Maybe this moment will be the
greatest experience in my life. I don’t know how to describe the happiness
while I met with other students from Thailand. This story is about my
experience when I joining in Workshop Tourism Branding.
I’m gonna tell you about Me, UMY,
and Chulalongkorn. This story will be
explain in Bahasa coz I have no capability to translate in English :D.
Oke… hari pertama menjalani aktivitas. Go go go
cap cap cus ke kampus. Malam harinya sempat begadang untuk menonton bola.
Alhasil pagi harinya fardu ain datang saat peserta sudah komplit memenuhi
tempat duduk. Hmmm saat sedang mencari tempat duduk strategis sudah tidak ada
lagi. Yahh mau gak mau harus pisah dengan sobat2 2009. Hoho ok, tidak masalah
karena hal itulah yang membuatku bisa berkenalan dengan orang bening.
Saya
jelaskan terlebih dahulu mengenai agenda ini. Jadi mahasiswa dari Chulalongkorn
Thailand berkunjung ke UMY untuk mengikuti Workshop Tourism Branding in
Asean dengan tema “Problem and Challenges of Globalization”. Acara
ini dihadiri oleh 20 mahasiswa Chula beserta beberapa professor dan 20 dari
mahasiswa UMY beserta dosen komunikasi. Dalam acara ini juga turut hadir Asia
PR bersama rekannya.
Hmmm sepanjang mendengarkan seminar
sedikit tidaknya saya mendengarkan pak Silih menyatakan bahwa untuk membranding
Parawisata di Indonesia kita sebenarnya tidak perlu menunggu andil dari
pemerintah namun kita sebagai warga juga turut peduli dengan situasi dari
pariwisata itu sendiri agar terbentuknya suatu kepercayaan, menjadikan
pariwisata Indonesia lebih maju dan berkembang.
Selain itu pak Silih juga
mengungkapkan dalam membangun branding parawisata di ASEAN, akan menemukan
berbagai gejolak dikarenakan permasalahannya relatif kompleks karena tidak
dapat dukungan dari pemerintah. Jika pemerintah ikut mendukung memajukan
parawisata otomatis parawisata di ASEAN akan lebih baik lagi.
Di lain pihak Tri Hastuti selaku
dosen komunikasi memaparkan bahwa di Indonesia pemerintah membuat tag line
dikemas dengan sangat baik dan bisa dikatakan hampir sempurna namun
implementasinya malah keluar dari esensi tag line. Pemerintah tidak
memiliki strategi komunikasi pemasaran yang baik hal itulah yang membuat
implementasinya tidak jalan. Seharusnya sebelum melakukan implementasi
pemerintah terlebih dahulu melakukan sebuah penelitian. Memahami apa sih
yang pokok permasalahannya, kemudian setelah mengetahui hal itu, baru
merumuskan sebuah perencanaan. Cara menghadapi pesaing lalu
mengkomunikasikannya dan terakhir melakukan evaluasi. Mengukur seberapa
berhasilkah implementasi itu dijalankan. Yahhh kembali lagi dengan menggunakan
teori yang ada dalam buku Cutlip dam Scott Jam.
Sementara itu professor dari Chula
yaitu Parichary Schapitanonda branding parawisata bukan hanya sekedar logo yang
dibuat dengan baik namun pengalaman orang terhadap parawisata itu sendiri
sehingga membina kepercayaan dari individu.
Okeeeee itu aja deh sekilas yang
saya dengar, itu pun saya menambahkan refrensinya dari blog UMY. Selain karena
para pembicara menggunakan bahasa Inggris ada faktor kedua yang jauh lebih
penting yaitu lebih tertarik berbincang dengan orang luar dibandingkan
mendengar para pembicara.
Selama seminar aku menemukan dua
orang gadis yang duduk di sampingku. Namanya Nat dan Net. Kalau di Indonesia
namanya dibaca Nat = Net dan Net = Neet. Pokonya kalau Nat “e” itu dibaca satu
harokat sedangkan Net “e” itu panjangnya dua harokat. Aku diajarkan banyak hal
oleh kedua gadis tersebut terutama Nat. Mereka mengajarkanku budaya orang
Thailand. Jadi begini, di Thailand saat kamu bertemu dengan orang maka tidak
seperti di Indonesia yang langsung berjabat tangan melainkan di Thailand. Kedua
telapak tangan menyatu diletakkan di dada kemudian kepala menunduk hingga
dahinya menyentuh kedua jari telunjuk. Mereka juga mengajarkanku bahasa
Thailand. Simak berikut ini
Nat Dictionary
Mai : Tidak
Chai : Iya
Shuay : Cantik
Lhor : Tampan
Sawadhika : Selamat datang
Kobkhunka/krab :
Terimakasih
Lakorn : Selamat tinggal (kata ini diucapkan
untuk hal-hal yang formal, jika kesehariannya cukup berujar bye bye)
Sabai di mai :
Apa kabar?
