Kamis, 20 September 2012

Love You as the Way You Are (Part 2) Berubah Demimu



Yuri merapikan buku yang terletak di atas mejanya. Tanpa pikir panjang ia segera meraih tasnya dan keluar ruangan tanpa ia sadar ada sepasang mata sedang membuntutinya. Sepasang mata itu melihat Yuri ke parkiran mobil dan meraih mobil berwarna putih. Yuri berhenti di sebuah kafe. Kim Bum yang membutuntinya hingga sampai disana heran dengan tempat yang dituju Yuri. Bukannya langsung pulang ke rumah melainkan singgah di kafe. Sepertinya kafe itu merupakan rumah kedua untuk Yuri.
Kim Bum tercengang melihat Yuri yang langsung memetikkan jari lentiknya ke piano yang terletak di sudut kafĂ©. Kini Ia membuka mulutnya dan melantunkan lagu “Mistake” sebuah lagu yang Ia ciptakan sendiri. Suaranya yang merdu membut Kim Bum semakin terkagum-kagum olehnya.
“Anda pesan apa, Tuan,” Tanya pelayan saat melihat Kim Bum yang sudah mengambil posisi duduk. Kim Bum tak menghiraukan pertanyaan pelayan itu. Ia terlalu sibuk melihat pesona Yuri.
“Mau pesan apa, Tuan,” tegas pelayan itu.
“Perempuan cantik,” ucap Kim Bum
“Apa??? Anda mau memesan perempuan cantik,” balas pelayan itu heran.
“Ohh bukan! Maksudku, aku mau pesan makanan dan minuman yang paling mahal di sini,” sela Kim Bum tersadar dari lamunannya.
****
“Saatnya menjadi cewek feminim. Aja aja hwaiting,” ujar So Eun penuh semangat kepada dua sahabatnya. Ia sudah bertekad akan merubah dirinya sesuai dengan apa yang diidamkan oleh Kim Bum.
So Eun memeluk kedua sahabatnya dengan gembira.
“Pokoknya kamu harus semangat. Kami akan selalu membantumu . kami rela jadi payungmu saat hujan. Kami rela jadi lap saat kamu berkeringat dan kami siap jadi sapu tanganmu saat kamu menangis,” ucap Hong Ki, ucapannya mengundang tawa dari temannya. Tumben sekali Hong Ki bisa berkata bijak seperti itu.
“So sweet,” ucap So Eun sambil mencubit pipi Hong Ki.
“Yeee kamu aja kali, aku gak ikutan,” timpal Ji Yeon.

