Mayul
berusaha mengambil kunci motor yang sedang di pegang oleh Nizam. Mayul sebal
dengan perlakuan Nizam yang terlalu sayang akan motornya. Nizam sendiri
sebenarnya ingin meminjamkannya kepada Mayul namun Ia tak tega melihat motornya
dijamah orang lain.
“Aku hanya pinjam sebentar, gak lama” pinta Mayul
mengambil kunci motor di tangan Nizam. Nizam
diam sejenak menahan nafasnya. “Hey kau” ujar Mayul mengagetkan Nizam dari
lamunannya
“Oke kamu bisa pinjam Baby Mio (sebutan untuk motor
Nizam) tapi ingat dijaga dengan baik jangan sampai ada yang lecet. Nizam
kemudian mengelus-elus motornya dengan lembut
“Anggap dia seolah-olah mahluk hidup agar kau tak
memperlakukannya semena-mena” lanjutnya. “Kau ini Baby Miomu sudah kayak pacar
kau aja, pantesan gadis-gadis tak ada satupun yang nempel di pundakmu” ujar
Mayul kabur melihat muka Nizam yang mulai memerah.
Nizam
memang sangat sayang dengan motornya, Mayul juga mengetahui hal itu. Motor itu
adalah hasil dari jerih payahnya selama ini. Ia kerja part time untuk
melunasi tunggakan biaya motornya. Motornya begitu bersih dan selalu mengkilap,
sebelum Ia hendak naik motornya Ia akan memastikan sepatunya sudah bersih agar
motornya tak tersentuh oleh kotoran.
*****
Nizam
terlihat sibuk memegang tumpukan buku-buku mata kuliahnya. Libur semester
ganjil dimulai 2 hari lagi. Ia sudah tak sabar ingin pulang, paling tidak
dengan pulang perutnya akan selalu buncit. Ia tersenyum sambil membayangkan
bagaimana Ia menjadi mahasiswa baru dulu. Ia sangat berambisi untuk meneggakkan
hukum di Lombok Tengah karena seperti yang Ia ketahui hukum di wilayahnya
sangat lemah. Pembunuhan dan pencurian merupakan trend yang sedang
berkembang diwilayahnya sekarang ini. Maka dari itu Ia bertekad apabila telah
lulus kelak. Dia dapat menegakkan prinsip Juctitia (keadilan). “Tak menyangka
sekarang sudah mau semester 6, sebentar lagi namaku menjadi ‘Nizam Zulhilmi SH’
asyik” gumamnya
“Hey ngapain kau senyum-senyum sendiri” ujar Mayul
mengagetkan Nizam dari lamunannya
“Kau ini, selalu datang disaat yang tidak tepat” sesal
Nizam. “Ehh iya pas pulang kamupng, aku nebeng kau ya” pinta Mayul. “Tumben”
sindir Nizam.
“Meskipun nantinya aku jadi gembel disana gara-gara
gak ada motor”
“Emangnya kenapa bukannya kita libur 3 mingguan,
bisakah kau hidup tanpa motor?” Tanya Nizam heran melihat Mayul tidak seperti
biasanya.
“Kan ada kamu yang selalu setia meminjamkan baby
miomu kepadaku” hahaha ejek Mayul puas. “Cihhhh” Nizam buang muka. “Lagian aku
males. Tau gak, sekarang ini lagi banyak maling dan rampok. Hampir tiap malam
pasti ada warga yang kehilangan motor, sapi, bahkan lampu di depan rumah mereka
pun diembat sama maling”
“Hahhh apa” teriak Nizam heran. Dia tak menyangka
ternyata wilayah tempat Ia tinggal begitu rawan pencurian. “Iya sekarang memang
lagi rawan pencurian. maklumlah sang maling lagi mempersiapkan diri mereka
untuk bau nyale (ritual adat sasak yang diadakan satu tahun sekali)”
ucap Mayul seakan tahu apa yang sedang dipikirkan Nizam.
*****
Nizam
duduk santai di depan rumahnya ditemani sebatang rokok dan secangkir kopi. Apa
yang dikatakan Mayul ternyata benar. Setiap hari warga dihantui oleh maling.
Dia pun melihat kejadian tepat di depan matanya. Saat seorang gadis asyik
mengendarai sepeda motornya bersama teman yang diboncengnya. Namun ternyata
dari arah belakang terdapat dua motor Satria F sedang menguntitntya. Dengan
teganya kedua penguntit tersebut menendang motor sang gadis. Setelah mereka jatuh
sang penguntit membawa kabur motornya. Pencurian motor berhasil. Insiden
pencurian dan perampokan itulah yang membuat wilayahnya kini begitu sunyi. Tak
ada sepeda motor yang lewat jika sudah di atas jam 8 malam yang terdengar
hanyalah kendaraan roda 4. Para warga takut sewaktu-waktu akan dirampas
hartanya di jalanan. Telepon dari Mayul membuyarkan Nizam dari lamunannya.
“Heyy kau kesinilah” ujar Mayul di telepon. “Aku
habis kondangan ini kebetulan ada sayur ares (sayur pohon pisang dengan
kuah santan). Mumpung masih hangat” lanjut Mayul berniat mengajak Nizam makan
bareng di rumahnya.
“Tapi aku sudah terlanjur memasukkan baby mio ke
dalam rumah,” jawab Nizam kembali mencari posisi duduk.
“Sudahlah, biar baby miomu gak marah. Maka kau harus
mengelusnya terlebih dahulu, rayu dia. bila perlu kau peluk dia agar dia mau
keluar. Hahaha. Kali ini aku serius ayo buruan ke rumahku, bukankah kau paling
suka ares,”
Nizam hanya nyengir mendengar ejekan Mayul. Awalnya
Ia tak mau keluar namun terpaksa Ia harus menelan ludah karena bayangan sayur ares
sudah berterbangan disetiap pemandangannya.
*****
“Kau tahu tidak semalam ada maling yang ketangkap
basah, krekk kepalanya dipenggal” Mayul memperagakannya. Nizam sudah sedari
tadi berada di rumahnya
“Gila, baru kemarin ada maling yang dibunuh sekarang
ada lagi. Ckckck”
“Iyahh meskipun maling sudah banyak yang dibunuh,
tapi warga juga banyak yang dibunuh korban. Tau gak kabarnya maling yang
ditangkap kemarin kupingnya hilang sampai sekarang belum ditemukan. Kalau
sampai kupingnya tak ditemukan maka arwahnya akan terus gentayangan”
Nizam yang mendengarnya melongo. Digenggamnya
tangannya yang sedari tadi basah akibat keringat. Mayul menyodorkan makanan ke
Nizam. “Sudah jangan bengong terus. nih lanjutkan makananmu.” Nizam mengambil
segenggam makanan yang tersedia kemudian memasukkan makanan ke dalam mulutnya
yang lebar.
“Sudah sepantasnya maling itu dibunuh. Liat saja
masak tiap hari mereka dapat uang dengan cara segampang itu, hati-hati aja kau
dengan baby miomu. Mungkin sebentar lagi akan menjadi santapan sang maling”
Mendengar kalimat terakhir Mayul. Membuat Nizam
tersedak dan mengeluarkan seluruh isi dalam mulutnya. Ciparatan isi mulutnya
mengenai Mayul. “Hey, apa-apaan kau ini. Apa yang sedang kau lakukan.” Mayul
terus mengoceh sedangkan Nizam tak memperdulikan celotehannya. Bulu romanya
begidik. Hati-hatinya was-was.
“Perasaanku tidak enak” ujar Nizam. Kemudian berlari
keluar rumah. Mayul pun menyusul nizam sambil mencomot makanan di meja.
Seperti yang sudah diperkirakan oleh Mayul. Ternyata
motor Nizam sudah lenyap dibawa sang maling. Nizam terduduk lemas membayangkan
nasib baby mionya. Membayangkan bagaimana begitu susah payahnya Ia mengumpulkan
uang untuk melunasi tunggakan motornya. Barang yang begitu dia cintai dan
banggakan kini telah lenyap secara tak hormat.
“Maafkan aku zam, kata Mayul” sambil menepuk bahu
Nizam. “Tak ada kata yang dapat diucapkan selain kata sabar” lanjutnya. Nizam
hanya mendesah. Badannya mulai ambruk merenungi nasib baby mio.
“Baby mio akan kembali asalkan kamu bisa membayar
uang tebusan, yahh kira-kira sebesar 3 juta. Menurut warga yang telah
kehilangan motornya. 3 hari setelah motor hilang si maling akan menelpon dan
meminta uang tebusan. Tapi jangan sekali-kali lapor polisi karena jika melapor
maka motornya akan musnah,” ucap Mayul. Dia sebenarnya tak tega melihat kondisi
temannya.
