Rabu, 26 September 2012

Sinopsis Buku Ketiga De Winst, “Da Conspiracao”




Alhamdulillah setelah penantian panjang. Akhirnya dan akhirnya buku ketiga dari tertalogi De Winst akan segera publish. Kabarnya sih, buku ini akan segera beredar pada awal oktober. Haduhh gak sabar deh nunggunya. Hehee
Sedikit curhat saja. Saya itu tanpa sengaja baca novelnya De Winst pada oktober 2008. Sumpah ceritanya keren banget. Saya berpikir dan berdoa semoga novel itu ada lanjutannya. Dan Alhamdulillah Tuhan mengabulkan doa saya bahwa ternyata ada lanjutan dari novel tersebut yaitu novel De Liefde. Mendengar Novel ini terbit saya dengan sigap melahap seluruh took buku di Jogja. Sayang pencarian itu tidak berhasil.
Menunggu hari akhirnya pada bulan April 2010 ada pameran buku di UNY. Hehee. Setelah saya baca Novel itu rasanya ada yang hilang dari cara penulisan De Winst sebelumnya. Nilai sastranya kurang dan ceritanya mendramatisir sekali. Hehee. Mungkin itu persepsi saya aja karena sebenarnya saya mengharapkan ada pertepukan cinta antara Rangga Puruhita dan Sekar Prambayun.
Lanjutan dari kedua Novel itu pun saya terus tunggu. Hahh setelah 2,5 tahun saya menunggu akhirnya sebentar lagi akan beredar di pasaran buku ketiganya.

Berikut Sinopsis Da Conspiracao

Bendara Raden Mas Rangga Puruhita memasuki bumi Flores sebagai orang buangan, tahanan pemerintah Hindia Belanda. Tak dinyana, di pulau terpencil yang baginya masih sangat asing itu, Rangga justru terlibat dalam interaksi yang cukup dekat dengan sisa-sisa pemberontak pribumi yang dipimpin oleh Marinusa secara diam-diam. Rangga juga berurusan para tokoh pergerakan nasional Indonesia Raya di Flores yang berafiliasi dengan pergerakan nasional di Jawa. 
Kedua kubu itu sama-sama ingin mengajak Rangga terlibat di dalam gerakan perjuangan mereka yang sangat bertolak-belakang. Satu pihak menginginkan perjuangan dengan senjata, sementara pihak yang lain lebih setuju dengan cara-cara yang lebih moderat sebagaimana yang ditempuh organisasi-organisasi politik di Jawa.
Konflik menjadi kian rumit, ketika Rangga bertemu dengan Tan Sun Nio, gadis Tionghoa dari Pecinan Balong, Solo, yang membuang diri di Flores karena patah hati. Pasalnya, gadis jelita nan cerdas—yang justru sukses membangun kerajaan bisnis di kota Ende dengan Firma Pek Liong-nya itu, tak sekadar membuatnya terlibat dalam konflik perniagaan. Tan Sun Nio ternyata berhasil pula membuatnya terbelit dalam konflik hati. 
Sementara itu, Tan Sun Nio yang memesona, di luar Firma Pek Liong yang secara kasat mata hanya berniaga hasil laut dan kopra, ternyata seorang ratu perniagaan candu illegal di Indonesia Timur. Ia bahkan dilindungi khusus oleh Gerombolan Bajak Laut Bevy de Aguia Leste yang dipimpin oleh Djanggo da Silva, sosok yang menjadi raja tanpa mahkota di perairan Indonesia Timur, dan ditakuti oleh siapapun, termasuk angkatan perang Hindia Belanda.


Berhasilkan Rangga keluar dari berbagai macam belitan konflik itu? Konflik hati, konflik bisnis, konflik etnik, dan bahkan konflik bersenjata yang membuatnya berada dalam pilihan sangat rumit: hidup atau mati.
Wahhh kalau diliat dari sinopsisnya kayaknya Sekar Prambayun tidak akan dibahas di novel itu. Hikss hiksss… terus Rangga juga kayaknya berpaling ke perempuan lain. Hehee tapi yang pasti aku akan tetap menanti Novel ini.

Kamis, 20 September 2012

Love You as the Way You Are (Part 5-Final) Loving You at the Right Time



Kim Bum pergi meninggalkan acara pesta setelah mencium So Eun. Ia keluar mencari tempat untuk menyendiri. Rasa sakit hati atas pernyataan Yuri belum bisa terobati.
“Apakah Yuri hanya menganggapku sebagai seorang adik. Cihhh, lalu apa maksudnya selama ini. Setiap hari melihat dia main piano, menemani dia mengobrol, menemani dia saat sedang suntuk. Apakah itu bukan kencan? Apakah dia sama sekali tidak tahu dengan perasaanku. Tahukah kau Miss Yuri, owh bukan kau yang dari dulu ingin aku panggil dengan sebutan Jagiya. Betapa keras perjuanganku untuk mendapatkanmu. Aku tahu kau itu seorang guruku namun aku tak bisa membohongi perasaan ini. Aku betul-betul menyukaimu. Lantas apakah perlakuanku selama ini tidak cukup membuktikan bahwa aku menyukaimu? Tahukah kamu, bagaimana sakitnya aku saat kau menyatakan akan bertunangan, tepat di mana aku akan menyatakan cinta kepadamu. Tepat di mana selangkah lagi aku akan berada dipelukanmu. Betapa aku berharap aku bisa mendapatkanmu. Menggapaimu, membelai rambut halusmu, mencubit pipimu dan  mencium bibirmu. Semua impian itu kini hancur karena seorang yang berada di sampingmu. Ahhhhhhh naega babo chorom,,” geram Kim Bum.
Amarahnya benar-benar memuncak. Ia menggengan erat tangannya kemudian mengepalnya ke tembok.
“bodoh. . bodoh” teriak Kim Bum kesal.
Di tempat terpisah So Eun masih tak percaya atas perlakuan Kim Bum terhadapnya.
“Apa sebenarnya yang dilakukan Kim Bum. Bukankah ia berniat menembak Miss Yuri lalu kenapa dia tiba-tiba menciumku dan mengatakan aku adalah pacarnya. Apakah dia sengaja melampiaskan rasa sakitnya kepadaku karena Miss Yuri telah memiliki pendamping? karena merasa ia ditolak dengan Miss Yuri sehingga membuatnya menyatakan diriku sebagai kekasihnya. Lalu ciuman itu. . itu ciuman pertamaku. Ciuman yang dilakukan oleh seseorang untuk melampiaskan sakit hatinya. Apakah aku dipandang begitu rendah sehingga ia hanya menjadikanku sebagai wanita pelampiasan. Andwe. . Aku harus menanyakan langsung kepastiannya,” ujar So Eun dalam hati. Ia kemudian keluar hendak mencari Kim Bum.
“So Eun-ah tunggu,” ujar Ji Yeon menyusul So Eun.
Tangan Ji Yeon dihadang oleh Hong Ki 
“Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Bukankah kita memiliki masalah perasaan yang harus diselesaikan,” ujar Hong Ki membuat Ji Yeon kaget.
“Mwo?” tanda tanya bagi Hong Ki.
“Mana tanganmu kirimu?”
Ji Yeon menyerahkan tangannya kepada Hong Ki
“Chaa, coba cek denyut nadimu,”
“Begitu cepat,” ujar Ji Yeon setelah mengeceknya.
“Coba cek denyut nadiku,” ucap Hong Ki sembari menyerahkan tangannya pada Ji Yeon
“Sama-sama cepat,” jawab Ji Yeon.
“Menurut orang-orang. Jika seseorang disaat bersama orang yang disayanginya maka secara otomatis denyut nadinya akan berdetak 3x lebih cepat,” jelas Hong Ki
“Jadi??’
“Jadi, kita memiliki perasaan yang sama. Sama-sama ingin memiliki. Apakah kau benar-benar tidak menyukaiku Ji Yeon,” Tanya Hongki.
Seketika itu Ji Yeon mencium pipi Hong Ki
“Jantungku berdetak kencang saat bersamamu,” ujar Ji Yeon sambil tersenyum.
*****
So Eun mendapati Kim Bum sedang menyendiri. Ia bertekad akan menanyakan langsung atas perlakuan Kim Bum terhadapnya.
“Kim Bum-ssi. . . tadi kau. . .”
“Bisakah kau meninggalkan aku sendiri,” perintah Kim Bum saat mendengar suara So Eun.
“Tapi aku. . .”
“Mulai sekarang jangan pernah muncul di hadapanku. Cepat enyah dari pandanganku,”
“Aku hanya. . .”
“Enyah dari hadapanku, right now,” perintah Kim Bum dengan volume yang agak ditinggikan.
Dia berteriak seperti berbicara kepada seseorang yang jaraknya berkilo-kilo meter. Padahal jaraknya dengan So Eun hanya 1 m.
“Baiklah. .” ujar So Eun meninggalkan Kim Bum diiringi dengan buli-bulir air mata.
Kim Bum menyadari perlakuannya terhadap So Eun.
“Arggghh,” geramnya.
Ia memegang bibirnya sadar bahwa ia telah mencium So Eun untuk menyembunyikan rasa kekesalannya terhadap Yuri sekaligus untuk mengangkat harga dirinya agar tidak terlihat rendah di depan orang-orang.
“Maafkan aku So Eun,” lirih Kim Bum.