Mereka kembali tertawa. Geun Suk menghampiri mereka bertiga dengan suasana hati ceria. Kedatangan Geun Suk yang tiba-tiba membuat mereka berhenti tertawa.
“Hey.. sepertinya kalian sedang bergembira ya,” sapa Geun Suk.
“Tumben kau nimbrung dengan kami, kawan,” timpal Hong Ki.
“Ne, sebenarnya aku ada urusan dengan So Eun,” jawab Geun Suk mengalihkan pandangannya ke wajah So Eun.
“So Eun, kamu dipanggil oleh guru Lee. Ada kabar gembira buatmu.
“Jeongmal?”
“Ayo ikut aku,” ajak Geun Suk
So Eun kemudian mengikuti langkah Geun Suk. Ia tak lupa melambaikan tangannya kepada kedua sahabatnya.
“Mereka berdua memang serasi ya,” ujar Hong Ki saat melihat So Eun dan Geun Suk berjalan beriringan.
“Hushh,” balas Ji Yeon menyikut lengan Hong Ki. Ia sangat paham dengan perasaan So Eun saat ini. Bukan Geun Suk yang diincar So Eun melainkan Kim Bum.
“Apalagi kita berdua. Kita benar-benar serasi kan,” goda Hong Ki.
Kali ini kesabaran Ji Yeon sudah habis. Dijitaknya jidat Hong Ki.
“Kau ini tambah mengada-ada,” ujar Ji Yeon sambil berlalu meninggalkan Hong Ki.
“Bukan mengada-ada tapi inilah yang sebenarnya,” batin Hong Ki.
“So Eun kemarilah,” pinta pak Lee selaku guru olahraga. So Eun berjalan menuju guru Lee.
“Ne, ada apa pak,” Tanya So Eun
“Dalam kurun waktu setahun ini saya melihat permainan basketmu sangat cantik. Terlebih lagi saat melawan SSHS  kemarin, kau telah mentecak gol berkali-kali. Untuk itulah aku memutuskan untuk memasukkanmu sebagai pemain inti di tim basket.”
Mendengar pernyataan tersebut membuat So Eun tercengang. Seluruh bola matanya hendak keluar. Ia memasukkan kembali bola matanya yang hendak keluar. Ia mengembalikkan dirinya ke posisi sadar.
“Mianahamnida, tapi aku tak mau lagi menjadi tim inti,” papar So Eun.
Semua orang terkejut mendengar ucapan So Eun, lebih-lebih Geun Suk.
“Wae, bukannya dari dulu kamu terobsesi menjadi pemain inti,” Tanya Geun Suk heran.
“Untuk saat ini aku benar-benar tidak bisa karena… ee.. karena…” So Eun tak bisa melanjutkan kalimatnya.
“Karena apa?” Tanya Geun Suk tak sabaran.
“Karena aku akan bergabung sebagai tim cheerleaders,” yakin So Eun.
Sontak semua orang yang berada di ruangan kaget mendengar lontaran dari mulut So Eun.  Perasaan kaget itulah yang membuat mereka ingin pingsan namun mengurungkan niatnya disebabkan tidak ada alas di bawah melainkan hanya lantai kotor.
****
“5, 6, 7, 8. 5, 6, 7, 8.” So Eun sudah bersusah payah menghapal gerakan cheers . sudah berkali-kali ia mencobanya namun selalu saja salah. Sudah 3 hari terakhir ini ia mulai berlatih gerakan cheer dan telah mendapat izin dari pelatih untuk bergabung di sana. Semua itu tentunya atas bantuan dari Ji Yeon sang ketua cheer. Gerakan cheer ternyata 2 kali lebih susah dari pada memasukkan bola ke ring. Meskipun So Eun telah berlatih keras namun ia sangat susah menghapal gerakannya. Ji Yeon memberikan perhatian intens terhadap sahabatnya yang masih awam.
“So Eun-ah, caranya gini. Five, ulurkan tanganmu. Six, putar pergelangan tanganmu dengan cepat.”
Ji Yeon melatih So Eun dengan sabar dan teliti .
“Sepertinya So Eun sudah bisa, ayo kita lanjutkan latihannya,” pimpin Ji Yeon.
“5, 6, 7, 8. 5, 6….” Suara So Eun terhenti melihat gerakan So Eun yang selalu salah.
“So Eun, bisakah kamu mengikuti gerakannya?” Tanya Ji Yeon.
“Udahlah, aku bosan berlatih lagi. Baru mau menggerakkan badan sudah dipotong karena kesalahn wanita perkasa itu. Aku tak mau latihan lagi, capek!” omel Jessica sambil melemparkan pom-pomnya. Kemudia ia keluar ruangan disusul oleh kedua sahabatnya.
So Eun merasa bersalah akibat kesalahan yang dibuatnya. Ji Yeon yang melihatnya langsung menghampiri So Eun.
“Mianheyo,” ucap So Eun menunduk.
“Gwenchana, Ji Yeon-ah. Lagian ini juga baru awal. Kamu harus berusaha lebih keras lagi,” ungkap Ji Yeon menenangkan hati sahabatnya.
“Sebentar lagi aka nada acara ulang tahun sekolah. Kamu harus menunjukkan dirimu bahwa kamu adalah wanita idaman setiap pria. Aku akan membantumu.”
“Hahh gomawo Ji Yeon-ah,” ujar So Eun memeluk Ji Yeon.
“Aja aja hwaiting,” semangat Ji Yeon
“Aja aja hwaiting,” timpal So Eun.
“Aja aja hwaiting,” sorak mereka berdua.
****
So Eun keluar dari ruangan cheer hendak menuju parkiran motornya. Ia berjalan melewati lapangan basket dengan wajah menunduk. Kerinduannya bermain basket ia simpan dalam-dalam. Setiap kali ia melewati tempat itu ia tak memiliki keberanian untuk menatapnya.
“Buuukkk”  lemparan keras bola basket mengenai dahinya. So Eun sudah mengepalkan tangannya berniat untuk memukul.
“Kau tidak apa-apa?”  Tanya seseorang
Suara itu sepertinya tidak asing.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya laki-laki itu kembali sambil mengelus dahi So Eun. So Eun mendongak melihat laki-laki yang kini berasa di dekatnya.
“Kim Bum.” Suara So Eun melemah. Ia hanya bisa bengong melihat Kim Bum.