Sabai di :
Kabar baik
Phom :
Saya (L)
Chan :
Saya (P)
Khun :
Kamu (sopan)
Chue arai ka? :
Siapa namamu
Kor thod :
Sorry
Auan :
Gemuk
Mhu :
Babi (julukan untuk orang gemuk)
Chang :
Elephant (julukan untuk orang gemuk)
Narak :
Cute – Narak a (very cute)
Yae jung :
Kasian deh loo
Begitulah sedikit kamus dari Lovely Nat, sebenarnya
masih banyak namun saya menghilangkan kertasnya. Hehee. Dia juga mengajarkan
bahwa ketika menanyakan sesuatu kepada orang lain. jika bahasa untuk orang yang
lebih tua atau bahasa sopan maka di akhir kalimat tanya dibumbui kata ‘ka’.
Misalnya Ne gwe arai ‘ka’?
Nat adalah gadis penggosip berdasarkan ungkapan dari
Por. Tau kenapa?? Soalnya dia mengejek Por dengan kata “How was your life when
your house floading last year ago?” kata-kata itu saya ucapkan ke Por atas
saran Nat dan Por langsung membantah hal itu. “My house never floading, I’m in
right, don’t believe her. She’s just mean girl”. Haha sepertinya Por menyimpan
sesuatu yang memalukan saat rumahnya banjir. Seperti penjelasan Nat bahwa 1
tahun yang lalu di Thailand pernah banjir termasuk rumah Nat juga kebanjiran.

Hal
itulah yang memicu saya untuk bertanya “apakah di Thailand pernah mengalami
bencana alam?” Net dan Nat menjawab tidak pernah. Daerah mereka hanya mengalami
kebakaran hutan bertahun-tahun yang lalu. Wahhh Negara mereka memang adem ayem
yak. Salut dehh sama mereka.
Akhir
seminar ada sesi tanya jawab. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang. Hmm
hmmm saya mencuri-curi waktu di sana untuk rapat jurnalis PIMNAS. Usai rapat
saya menyegerakan diri untuk ke ruangan. Sungguh mengagetkan saat pembagian
kelompok. Sangat jauh dari harapan di mana saya tidak satu kelompok dengan
angkatan 2009, yae jung!! Jadi mau tidak mau saya lah yang harus bisa
memimpin kelompok tersebut. Saya mendapat kelompok Prambanan dengan anggota
Dini, Hania, Rara, Deny, Thari, Wi, Earth, Diyah, Por, and Jean. Huaaaa
pokoknya beruntung deh bisa berkelompok dengan kriteria segokil mereka.
Hal
pertama yang dilakukan adalah mengemas tag line untuk Prambanan. Dengan
dipandu oleh professor kami awalnya menciptakan Prambanan “Mystery history
of Prambanan” tapi katanya professor kata misteri itu memiliki dua makna.
Bisa positif dan bisa negatif. Akhirnya diganti dengan “The Legend of
The Prambanan Temple” ada tapinya lagi, karena kata ‘Prambanan’ sudah
sangat biasa. Cap cup cus akhirnya tag line menjadi Prambanan “The
Legend of The Gods Temple”
Setelah
itu kita merumuskan mengenai sejarah Prambanan. Kami mengalami kesulitan saat
mengkaitkan antara kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang dengan 3 orang
Dewa. Setelah mendapat pencerahan dari Deny, bahwa ternyata Bandung menciptakan
patung tersebut sesuai dengan agamanya yaitu agama Hindu. Dari sejarah itulah
yang membuat Prambanan beda dari tempat yang lain. dan saya baru tahu ternyata
Prambanan adalah warisan UNESCO sekaligus mendapat predikat sebagai candi
terbesar dan terindah di ASEAN. Waowwww
Pak
Silih juga menugaskan kami untuk menentukan DNA (people, place, n product).
Masing-masing tugas akan dipresentasikan selama 5 menit. Selain itu kami juga
ditugaskan untuk membranding pariwisata tersebut dengan membuat Strategi PR.
Kami ditugaskan pada hari berikutnya untuk presentasi mengenai keseluruhan
tugas yang sudah diberikan sebelumnya.
Ada
usulan dari Deny untuk membuat kelompok kami agak berbeda dari kelompok yang
lain. jadi sebelum presentasi kami harus bisa membuat sesuatu yang
menggambarkan tentang kelompok kami. Deny mengusulkan untuk membuat sebuah
drama di mana saya sebagai reporter VOA dan Deny bersama Rara berpura-pura
menjadi pengunjung.
Okeee
hari kedua. Hari itu diprediksikan akan menjadi hari yang lebih singkat dari
hari pertama dikarenakan agendanya hanya presentasi, performance, dan
ramah tamah. Hoho dengan gaya heroik saya dengan bangga tidak datang terlambat
karena malamnya sengaja tidak begadang meskipun orang Thailand sudah berada di
sana.
Sebelum
masuk ruangan ada sesi coffee break dulu. Kemudian mengambil posisi
duduk agar bisa mengobrol dengan tim. Saat itu ada Por dan professor sedang
mengobrol. Saya sengaja melebarkan lubang kuping saya agar bisa nimbrung dengan
mereka. Saat itu Por bertanya mengenai apa yang tidak sopan di Indonesia. Lalu
saya menjelaskan apa saja yang masih dianggap taboo di Negara yang berlimpah
kekayaan alam tersebut. Seperti tidak sopan jika menunjuk pakai tangan kiri,
menaikkan kaki di kursi, duduk di meja, dsb. Lucunya lagi Por menanyakan bahasa
yang tidak sopan di Indonesia. Hahaaa okelah Por you have come to my way.
Jadi seperti inilah kosakata yang kami tukarkan.
Por dictionary
E-hia :
Pelacur
I-kuay :
Brengsek/bajingan
E di awal kata digunakan untuk
perempuan sedangkan I di awal kata digunakan untuk laki-laki. ‘E-I’ artinya ‘kamu’
untuk kosakata yang kasar. Ada banyak lagi sebenarnya yang diajarkan oleh dia
namun kertasnya sudah hilang.
Berdasarkan
pernyataan dari Por ternyata orang Thailand memiliki 2 nama yang berbeda antara
nama panggilan dengan nama lengkap mereka. Bisa dicek sendiri deh kawan-kawan.
Untuk nama lengkap mereka, lazimnya mereka cukup 2 kata saja. Tidak seperti di
Indo yang namanya terkadang 3 dan 4 kata. Dengan memegang tanda tanya saya juga
bertanya kepada 2 teman saya makna dari nama mereka dan mereka malah gak tahu
maknanya apa(?)
Masih
seputar obrolanku dengan Por. Ceritanya nihh saya lagi demen-demennya menonton
horror di Thailand. hahaha… lalu saya menanyakan pada Por terkait judul filmnya
dan dia malah bingung mengenai judul yang saya tanyakan. Usut demi usut
ternyata judul filmnya berbeda antara judul di Indonesia dengan di Thailand.
mau tidak mau satu persatu saya jelaskan garis besar cerita film tersebut dan
yahhh ternyata dia juga pengamat film horror.
Setelah
selesai berbincang dengan Por, saya menemukan Diyah tengah berdiri di samping
sembari melirik tulisan yang ada di koran Nuansa. Nahhh.. di koran tersebut ada
rubrik tentang “Persepsi Cantik di Berbagai Negara”. Diyah langsung tertarik
dengan wajah orang Indonesia dan berkata “Beautiful”. Hal itulah yang memicu
saya untuk menjelaskan persepsi cantik yang berbeda-beda di berbagai Negara. Pada
saat itu saya menjelaskan tentang gadis Iran. Di Iran cantik itu jika memiliki
hidung mancung dan kecil. Kecil di sini artiny tidak melebar ke samping. Hal
itu disebabkan oleh kebanyakan para gadis melakukan operasi plastik. Diyah pun
merespon bahwa di Thailand oplas juga sudah biasa. Kebanyakan gadis seusianya
sudah menjalani oplas. Dia pun sebenarnya ingin oplas namun tinggal menunggu
waktu yang tepat saja. Saya langsung memberikan tanggapan bahwa dia sudah
cantik, hidungnya sudah mancung, lalu ngapain operasi.
Dia menjawab “Hidungku tidak memiliki tulang jadi
tidak terlihat jika dari depan. Tapi pacarku juga melarang aku untuk melakukan
oplas.”
Saya langsung meng”iya”kan pesan dari pasarnya.
Gilee aja gadis secantik itu masih ada keinginan untuk oplas. wedeeehhh.

Detik
demi detik telah terlewati tiba saatnya kami harus melakukan sebuah presentasi.
Atas saran dari Deny kami membuat presentasi yang berbeda dari kelompok yang
lain dengan membuat sebuah drama. Hahhh sebagai pembukaannya saya berperan
sebagai reporter VOA yang berkunjung ke Prambanan. Karena saya sangat penasaran
tentang Prambanan saya mengkorek informasi kepada para pengunjung. Di sini
posisi pengunjung diduduki oleh Deny yang berperan sebagai Frank asal Jerman.
Dia berkunjung bersama istrinya Diyah dan kedua anaknya yaitu Rara dan Por.
Sontak membuat para penonton terkekeh-kekeh. Deny menerangkan tentang keindanhan
Prambanan sendiri sedangkan Diyah mengajak orang-orang untuk berkunjung ke
Prambanan. Setelah itu sang reporter *ceileeeeee* menyuruh mereka bersama-sama
menyebut tag line Prambanan.