*****
Perkataan Mayul terbuti benar setelah 3 hari insiden
kehilangan motornya nizam. Sang maling menelpon Nizam untuk meminta uang
tebusan. Ia diberikan kesempatan selama 3x24 jam. Nizam sudah mempersiapkan
sebuah rencana agar dapat menegakan hukum dan dapat kembalinya baby mionya
secara terhormat. Direkamlah semua isi pembicaraan si maling. Bukti sudah kuat
tinggal diurus sama kepolisian. Semua bukti telah Ia serahkan kepada pihak yang
berwajib. Tinggal menunggu waktu dimana Ia akan berhadapan dengan sang maling.
Saat
penebusan pun telah dimulai. Nizam bersama Mayul sudah sampai ke markas maling.
Hatinya begitu senang, senyumannya merekah saat melihat baby mionya berdiri
tegak dan dalam keadaan baik-baik saja. “Serahkan uang kau,” ujar si maling.
“Maaf Anda tidak bisa melakukan ini karena ini merupakan tindakan salah dan
harus diselesaikan secara hukum,” jawab Nizam secara tegas. “Cihhh, bajingan
tengik tau apa kau soal ini. Baru lahir juga masih ngelawan,” ujar si Maling
meludah. “Saya sudah melaporkan Anda kepada pihak kepolisian, dan…” kalimat
Nizam terhenti saat mendengar suara tepuk tangan dari arah belakang. “Terima
kasih atas keberanian Anda, saya tersanjung melihat keberanian Anda” ujar
seorang polisi menghampiri mereka. Nizam tercengang melihat apa yang sedang
berada dihadapannya. Ternyata polisi tempat Ia melapor adalah kerabatnya
maling. “sial” gumam Nizam. “hhohh jadi kamu melapor dengan bocah tengik ini.
Hahahaha” tawa keras keluar dari mulut sang maling. “Kau tahu tidak bocah
tengik ini adalah partnerku maen judi, lagian dia juga takut denganku,”
ujar sang maling melanjutkan perkataannya. Sang maling pun berjalan kearah
belakang hendak memanggil anak buahnya. Nizam dan Mayul ketakutan. Air sendi
Mayul sudah berada di ujung siap dikeluarkan saking takutnya. “Hai anak
pemberani. Karena kau tak memperhatikan perintahku maka kami terpaksa berbuat
seperti ini,” ditendangnya baby mio oleh anak buahnya tepat dihadapan Nizam.
Diambilnya mesin, ban motor dan segala barang yang sekiranya bisa dijual. Nizam
menitikkan air matanya. Satu tets. . dua tetes. . puluhan tetes air mata jatuh.
Melihat baby mionya dihancurkan. “Jangan sentuh baby mioku” Teriak Nizam. Sang
maling mulai sebal melihat tingkah laku Nizam. “Hey kau cepat bawa keluar
temanmu ini, sebelum kesabaranku hilang,” perintah sang maling terhadap Mayul.
Mayul segera membawa Nizam yang terkulai lemah. Diangkatnya tubuh Nizam yang
seakan tanpa nyawa. Nizam pun berhasil diangkat Mayul kemudian mereka berjalan
keluar ruangan.
“Buk” sebuah pukulan melesat di pipi Nizam. Darah
segar bercucuran keluar dari hidung Nizam. “Ini balasannya kalau kau
macam-macam. Cepat kalian kabur sebelum aku menghabiskan nyawa kalian. Mayul
pun menarik Nizam dengan cepat. Ia begitu ketakutan.
“Yul apakah dalam kondisi seperti aku masih pantas
untuk menangis,” Tanya Nizam dengan suara melemah. “Menangislah” Jawab Mayul
“Begitu miris melihat baby mio yang telah jadi
almarhum. Akankah istilah Juctitia masih bisa dipertahankan di wilayah ini. Aku
butuh Juctitia, semua warga butuh keadilan” teriak Nizam penuh sesal”
THE
END
Akhirnya cerpen ini
selesai juga setelah semalaman dikerjakan. Kekuatan waktu mepet memang sangat
berguna. Terbukti hanya membutuhkan beberapa jam, sebuah cerpen telah
diselesaikan Hehehe. Bagi yang sudah membaca cerpenku ini harap di komen ya.
Untuk menambah refrensi sang author dalam improvisasi menulis karya lainnya.
Enjoy your reading^^