“Hey kau, di saat situasi seperti ini. Kau masih terpukau melihat ketampananku?” heran Kim Bum sambil pergi.
Kim Bum menoleh kembali dan bekata, “Oh ya… terimakasih karena kau telah berhasil menjahiliku,” senyum Kim Bum.
So Eun masih tertegun dengan apa yang telah dialaminya tadi. Kim Bum telah mengelus dahinya hal itu yang membuat So Eun Nampak bahagia. Saat itu pula ia berjanji bahwa apabila ia mencuci muka, terlebih dahulu ia akan melapis dahinya menggunakan kapas. Dengan begitu sentuhan tangan Kim Bum akan kekal abadi di dahinya.
****
Pesta ulang tahun sekolah pun tiba. Semua siswa dan guru sudah berkumpul di aula tak terkecuali So Eun, Ji Yeon, dan Hong Ki.
“Aku sungguh tidak nyaman dengan gaun ini. Rasanya aku tidak bisa bernafas. Apalagi kakiku ini sudah sakit terjerat heel ini. Aisshhh,” omel So Eun merasa tidak nyaman dengan penampilannya.
“Kamu hanya belum terbiasa,” timpal Ji Yeon.
“Ji Yeon, kamu jadi pasangan dansaku ya?” ajak Hong Ki, Ji Yeon pun mengangguk.
“Kalian curang…” kesal So Eun
“Kau cari saja lelaki yang lebih perkasa darimu agar kau tidak bisa membantingnya saat dansa nanti,” ejek Hong Ki.
Kim Bum datang diiringi sorak sorai para cewek.
“omoooooo baby cute,” ujar salah satu cewek.
“Kim Bum, maukah kamu berdansa denganku,” pinta Jessica sambil merangkul lengan Kim Bum.
Kim Bum langsung menolaknya, matanya kini tertuju pada Yuri. Yuri yang memakai gaun dengan atas merah dan bawahan tembus pandang membuat lekukan tubuhny yang seksi terlihat jelas.

Kim Bum semakin terpesona melihatnya.
“Brukk…” So Eun terjatuh akibat heelnya yang terlalu tinggi. Melihat adegan tersebut, Jessica langsung mengejek So Eun.
“Dasar wanita perkasa. Kau tak pantas memakai gaun seperti itu. Kau tampak seperti banci.”
Mendengar perkataan Jessica. So Eun bangkit dan membuang sandal heelnya. So Eun menghampiri Jessica. Kemudian menjambak rambutnya. Aksi jambak menjambak belangsung. So Eun menarik gaun Jessica hingga sobek.
“Hentikan,” ucap Kim Bum dengan volume yang ditinggikan.
So Eun dan Jessica segera menghentikan aksinya.
“Kalian ini seperti anak kecil saja. Aku paling tidak suka melihat cewek kasar sepertimu,” ujarnya menatap So Eun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar