Kim Bum pergi meninggalkan acara pesta setelah mencium So Eun. Ia keluar mencari tempat untuk menyendiri. Rasa sakit hati atas pernyataan Yuri belum bisa terobati.

Amarahnya benar-benar memuncak. Ia menggengan erat
tangannya kemudian mengepalnya ke tembok.
“bodoh. . bodoh” teriak Kim Bum kesal.
Di tempat terpisah So Eun masih tak percaya atas
perlakuan Kim Bum terhadapnya.

“So Eun-ah tunggu,” ujar Ji Yeon menyusul So Eun.
Tangan Ji Yeon dihadang oleh Hong Ki
“Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri.
Bukankah kita memiliki masalah perasaan yang harus diselesaikan,” ujar Hong Ki
membuat Ji Yeon kaget.
“Mwo?” tanda tanya bagi Hong Ki.
“Mana tanganmu kirimu?”
Ji Yeon menyerahkan tangannya kepada Hong Ki
“Chaa, coba cek denyut nadimu,”
“Begitu cepat,” ujar Ji Yeon setelah mengeceknya.
“Coba cek denyut nadiku,” ucap Hong Ki sembari
menyerahkan tangannya pada Ji Yeon
“Sama-sama cepat,” jawab Ji Yeon.
“Menurut orang-orang. Jika seseorang disaat bersama
orang yang disayanginya maka secara otomatis denyut nadinya akan berdetak 3x
lebih cepat,” jelas Hong Ki
“Jadi??’
“Jadi, kita memiliki perasaan yang sama. Sama-sama
ingin memiliki. Apakah kau benar-benar tidak menyukaiku Ji Yeon,” Tanya Hongki.
Seketika itu Ji Yeon mencium pipi Hong Ki
“Jantungku berdetak kencang saat bersamamu,” ujar Ji
Yeon sambil tersenyum.
*****
So Eun mendapati Kim Bum sedang menyendiri. Ia
bertekad akan menanyakan langsung atas perlakuan Kim Bum terhadapnya.
“Kim Bum-ssi. . . tadi kau. . .”
“Bisakah kau meninggalkan aku sendiri,” perintah Kim
Bum saat mendengar suara So Eun.
“Tapi aku. . .”
“Mulai sekarang jangan pernah muncul di hadapanku.
Cepat enyah dari pandanganku,”
“Aku hanya. . .”
“Enyah dari hadapanku, right now,” perintah Kim Bum
dengan volume yang agak ditinggikan.
Dia berteriak seperti berbicara kepada seseorang
yang jaraknya berkilo-kilo meter. Padahal jaraknya dengan So Eun hanya 1 m.
“Baiklah. .” ujar So Eun meninggalkan Kim Bum
diiringi dengan buli-bulir air mata.
“Arggghh,” geramnya.
Ia memegang bibirnya sadar bahwa ia telah mencium So
Eun untuk menyembunyikan rasa kekesalannya terhadap Yuri sekaligus untuk
mengangkat harga dirinya agar tidak terlihat rendah di depan orang-orang.
“Maafkan aku So Eun,” lirih Kim Bum.
Geun Suk mendapati So Eun sedang bersimbah air mata.
So Eun segera memeluk Geun Suk. Ia menumpahkan air
matanya di pangkuan Geun Suk.
“Kenapa kau selalu datang di saat yang sangat
tepat,” respon Geun Suk
“Hal itulah yang kuinginkan dari dulu. Ingin menjadi
pundak tempat kau menumpahkan perasaan sedih maupun gembira,” sambung Geun Suk
mengusap pipi So Eun yang basah.
“Sampai kapan kita akan berada posisi seperti ini,
mari kita cari tempat duduk,” ajak Geun Suk.
So Eun yang menyadari bahwa dirinya memeluk Geun Suk
amat teramat lama membuat dirinya kikuk. Secara perlahan Ia melepaskan
pelukannya
“hehee, mian… bajumu jadi basah karena air mataku,” dan
mencari posisi duduk. So Eun tak bisa menghentikan air matanya. Rasanya
hari-harinya begitu berat semenjak bertemu Kim Bum. Geun Suk menyodorkan tissu
ke hadapan So Eun.
“Bukankah kau terkenal perkasa, tapi kenapa hobimu
menangis,” ujar Geun Suk
“Apakah aku begitu rendah dihadapan Kim Bum sehingga
Ia menjadikan aku sebagai pelampiasan sakit hatinya?” Tanya So Eun.
Pertanyaan yang dilontarkan itu tidak butuh jawaban
karena So Eun sendiri tahu akan jawabannya. Geun Suk hanya bisa mendesah
“Hmmm kata-katamu kemarin yang menyuruhku datang
kepangkuanmu karena kau akan selalu menungguku. Mulai sekarang akan aku
pertimbangkan kata-kata itu dan berusaha untuk menerimanya,” ujar So Eun penuh
kepastian.
*****
Di sebuah Café terlihat So Eun beserta kedua
sahabatnya sedang berkumpul. So Eun memaksa Hong Ki dan Ji Yeon mentraktirnya
untuk merayakan hari jadian mereka.
“Hahh tak menyangka ada sepasang kekasih tepat
berada dihadapanku. Padahal kemarin kalian sahabatan. Lucu sekali yah,” tawa So
Eun.
“Gimana ceritanya kalian bisa jadian. Wahh aku gak
bisa bayangkan kalian bakal pacaran. Pasti akan menjadi kisah romantik, komedy.
Ahahaha” canda So Eun kembali.
Ji Yeon dan Hong Ki merasa keki diejek So Eun
terus-terusan.
“Kamu mau pesen apa So Eun,” Tanya Ji Yeon. Dia mati
kutu diejek So Eun
“Aku mau milk shake alpokat float, bungeoppang
(roti ikan mas), Vanilla ice cream, sama french potatos. Kali ini aku mau makan
banyak. Mumpung gratis. hehehe”
“Ya ya lain kali aku juga akan menagih hal yang sama
ketika kau sudah jadian, btw gimana kelanjutan kisahmu,” Tanya Hong Ki
“Entahlah, sepertinya aku sudah menyerah kepada Kim
Bum. Aku akan mencoba membina hubungan dengan Geun Suk,” jawab So Eun.
“Kau yakin dengan keputusanmu,” tanya Ji Yeon.
“Ne, aja aja hwaiting,” jawab So Eun
*****
Kim Bum melihat So Eun sedang menikmati bekal
makannya di taman belakang sekolah. Ia perlahan mendekatinya
“Hey nona Kim So Eun,” sapa Kim Bum
“Mau apa kau kesini,” ketus So Eun
“Jutek banget. Aku lapar belum makan, berikan
makananmu kepadaku,” pinta Kim Bum
“Andwe, enak saja kau mengambil bekalku. Di kantin
masih luas. Sana makan disana, palli,” usir So Eun.
“Tapi aku mau makan makananmu. Aku rindu dengan
masakanmu,”
“Tidak bisa, aku sedang lapar,”
“Aku juga saaangat lapar,” paksa Kim Bum. Ia
kemudian merebut makanan dari So Eun. So Eun menahan makanannnya. Aksi
rebut-rebutan terjadi. Ternyata tenaga Kim Bum lebih kuat sehingga membuat
makanannya terlepas dari tangan So Eun.
“Aku menang. . .” kata Kim Bum kegirangan.
So Eun hanya tersenyum kecut melihat makanannya
dirampas Kim Bum.
“huhh padahal itu makananku,” batin So Eun.
Kim Bum yang melihat ekpresi So Eun sebal, sesekali
menyuapi So Eun.
“Jangan sampai cacing-cancing itu konser diperutmu,
cepat makan. Aaa,” ujar Kim Bum menyuapi So Eun
Dengan sigap So Eun segera menyambar makanan dihadapannya.
*****
“Aku tidak menyangka kau akan menepati janjimu.
Padahal aku sudah berfikir akan mencari penggantimu. Aku benar-benar frustasi
dibuatmu,” ucap Yuri berada di pangkuan Jaejoong.
“Seorang laki-laki sejati akan menepati janjinya
kepada orang yang dicintainya, percayalah,” jawab Jaejoong. Mengecupkan bibirnya
ke kening Yuri.
“Ada gunanya juga kamu mengujiku seperti ini. Dengan
begitu saat aku sedih, aku akan bermain piano sambil bernyanyi. Bahkan aku
telah memiliki lagu sendiri. Namun aku tak mau kau pergi lagi. Aku bisa gila
tanpamu,”
“Mulai sekarang aku takkan pergi lagi,” ujar
Jaejoong pelan.
“Tapi kenapa kau memustuskanku saat kau pergi ke
London. Paling gak kita kan bisa berhubungan jarak jauh,” tanya Yuri
“Cinta itu akan datang disaat yang tepat,” jawab
Jaejoong merekatkan pelukannya.
*****
So Eun heran dengan perlakuan Kim Bum akhir-akhir
ini. Ia selalu didekati Kim Bum kemana pun Ia pergi. So Eun berusaha kabur dan
menghindar dari Kim Bum. seperti yang dilakukan sekarang. Ia pulang secara
diam-diam agar tidak tertangkap basah oleh Kim Bum. “hahh ottoke bagaiman aku
bisa melupakan Kim Bum kalau dia terus-terusan berada didekatku,” ujar So Eun
menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Kim Bum berlari-lari mencari sosok So Eun. “kemana
dia pergi, bisa-bisanya Ia kabur dariku,” ucap Kim Bum. Ia terus berlari menuju
lorong-lorong kelas. Hingga tiba di taman dekat ruang guru. Ia melihat sosok
yang dikenalnya sedang bemesraan. Kim Bum memegang dadanya, rasa sakitnya
lama-lama mulai berkurang.
“Kim Bum-ah,” sapa Yuri
“Noona . . . hmm sebelumnya maafkan aku karena
selama ini aku telah mengagumimu,” ujar Kim Bum mengakui perasaanya.
“Dan kekaguman itu telah dinodai oleh benih-benih
cinta,” lanjutnya dalam hati
“Ne gwenchana. Sepertinya akhir-akhir ini mukamu
berseri-seri sepertinya kau sedang jatuh cinta. Aigooo. . . sekarang kan sudah
ada yeoja yang berada di sampungmu. Chukkae dongsaeng semoga hubunganmu
baik-baik saja,” ujar Yuri. Ia berpikir bahwa Kim Bum telah berpacaran dengan
So Eun.
“Ye, gomapta noona. Aku pamit dulu, haseyo” pamit
Kim Bum
Melanjutkan pencariannya mencari So Eun. Sosok yang
dicari akhirnya ketemu. Ia memunggungi So Eun. Kemudian mengejutkan So Eun yang
sedang berjalan dengan tatapan kosong.
“Hey, , kau Kim So Eun,” sapa Kim Bum mengagetkan So
Eun
“Kau ini mengaggetkanku saja, kamu mau kemana?”
“Mengikutimu,” jawab Kim Bum santai
“Mwo???” mata So Eun terbelalak
“Dulu kan kamu menolak jika aku ke rumahmu. So, dengan
cara inilah aku bisa bermain ke tempatmu,”
“Aniyo, kau tak boleh ke rumahku?” tolak So Eun
“Waeyo?”
“Habis ini aku ada blind date dengan Geun
Suk. ARASO. Palli ka. . “ Usir So Eun seraya mendorong tubuh Kim Bum.
*****
“Ini adalah
kencan kita untuk kedua kalinya,” ujar Geun Suk membuka percakapan.
So Eun sudah menepati janjinya untuk menemui Geun
Suk di myeongdong gyeoja sebuah restoran terkenal di Seoul.
“Ne,” jawab So Eun datar
“Kenapa, kau tidak suka,” melihat gelagat So Eun
“Aniyo, aku hanya merasa kedinginan. Hawa dingin
Seoul benar-benar telah memasuki tulang keringku,” jawab So Eun sekenanya.
Geun Suk mendekapkan tangannya ke tangan So Eun.
“Apakah sekarang terasa hangat,”
“Ne,” jawab So Eun membalas erat genggaman tangan
Geun Suk
So Eun sudah bertekad akan berada di sisi Geun Suk.
Seorang yang telah menunggu cintanya dan mencintainya apa adanya.
“Aku sudah lama menanti saat-saat bahagia ini. Hari-hari
dimana aku bisa menggenggam tanganmu. Jalan-jalan ke pantai, menghabiskan waktu
bersamamu ke taman hiburan,” aku Geun Suk
“Ne jeseonghamnida, telah lama menunggu,”
“So Eun-ah. . . ”
“Ne,”
Geun Suk memberanikan dirinya mengangkat dagu So Eun.
Ia mengusap bibi So Eun dengan jari telunjuknya. Secara perlahan Ia menarik
wajah So Eun tepat di depan wajahnya. Jarak mereka sekarang sudah 3cm. Ia bisa
merasakan nafas segar So Eun. Bibi So Eun tak menolak kehadiran bibir Geun Suk
di depannya. Saat Geun Suk mendekatkan bibirnya mencium So Eun. Tiba-tiba So
Eun menolaknya.
“Ani, aku tak bisa melakukan ini,” tolak So Eun
“Wae,”
“Hatiku masih bersinggasana di hatinya,”
Geun Suk menarik rambut So Eun kemudian merekatkan
bibirnya kepada So Eun. Kali ini So Eun menolaknya dengan kasar. Ia mendorong tubuh Geun Suk dengan kasar.
“Mianeyo, Geun Suk-ssi aku tak bisa membohongi
hatiku sendiri,” kata So Eun meninggalkan Geun Suk
So Eun hanya bisa mendengar Geun Suk teriak. So Eun
tak mengabaikannya Ia berlari dengan isakan tangis. Saat itu Ia hanya ingin
menyendiri, menenangkan hatinya yang gundah gulana. Satu-satunya tempat
tujuannya adalah ke bukit bintang dimana Ia bisa menikmati kesendiriannya.
Sampai tiba di bukit bintang tangisannya tak berhenti, air matanya terus
membahasi pipinya. Ia melihat disekitarnya ternyata ada orang yang sangat
dikenalnya. Ia menghusap air matanya dan menyapa lelaki itu.
“Kenapa kau disini?”
“Sudah kubilang, disini tempat aku menyendiri. Lalu
kau kenapa kesini,” ucap Kim Bum balik bertanya.
“Aku juga ingin menyendiri,”
“Bukankah kau lagi kencan dengan Geun Suk,”
“Kencannya tak berhasil,” jawab So Eun datar
“Kau masih menyukaiku?” membelokkan arah matanya ke
wajah So Eun
“Ne, aku masih mencintaimu. Kau tak tahu bagaimana
tersiksanya aku mencintaimu? Melihatmu mencintai orang lain bukan mencintai
diriku. Kau bisa bayangkan aku mati-matian mengejarmu agar kau melihatku.
Melihatku sebagai seorang yeoja yang tulus mencintaimu. Aku sadar bahwa kau
hanya menjadikan aku tempat pelampiasan hatimu. Aku mencoba untuk berpaling
denganmu. Namun semakin aku berpaling kau terus menghantui hatiku, kau terus
menyiksa hatiku. Aku mencoba berada di samping seseorang yang benar-benar
mencintaiku. Kurasa itu akan berhasil tapi ternyata tidak karena aku masih
mencintaimu.
Cupppp.. . keciupan hangat berhasil mendarat di
bibir So Eun. So Eun tak membalas kecupan itu sehingga membuat Kim Bum
melepaskan ciumannya.
“Wae” tanya Kim Bum heran
“Bukankah aku bukan tipe idealmu,” tanya So Eun
polos
Kim Bum hanya tersenyum
“Kau bukan tipe idealku tapi hatimu” menunjuk dada
So Eun “Adalah yang kuincar selama ini. Aku mencintai perempuan yang galak,
pemaksa, perkasa, namun memiliki senyum yang indah. Kau memang bukan tipe
idealku, namun aku sudah bertekad masuk ke dalam duniamu karena aku mencintaimu.
Mencintaimu apa adanya,” Jelasnya
“Jeongmal??”
“Ne,” angguk Kim Bum
“Khajima. . .”
“Tadi adalah ciuman yang kedua kalinya,” So Eun
tersenyum nakal.
“Mulai sekarang jangan menghitungnya lagi karena aku
akan melakukannya setiap hari,”
Kim Bum kembali menarik dagu So Eun, dalam sekejap
bibir Kim Bum menyentuh lembut bibir So Eun kemudian melumat bibir atasnya. So
Eun segera mengerjapkan mata dan membalas ciumannya.
THE
END
Yang membaca fanfiction ini sampai akhir
wajib meninggalkan komen
silent reader go away...!!!!!
Yang membaca fanfiction ini sampai akhir
wajib meninggalkan komen
silent reader go away...!!!!!
keren banget oennie... aku suka banget.. semangat buat ff bumsso lg... aja aja hwaiting....:)
BalasHapusgomawo saeng udah baca n komen.... semakin semangat nih mw bikin... ditunggu aja yah....
Hapuskeren....
BalasHapuslucu bgt pas kim bum nya balik ngejar2 so eun...
dtunggu karya2 slanjutny y chingu... :)
hahaha siapp chingu.. :D
BalasHapus