Geun Suk mendapati So Eun sedang bersimbah air mata.
“Geun Suk,” ujar So Eun saat melihat kedatangan Geun Suk.
So Eun segera memeluk Geun Suk. Ia menumpahkan air matanya di pangkuan Geun Suk.
“Kenapa kau selalu datang di saat yang sangat tepat,” respon Geun Suk
“Hal itulah yang kuinginkan dari dulu. Ingin menjadi pundak tempat kau menumpahkan perasaan sedih maupun gembira,” sambung Geun Suk mengusap pipi So Eun yang basah.
“Sampai kapan kita akan berada posisi seperti ini, mari kita cari tempat duduk,” ajak Geun Suk.
So Eun yang menyadari bahwa dirinya memeluk Geun Suk amat teramat lama membuat dirinya kikuk. Secara perlahan Ia melepaskan pelukannya
“hehee, mian… bajumu jadi basah karena air mataku,” dan mencari posisi duduk. So Eun tak bisa menghentikan air matanya. Rasanya hari-harinya begitu berat semenjak bertemu Kim Bum. Geun Suk menyodorkan tissu ke hadapan So Eun.
“Bukankah kau terkenal perkasa, tapi kenapa hobimu menangis,” ujar Geun Suk
“Apakah aku begitu rendah dihadapan Kim Bum sehingga Ia menjadikan aku sebagai pelampiasan sakit hatinya?” Tanya So Eun.
Pertanyaan yang dilontarkan itu tidak butuh jawaban karena So Eun sendiri tahu akan jawabannya. Geun Suk hanya bisa mendesah
“Hmmm kata-katamu kemarin yang menyuruhku datang kepangkuanmu karena kau akan selalu menungguku. Mulai sekarang akan aku pertimbangkan kata-kata itu dan berusaha untuk menerimanya,” ujar So Eun penuh kepastian.
*****
Di sebuah Café terlihat So Eun beserta kedua sahabatnya sedang berkumpul. So Eun memaksa Hong Ki dan Ji Yeon mentraktirnya untuk merayakan hari jadian mereka.
“Hahh tak menyangka ada sepasang kekasih tepat berada dihadapanku. Padahal kemarin kalian sahabatan. Lucu sekali yah,” tawa So Eun.
“Gimana ceritanya kalian bisa jadian. Wahh aku gak bisa bayangkan kalian bakal pacaran. Pasti akan menjadi kisah romantik, komedy. Ahahaha” canda So Eun kembali.
Ji Yeon dan Hong Ki merasa keki diejek So Eun terus-terusan.
“Kamu mau pesen apa So Eun,” Tanya Ji Yeon. Dia mati kutu diejek So Eun
“Aku mau milk shake alpokat float, bungeoppang (roti ikan mas), Vanilla ice cream, sama french potatos. Kali ini aku mau makan banyak. Mumpung gratis. hehehe”
“Ya ya lain kali aku juga akan menagih hal yang sama ketika kau sudah jadian, btw gimana kelanjutan kisahmu,” Tanya Hong Ki
“Entahlah, sepertinya aku sudah menyerah kepada Kim Bum. Aku akan mencoba membina hubungan dengan Geun Suk,” jawab So Eun.
“Kau yakin dengan keputusanmu,” tanya Ji Yeon.
“Ne, aja aja hwaiting,” jawab So Eun
*****
Kim Bum melihat So Eun sedang menikmati bekal makannya di taman belakang sekolah. Ia perlahan mendekatinya
“Hey nona Kim So Eun,” sapa Kim Bum
“Mau apa kau kesini,” ketus So Eun
“Jutek banget. Aku lapar belum makan, berikan makananmu kepadaku,” pinta Kim Bum
“Andwe, enak saja kau mengambil bekalku. Di kantin masih luas. Sana makan disana, palli,” usir So Eun.
“Tapi aku mau makan makananmu. Aku rindu dengan masakanmu,”
“Tidak bisa, aku sedang lapar,”
“Aku juga saaangat lapar,” paksa Kim Bum. Ia kemudian merebut makanan dari So Eun. So Eun menahan makanannnya. Aksi rebut-rebutan terjadi. Ternyata tenaga Kim Bum lebih kuat sehingga membuat makanannya terlepas dari tangan So Eun.
“Aku menang. . .” kata Kim Bum kegirangan.
So Eun hanya tersenyum kecut melihat makanannya dirampas Kim Bum.
“huhh padahal itu makananku,” batin So Eun.
Kim Bum yang melihat ekpresi So Eun sebal, sesekali menyuapi So Eun.
“Jangan sampai cacing-cancing itu konser diperutmu, cepat makan. Aaa,” ujar Kim Bum menyuapi So Eun
Dengan sigap So Eun segera menyambar makanan dihadapannya.
*****
“Aku tidak menyangka kau akan menepati janjimu. Padahal aku sudah berfikir akan mencari penggantimu. Aku benar-benar frustasi dibuatmu,” ucap Yuri berada di pangkuan Jaejoong.
“Seorang laki-laki sejati akan menepati janjinya kepada orang yang dicintainya, percayalah,” jawab Jaejoong. Mengecupkan bibirnya ke kening Yuri.
“Ada gunanya juga kamu mengujiku seperti ini. Dengan begitu saat aku sedih, aku akan bermain piano sambil bernyanyi. Bahkan aku telah memiliki lagu sendiri. Namun aku tak mau kau pergi lagi. Aku bisa gila tanpamu,”
“Mulai sekarang aku takkan pergi lagi,” ujar Jaejoong pelan.
“Tapi kenapa kau memustuskanku saat kau pergi ke London. Paling gak kita kan bisa berhubungan jarak jauh,” tanya Yuri
“Cinta itu akan datang disaat yang tepat,” jawab Jaejoong merekatkan pelukannya.
*****
So Eun heran dengan perlakuan Kim Bum akhir-akhir ini. Ia selalu didekati Kim Bum kemana pun Ia pergi. So Eun berusaha kabur dan menghindar dari Kim Bum. seperti yang dilakukan sekarang. Ia pulang secara diam-diam agar tidak tertangkap basah oleh Kim Bum. “hahh ottoke bagaiman aku bisa melupakan Kim Bum kalau dia terus-terusan berada didekatku,” ujar So Eun menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Kim Bum berlari-lari mencari sosok So Eun. “kemana dia pergi, bisa-bisanya Ia kabur dariku,” ucap Kim Bum. Ia terus berlari menuju lorong-lorong kelas. Hingga tiba di taman dekat ruang guru. Ia melihat sosok yang dikenalnya sedang bemesraan. Kim Bum memegang dadanya, rasa sakitnya lama-lama mulai berkurang.
“Kim Bum-ah,” sapa Yuri
“Noona . . . hmm sebelumnya maafkan aku karena selama ini aku telah mengagumimu,” ujar Kim Bum mengakui perasaanya.
“Dan kekaguman itu telah dinodai oleh benih-benih cinta,” lanjutnya dalam hati
“Ne gwenchana. Sepertinya akhir-akhir ini mukamu berseri-seri sepertinya kau sedang jatuh cinta. Aigooo. . . sekarang kan sudah ada yeoja yang berada di sampungmu. Chukkae dongsaeng semoga hubunganmu baik-baik saja,” ujar Yuri. Ia berpikir bahwa Kim Bum telah berpacaran dengan So Eun.
“Ye, gomapta noona. Aku pamit dulu, haseyo” pamit Kim Bum
Melanjutkan pencariannya mencari So Eun. Sosok yang dicari akhirnya ketemu. Ia memunggungi So Eun. Kemudian mengejutkan So Eun yang sedang berjalan dengan tatapan kosong.
 “Hey, ,  kau Kim So Eun,” sapa Kim Bum mengagetkan So Eun
“Kau ini mengaggetkanku saja, kamu mau kemana?”
“Mengikutimu,” jawab Kim Bum santai
“Mwo???” mata So Eun terbelalak
“Dulu kan kamu menolak jika aku ke rumahmu. So, dengan cara inilah aku bisa bermain ke tempatmu,”
“Aniyo, kau tak boleh ke rumahku?” tolak So Eun
“Waeyo?”
“Habis ini aku ada blind date dengan Geun Suk. ARASO. Palli ka. . “ Usir So Eun seraya mendorong tubuh Kim Bum.
*****
 “Ini adalah kencan kita untuk kedua kalinya,” ujar Geun Suk membuka percakapan.
So Eun sudah menepati janjinya untuk menemui Geun Suk di myeongdong gyeoja sebuah restoran terkenal di Seoul.
“Ne,” jawab So Eun datar
“Kenapa, kau tidak suka,” melihat gelagat So Eun
“Aniyo, aku hanya merasa kedinginan. Hawa dingin Seoul benar-benar telah memasuki tulang keringku,” jawab So Eun sekenanya.
Geun Suk mendekapkan tangannya ke tangan So Eun.
“Apakah sekarang terasa hangat,”
“Ne,” jawab So Eun membalas erat genggaman tangan Geun Suk
So Eun sudah bertekad akan berada di sisi Geun Suk. Seorang yang telah menunggu cintanya dan mencintainya apa adanya.
“Aku sudah lama menanti saat-saat bahagia ini. Hari-hari dimana aku bisa menggenggam tanganmu. Jalan-jalan ke pantai, menghabiskan waktu bersamamu ke taman hiburan,” aku Geun Suk
“Ne jeseonghamnida, telah lama menunggu,”
“So Eun-ah. . . ”
“Ne,”
Geun Suk memberanikan dirinya mengangkat dagu So Eun. Ia mengusap bibi So Eun dengan jari telunjuknya. Secara perlahan Ia menarik wajah So Eun tepat di depan wajahnya. Jarak mereka sekarang sudah 3cm. Ia bisa merasakan nafas segar So Eun. Bibi So Eun tak menolak kehadiran bibir Geun Suk di depannya. Saat Geun Suk mendekatkan bibirnya mencium So Eun. Tiba-tiba So Eun menolaknya.
“Ani, aku tak bisa melakukan ini,” tolak So Eun
“Wae,”
“Hatiku masih bersinggasana di hatinya,”
Geun Suk menarik rambut So Eun kemudian merekatkan bibirnya kepada So Eun. Kali ini So Eun menolaknya dengan kasar. Ia  mendorong tubuh Geun Suk dengan kasar.
“Mianeyo, Geun Suk-ssi aku tak bisa membohongi hatiku sendiri,” kata So Eun meninggalkan Geun Suk
So Eun hanya bisa mendengar Geun Suk teriak. So Eun tak mengabaikannya Ia berlari dengan isakan tangis. Saat itu Ia hanya ingin menyendiri, menenangkan hatinya yang gundah gulana. Satu-satunya tempat tujuannya adalah ke bukit bintang dimana Ia bisa menikmati kesendiriannya. Sampai tiba di bukit bintang tangisannya tak berhenti, air matanya terus membahasi pipinya. Ia melihat disekitarnya ternyata ada orang yang sangat dikenalnya. Ia menghusap air matanya dan menyapa lelaki itu.
“Kenapa kau disini?”
“Sudah kubilang, disini tempat aku menyendiri. Lalu kau kenapa kesini,” ucap Kim Bum balik bertanya.
“Aku juga ingin menyendiri,”
“Bukankah kau lagi kencan dengan Geun Suk,”
“Kencannya tak berhasil,” jawab So Eun datar
“Kau masih menyukaiku?” membelokkan arah matanya ke wajah So Eun
“Ne, aku masih mencintaimu. Kau tak tahu bagaimana tersiksanya aku mencintaimu? Melihatmu mencintai orang lain bukan mencintai diriku. Kau bisa bayangkan aku mati-matian mengejarmu agar kau melihatku. Melihatku sebagai seorang yeoja yang tulus mencintaimu. Aku sadar bahwa kau hanya menjadikan aku tempat pelampiasan hatimu. Aku mencoba untuk berpaling denganmu. Namun semakin aku berpaling kau terus menghantui hatiku, kau terus menyiksa hatiku. Aku mencoba berada di samping seseorang yang benar-benar mencintaiku. Kurasa itu akan berhasil tapi ternyata tidak karena aku masih mencintaimu.
Cupppp.. . keciupan hangat berhasil mendarat di bibir So Eun. So Eun tak membalas kecupan itu sehingga membuat Kim Bum melepaskan ciumannya.
“Wae” tanya Kim Bum heran
“Bukankah aku bukan tipe idealmu,” tanya So Eun polos
Kim Bum hanya tersenyum
“Kau bukan tipe idealku tapi hatimu” menunjuk dada So Eun “Adalah yang kuincar selama ini. Aku mencintai perempuan yang galak, pemaksa, perkasa, namun memiliki senyum yang indah. Kau memang bukan tipe idealku, namun aku sudah bertekad masuk ke dalam duniamu karena aku mencintaimu. Mencintaimu apa adanya,” Jelasnya
“Jeongmal??”
“Ne,” angguk Kim Bum
“Khajima. . .”
“Tadi adalah ciuman yang kedua kalinya,” So Eun tersenyum nakal.
“Mulai sekarang jangan menghitungnya lagi karena aku akan melakukannya setiap hari,”
Kim Bum kembali menarik dagu So Eun, dalam sekejap bibir Kim Bum menyentuh lembut bibir So Eun kemudian melumat bibir atasnya. So Eun segera mengerjapkan mata dan membalas ciumannya.
   
THE END

Yang membaca fanfiction ini sampai akhir
wajib meninggalkan komen
silent reader go away...!!!!!

Love You as the Way You Are (Part 4) Kejadian yang Tak Terduga




Geun Suk yang melihat payung So Eun ketinggalan segera menyusul So Eun. Hujan mulai turun membuat hati Geun Suk semakin resah. Geun Suk membuka payung So Eun untuk melindungi tubuhnya dari hujan. Seketika itu juga ia melihat So Eun berdiri tegak di tengah hujan. Geun Suk melihat arah mata So Eun. Tatapan Geun Suk mengarah pada apa yang dilihat So Eun dimana Kim Bum dan Yuri berpelukan. Melihat hal itu itu Geun Suk menghampiri So Eun dan melindunginya dari hujan. Tubuh So Eun begitu lemas, ditopang kuat oleh Geun Suk. Rentetan air mata So Eun jatuh.
“Tenanglah, kalau hatimu sudah benar-benar melupakannya. Datanglah kepadaku, aku akan menunggumu,” ujar Geun Suk menyodorkan tissu kepada So Eun.
Menyadari perkataan Geun Suk, So Eun terdiam. Berpikir keras mengenai arah mana ia akan serahkan hatinya.
“Ahhh adegan ini tidak pantas dilakukan oleh seorang guru dengan muridnya,” ujar Yuri melepas pelukan Kim Bum.
“Mianhe, tapi aku sungguh senang melihat pertunjukanmu malam ini.
“Ne, tapi lain kali jangan mengulanginya lagi,” jawab Yuri.
Semenjak insiden tersebut hubungan Kim Bum dan Yuri semakin dekat. Kim Bum yang selalu mampir untuk melihat Yuri bermain piano. Setelah selesai Yuri akan menghampiri Kim Bum dan mengajaknya mengobrol. Perlakuan Yuri yang baik membuat Kim Bum menaruh harapan untuk menjadikan Yuri sebagai teman kencannya.
*****


Sudah 2 minggu lamanya semenjak So Eun melihat Yuri dan Kim Bum berpelukan. Hari-harinya begitu buram. So Eun tak memiliki semangat lagi.
Dicoret-coretnya buku pelajaran hingga terlihat kotor. Pikirannya menerawang memikirkan hatinya yang terus mencintai seseorang yang berada di samping perempuan lain. Kim Bum melihat So Eun sedang duduk manyun di tempat duduknya kemudian menghampirinya.
“Heyy So Eun, kenapa akhir-akhir ini kamu begitu aneh,” sapa Kim Bum melihat tingkah laku So Eun tidak seperti biasanya.
So Eun tidak bereaksi mendengar sapaan Kim Bum.
“Sudah 2 minggu ini kau tidak menjahiliku bahkan tak pernah memaksaku memakan bekalmu,” ujar Kim Bum kembali setelah melihat reaksi So Eun yang berdiam saja.
“Aku tidak akan melakukannya lagi,”
Gleekkk hati Kim Bum serasa mau loncat mendengar pernyataan So Eun. Rasanya ada yang aneh dengan perasaannya ketika  dicuekin So Eun.
“Waeyo,” tanya Kim Bum
“Anni, tidak ada apa-apa,”
“Bukankah aku ini pria idamanmu. Kamu akan melakukan apa saja untuk menaklukan hatiku. Bukankah begitu So Eun-ssi.”
“Sekarang sudah tidak lagi,” jawab So Eun cuek dan kemudian mengangkat tubuhnya untuk meninggalkan ruangan.
“Heyy, kau mau pergi ke mana?” tanya Kim Bum melihat kepergian So Eun.
So Eun yang hendak keluar menghentikan langkahnya. Kini pandangan matanya beralih ke arah Kim Bum tanpa berucap sepatah kata.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?” heran Kim Bum.
So Eun seperti biasa tak menjawab pertanyaan Kim Bum.
“Perlu kau tahu, sekarang aku tak lagi menyimpan cabe di gigiku. Lihat saja ni,” sambung Kim Bum sambil membuka mulut hendak menunjukkan giginya.
Lagi-lagi tak ada respon dari So Eun. Tanpa mempedulikan aksi lucu Kim Bum ia pun meninggalkan Kim Bum sendiri.
“Ya ya ya…. Aishhh dasar wanita aneh. Bukan, bukan aneh tapi unik,” gerutu Kim Bum.
So Eun sedang asyik mengendarai motornya sehabis membelikan barang belanjaan buat ibunya. Dia sengaja mengambil jalan pintas agar tidak terjebak oleh macet. So Eun melihat ada perkelahian di sekitarnya. Ia segera turun dari sepeda motornya. Dilihatnya seorang pemuda yang dirasa familiar. Pemuda itu berusaha menghindar dari segerombolan laki-laki berbadan tegap.
 “Sepertinya dia mau diculik,” batin So Eun.
Dengan bekal bela diri yang dipelajarinya saat masih SMP. Ia telah menancapkan jalur perang kepada para penculik. Dilemparnya helm di belakangnya menjurus ke kepala botak si penculik. Kemudian So Eun menyerang mereka menggunakan helm. Jurus bela diri memang mempan terbukti dalam hitungan menit, para penculik sudah terkapar. Dihampirinya seorang pemuda yang sedang ketakutan.
“Gwencanayo?” Tanya So Eun. Ketiak ia melihat pemuda itu, saat itulah kaget setengah mateng karena orang itu tak lain dan tak bukan adalah.
“Kau” ucap So Eun.
Melihat wajah Kim Bum yang berseri setelah melihat dirinya. So Eun kembali terbengong terhipnotis oleh ketampanannya. Tak sadar bahwa ternyata seorang penculik hendak memukul kepala So Eun.
”Awas” ujar Kim Bum menangkis pukulannya dengan helm milik So Eun.
Menyadari hal tersebut So Eun segera bangkit.
“Ayo kita kabur, sebelum penculik itu mengejar kita,” ajak So Eun sembari melemparkan helmnya kepada Kim Bum.
“Pakailah” pinta So Eun.

Dengan tergesa-gesa mereka berdua kabur menggunakan motor So Eun. Kim Bum yang tak terbiasa naik motor merasa ketakutan dibonceng So Eun. Begitu pula dengan So Eun ia merasa ada yang salah dengan Kim Bum
“So Eun aku tak biasa naik motor,” ujar Kim Bum jujur.
“Kalau kau merasa takut naik motor, kau peluklah aku,” jawab So Eun.



Suara tawa keluar dari mulut mereka berdua.
“Kau itu satu-satunya pewaris perusahaan Ayahmu, jadi lain kali kau harus hati-hati terhadap para penculik. Sewaktu-waktu bisa menculikmu untuk meminta uang tebusan.” Nasehat So Eun.
Ia merasa senang karena bisa dipeluk Kim Bum. hatinya bercenat-cenut kembali.
“Ne, gomawo So Eun-ssi. Tapi aku heran denganmu? Disaat situasi genting seperti tadi, kau sempat-sempatnya bengong melihatku. Apakah aku begitu tampannya,” ujar Kim Bum dengan kenarsisan tingkat dewa.  
“Rumahmu di mana, aku akan mengantarmu,” tanya So Eun
“Lurus aja, nanti perempatan lampu merah belok kanan,” papar Kim Bum
“Berhenti di sini ujar Kim Bum,” saat sampai ke tempat yang dituju.
“Mwo??” So Eun kaget dengan tempat yang dituju bukan rumah Kim Bum namun ia mengajaknya ke bukit bintang.
“Hahh kyeopta” jingkrak-jingkrak So Eun senang.
“Kau senang bukan?” Tanya Kim Bum.
So Eun mengangguk kegirangan. “Aku belum pernah ke sini sebelumnya. Tempat ini indah sekali.”

“Ya, ini memang tempat rahasiaku. Aku selalu ke sini untuk menyendiri,” jawab Kim Bum.
Hati So Eun senang mendengar jawaban dari Kim Bum. So Eun tak menyangka, Kim Bum akan mengajaknya ke tempat seindah itu, lebih-lebih tempat itu adalah tempat di mana Kim Bum menyendiri.
Batin So Eun berkata, “Apakah dengan begitu Kim Bum sekarang telah menaruh hati padaku?”
So Eun menatap wajah Kim Bum lekat. Kim Bum menyadari dirinya diperhatikan oleh So Eun.
“Kenapa kau memandangku seperti itu? Kau mau bilang kalau ada cabe di gigiku,” ucap Kim Bum sambil menunjuk gigi pepsodentnya.
“Aniyo, kali ini aku yang bertanya. Apakah ada aku di hatimu?” Tanya So Eun kembali melekatkan pandangannya pada Kim Bum.
Mendengar perkataan So Eun, Kim Bum termenung.
“Tentu saja kamu ada di hatiku, mustahil jika tidak ada. Karena kau adalah wanita pemaksa, kasar, jahil.” Ejek Kim Bum.
Sebenarnya ia tahu arah pembicaraan So Eun namun ia tak mau melukai hati So Eun. Hatinya masih tetap sama seperti dulu, menyukai Yuri. So Eun kesal dengan jawaban Kim Bum. Ia memonyogkan bibirnya hingga 5 cm.
“Keluarkan HP mu,” pinta So Eun
“Buat apa?
“Udah keluarin aja,” paksa So Eun.
Kim Bum kemudian mengeluarkan HP dari sakunya. So Eun segera mengambil HP Kim Bum dan menjepret wajahnya.
“Suatu saat nanti kau akan menyesal jika tidak mengabadikan wajahku yang super imut ini,” ujar So Eun terkena virus narsisnya Kim Bum
“Cihh, curang. . . foto sendirian. Ayo foto bareng.” ajak Kim Bum melekatkan dirinya ke tubuh So Eun. Mereka pun tertawa.

Tak terasa sudah hampir 2 jam So Eun mengitari pusat pembelanjaan di Myeongdong. Ia terlalu pemilih dalam hal pakaian. Pakaian dan aksesoris yang dibelinya adalah untuk persiapan ulang tahun Jessica besok. Sedikit demi sedikit So Eun makin hari makin bisa memperhatikan penampilannya. Mungkin secara tak langsung itu akibat dari Kim Bum sendiri, meskipun tak ada seoarang pun yang memaksa So Eun untuk berubah. Namun, Ia merasakan kenyamanan saat melihat dirinya terlihat cantik di depan cermin. So Eun mengecek detak jantungnya. Dag dig dug derrr *Daia* detakan jantungnya masih speedy. Kejadian 2 hari yang lalu saat ia berada di bukit bintang bersama Kim Bum masih dapat ia rasakan. Semakin ia mengenangnya semakin banyak pula tumbuh benih-benih cinta.
So Eun melihat ada Yuri yang baru keluar dari butik. Ia hendak ingin menyapanya namun langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki dewasa menghampiri Yuri. Lelaki dewasa itu menyerahkan bunga untuk Yuri kemudian menciumnya. So Eun yang melihatnya, mengucek-ngucek matanya. Memastikan apakah kejadian yang dilihatnya benar. Yang menjadi tanda tanya besar adalah lelaki itu bukan Kim Bum. lalu siapakah lelaki yang bersama Yuri itu. So Eun menerka-nerka jawabannya sendiri.
“Pasti akan terjadi sesuatu yang tidak beres,” batinnya.
*****
“Yeobseyo,” sapa Kim Bum menelpon So Eun.
So Eun dan Kim Bum kini terlihat semakin akrab semenjak Kim Bum diselamatkan oleh So Eun dari insiden penculikan.
“Wae?” Tanya So Eun
“Besok pas acara ulang tahun Jessica, kau datang tidak?”
“Hmm, ne” jawab So Eun
“Kalau begitu bareng aku ya, nanti aku jemput” ajak Kim Bum
Jiahhh So Eun jingkrak-jingkrak kegirangan. Tapi. . .
“Mianhe, besok aku sudah janji mau berangkat sama Hong Ki dan Ji Yeon,” ujar So Eun menyesal.
“Tapi, nanti aku tunggu kau di gerbang ya. Kita ke sana sama-sama” ajak So Eun. Tak mau melepaskan kesempatan emasnya.
“Terserah kamulah,” Jawab Kim Bum menutup teleponnya.
Untuk pertama kali So Eun merasakan kebahagiaan.
“Apakah Kim Bum sudah mulai menyukaiku, ahh aku tidak sabar menunggu hari esok.”
Ji Yeon membantu So Eun untuk berdandan. Dalam hal kewanitaan Ji Yeon memang ahlinya.
“Kau harus terlihat cantik di depan Kim Bum, sepertinya dia sudah mulai menyukaimu,” ujar Ji Yeon sambil menaruh lipstik di bibir So Eun.
Kini mereka sudah sampai di kediaman Jessica.
“Kalian masuk aja dulu, aku mau nunggu pangeran Jepang,” pinta So Eun.
“Wahh So Eun, untuk pertama kali. Aku menyadari bahwa kau benar-benar cantik,” puji Hong Ki.
“Jaga ucapanmu, nanti orang di sebelahmu cemburu,” sindir So Eun.
Ia sudah menyadari bahwa hubungan Hong Ki dan Ji Yeon layaknya sepasang kekasih. Ji Yeon yang merasa disindir segera bergegas meninggalkan So Eun dengan tampang seperti pantat ayam. Disadarinya perkataan So Eun tadi, Ji Yeon mengecek detak jantungnya. “Apakah hatiku sedang bercenat-cenut,” ujarnya dalam hati.
Kim Bum datang dengan membawa mawar merah di tangannya. Senyum So Eun merekah saat melihat Kim Bum membawa bunga.
“Apakah ia akan menyatakan cintanya kepadaku,” batin So Eun.
“Hey pangeran Jepang, kok kamu lama sekali,” sapa So Eun.
“Mian, tadi aku ke toko bunga dulu,” jawab Kim Bum.
So Eun melirik bunga yang dipegang Kim Bum.
“Chaaa” ujar Kim Bum mempersembahkan bunganya kepada So Eun.
“Yogi. .” ujar So Eun dengan suara melemah. Ia tak memilki kosa kata lagi, untuk mengungkapkan rasa bahagianya.
“Ini, , untuk Miss Yuri. Hari ini aku akan menyatakan cinta melalui bunga ini. Kau pegang dulu ya.”
Sontak ucapan Kim Bum membuat hati So Eun tersayat. Ditahannya air matanya agar tidak menangis. Gumpalan rasa sakit berkumpul di dalam hatinya. Ia mungkin tidak menangis air matanya tidak keluar namun hatinya yang menangis. Dicobanya untuk senyum menahan tangisnya.
“Oke, aku akan membantumu. Aja. . aja. . hwaiting,” ujar So Eun meraih bunga dari tangan Kim Bum.
Ia kemudian tersenyum ke arah Kim Bum. Senyum yang amat berat untuk ia lakukan saat itu.
Kim Bum terpesona melihat senyum So Eun yang begitu indah. ia hanya dapat menelan ludah karena baru menyadari bahwa So Eun memiliki wajah yang indah saat tersenyum.
“Hey kau, jangan tersenyum seperti itu. Aku tak mau jatuh cinta kepadamu” ujar Kim Bum. 
Ditepisnya perasaan kagum itu. Ia tak mungkin suka sama So Eun.
“Bukankah selama ini aku mengincar Yuri, dan hari ini aku mau menyatakan cinta kepadanya,” batin Kim Bum.
“Mworago?” Tanya So Eun tak percaya dengan apa yang diucapkan Kim Bum.
“Aniyo,” Kim Bum menyangkalnya.
“Kaja. . .” ajak Kim Bum.
“Gadis yang aku incar selama beberapa bulan ini, kini ada dihadapanku. Begitu indahnya ukiran bibirmu saat tersenyum. Tahukah kamu betapa aku mengagumi sosok sepertimu? Selangkah lagi, yahh selangkah lagi. Aku akan menggapaimu,” batin Kim Bum.
Ia melangkahkan kakinya ke arah Yuri. So Eun mengikuti arah Kim Bum sambil menunduk. Tak kuat melihat mereka berdua.
“Miss Yuri ada hal penting yang aku ingin ungkapkan kepadamu. Selama beberapa bulan ini aku telah memendam perasaan. . .”
“Jakaman,” ujar Yuri memotong pembicaraan Kim Bum. seorang pria dewasa mendekati Yuri.
“Ne, ini Jaejoong tunanganku. Ia baru saja pulang dari London.” Sontak baik Kim Bum maupun So Eun kaget atas kalimat yang dilontar Yuri.



“Kami berpacaran semenjak kuliah dan kali ini ia datang ke Korea untuk melamarku. Aku senang sekali. Setelah sekian lama dengan rasa sakit aku menunggunya akhirnya ia menepati janjinya. Untukmu Kim Bum terima kasih kau telah berhasil menghiburku selama ini. Kau telah menambahkan cat ke dalam kehidupanku sehingga hidupku lebih berwarna. Kau sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Mulai sekarang kalau di luar sekolah kamu panggil aku noona ya,” ujar Yuri panjang lebar.
Dada Kim Bum mulai sesak, emosinya sudah berada di ujung.
“Oh ya, tadi kamu mau bilang apa,” Tanya Yuri setelah sadar bahwa Kim Bum akan memberitahukan sesuatu kepadanya.
Tanpa pikir panjang panjang Kim Bum Menjawab.
“Sebenarnya aku sudah memiliki pacar baru,”
Kim Bum segera menarik tangan So Eun. Kemudian mencium bibirnya.



To be continued. . . . .