Kami
kemudian mempresentasikan apa yang sudah ditugaskan oleh Pak Silih pada hari
sebelumnya. Masing-masing kelompok mempresentasikan tugasnya. Di antaranya ada
kelompok Sempu Island, Parangtritis-Pucket, dan terakhir tentang Korea.
Fiuhhhh
tau gak, Prambanan itu jadi kelompok terbaik lohhh dengan skor 22. Syik asyikk…
sedangkan untuk juara dua diraih oleh Korea dengan total 21,5, diiringi dengan oleh
kelompok Sempu Island dengan Skor dengan Skor 21 dan terakhir
Parangtritis-Pucket dengan perolehan skor 20,5. Seluruh kelompok diberikan
bingkisan berupa kalung dan pastinyaaaa kalung untuk Prambanan, paling bagus
dong…
Foto
session pun telah dimulai. Saatnya kami berfoto-foto riang sambil menunjukkan
kalung kami.
Pertunjukan
dari masing-masing kampus. Untuk Chulalongkorn sendiri menampilkan lagu
Thailand. mungkin itu lagu khas mereka. Diiringi dengan tarian, namun tarian
mereka di sini menampilkan koreo yang berbeda. Mereka menciptakan tarian
sendiri, hmm kalau dibilang tariannya itu lebih menjurus ke tarian Korea. Hahayy
mereka juga K-pop ternyata… tau gak mereka tu kebanyakan suka Nichkhun 2PM. Yahhh
mungkin karena prince of Thai kali yaaaa..
Sampai
pada acara penutupan. Hikss hikss sedih nian. Di sana ada pak Nurmandi yang
sebelumnya saya kira orang Thailand. saya sempat berpikir sendiri “Koko rang Thailand
bisa bahasa Indonesia?”. Wwkwkk. Pada kesempatan itu beliau memaparkan bahwa
acara ini merupakan edutainment karena selain mendapatkan ilmu juga
mampu menghibur kami semua terlebih lagi ada city tour *meskipun kami
gak ikut*. Beliau juga bilang kalau akan adanya kunjungan balik dari UMY pada
tahun berikutnya.
Dan Prof. Parichart pun berujar “See you in Bangkok” hehehe.
Amienn… hal itulah yang memicu saya untuk menambah pengetahuan bahasa inggris
dan mulai belajar bahasa Thailand. suzu!!!!
Akhirnya
kami foto-foto bareng lagi…
Ini neehh foto-foto dari mahasiswa Chulalongkorn
Kemudian disusul dengan foto-foto dari UMY
Dan terakhir di mix
Saatnya
tukar-tukar souvenir. Ada hal yang menyedihkan karena saya tidak
diberikan kipas dari mereka. Hoho setelah dicek ricek ternyata Wi salah
memberikan kipas itu. Pan ni khusus untuk peserta kipasnya. Malah dia berikan
kepada panitia lain. akhirnya dengan beribu rasa bersalah Wi meminta maaf
kepadaku. Hahaha tidak apa-apa Wi santai saja. Okehhhh setelah itu saatnya
memberikan souvenir bagi anak Chula. Saat itu saya memberikan souvenir
itu kepada Earth yang kebetulan lagi nulis surat buat Winda. Loooh(?).
Akhirnya
pukul 16.00 kami berpisah. Ya ampun, air mata saya mungkin tidak keluar tapi
hati saya lah yang menangis. Saat melihat keberangatan bis mereka. Mulut saya
kaku tak bisa berkata apa-apa. Mata saya tetap tertuju pada pungung mereka di
balik kaca bis. Akankah saya bisa bertemu mereka lagi. Ataukah ini akhir dari
pertemuan kami?? Andweeee ini tidak boleh menjadi akhir pertemuan kami
namun ini meruapakan awalan. Just beginning, arasso!!!
Cukup itu deh yang bisa saya share kepada
teman-teman semua. Hahaha semoga tidak bosan membaca ini.
Saya tidak bosan din,, saya kan selalu menjadi pembaca setia tulisan2 mu... hehehe.... bagus din,,saya baca selengkap2nya loo.. karena semua yang kamu ceritakan menjadi moment sendiri bagi saya yang tak akan pernah dilupakan, membuat saya mengingat kembali akan detik demi detik yang telah terjadi antara we, UMY and Chula :) apalagi ada foto saya... xixixi... :D
BalasHapusjincha yoooo??? hahahaha jeongmal gomawo udah bersedia membaca n bahkan dikau tersentuh dengan tulisan saya hahayyyy
Hapuswe, UMY, n Chula... wahh kayakx ide bagus tuhhh
hmm poto2 yg di file saya udag tak upload di sini. bahkan memory saya selama brsama chula saya invest ditulisan ini juga. wkwkwkw