Selasa, 27 November 2012

Melabuhkan Perih di Malam ini



Setelah berapa kali ku coba tuk menahan. Menahan rasa perih. Malam ini kucoba tuk lampiaskan rasa perih itu dalam sebuah tangisan. Malam yang sangat buruk. Inilah air mata terparah sepanjang aku menjalani hidupku. Aku tak bisa menghentikan tangisku ini. Semakin ku pejamkan mata semakin pula rasa perih itu teruh menghujani hatiku. Bak seorang pemanah memburu seekor zebra. Aku selalu berusaha untuk tetap tegar, aku selalu berpegang kepada pepatah seperti ini. jika aku selalu mengeluh dan selalu bertanya mengapa aku diberikan masalah seperti ini, kenapa harus aku, namun jika Tuhan menjawab pertanyaan kita itu dengan jawaban “why not” lalu apa yang bisa kita lakukan??
Mungkin kita tidak pernah tahu jalan yang diberikan dengan kehidupan kita. Tuhan telah memberikan semua cobaan di dunia sesuai dengan kemampuan kita. Kita merasa tidak pernah bersyukur terhadap apa yang Tuhan berikan kepada kita karena sejatinya kita tidak mengetahui sosok Tuhan itu dengan baik akan tetapi Tuhan itu know us so well.
Malam ini aku begitu seperti orang bodoh. Menangis seperti anak kecil yang meminta permen dari Ibunya. Tangis ku bagaikan seorang yang merasa aku lah orang yang memiliki nasib paling malang di dunia ini. sepertinya malam ini adalah jodoh ku untuk melabuhkan semua rasa sakit yang telah ku pendam sejak lama. Ternyata aku berpikiran salah, aku harus bisa meyakinkan diriku bahwa masih banyak lagi orang yang jauh lebih sengsara dari pada aku.
Aku berusaha untuk melupakan masalah ini namun amat berat rasanya untukku melupakannya. Melupakan hal itu seakan mencoba untuk membaca isi hati seseorang. Aku berusaha menghapus masalah itu dari memori otak ku namun tidak berhasil karena memori itu bagaikan sebuah tato permanen yang tidak bisa dihilangkan.
Oke, aku akan menyelesaikannya dengan tertidur. Tidak,,, 20 menit rasanya, mataku tidak bisa terpejam. Justru yang kurasakan adalah bulir-bulir air mata yang terus mengalir di pelupuk mataku, membasahi pipi ku, dan menghabiskan tisu ku. Sepertinya air mata ini sudah mampu membasahi ujung bawah kasur ku.
Jika kegalauan hati ini sudah sampai pada ubun-ubun. Apakah yang bisa aku lakukan untuk hanya sekedar mengurangi kenyerian hati ini. Setelah berhasil melawan ego akhirnya aku memutuskan untuk maen Emili’s Wonder Wedding, hahaha. Meskipun keesokan harinya aku harus berangkat pagi namun aku tak punya daya untuk memaksakan diriku untuk terbang ke alam mimpi.
Alhasil, setelah azan berkumandang. Mata sudah mulai merekatkan diri. Sudah tidak bisa dibuka lagi. Sepertinya mataku telah di lem dengan lem super ketat. Sebentar sepertinya ada hal yang mengganjal di mukaku. Jejengggg saat melihat kaca ternyata mataku sembap+bengkak dan bibir tambah doer. Mau tidak mau sebelum merebahkan diri di atas kasur, aku harus mengompres pelupuk mata dan bibir ku. Kan malu kalau ketahuan menangis, seperti anak kecil saja.
Sekitar pukul jam 8 saatnya mandi dan persiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Oppss tunggu dulu sebelum pergi aku kembali mengompres bagian yang bengkak. Setelah itu agar mata tidak terlihat sembap aku memakai eye-liner untuk menyiasati agar terlihat natural. Hehee. Oke deh sekarang aku sudah siap menjalani hari yang lebih ceria *I wish that* :D:D:D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar