semakin terpesona melihatnya.
“Brukk…” So Eun terjatuh akibat heelnya yang terlalu
tinggi. Melihat adegan tersebut, Jessica langsung mengejek So Eun.
“Dasar wanita perkasa. Kau tak pantas memakai gaun
seperti itu. Kau tampak seperti banci.”
Mendengar perkataan Jessica. So Eun bangkit dan
membuang sandal heelnya. So Eun menghampiri Jessica. Kemudian menjambak
rambutnya. Aksi jambak menjambak belangsung. So Eun menarik gaun Jessica hingga
sobek.
“Hentikan,” ucap Kim Bum dengan volume yang
ditinggikan.
So Eun dan Jessica segera menghentikan aksinya.
“Kalian ini seperti anak kecil saja. Aku paling
tidak suka melihat cewek kasar sepertimu,” ujarnya menatap So Eun.
To be continued. . . .
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar