Kamis, 20 September 2012

Love You as the Way You Are (Part 5-Final) Loving You at the Right Time



Kim Bum pergi meninggalkan acara pesta setelah mencium So Eun. Ia keluar mencari tempat untuk menyendiri. Rasa sakit hati atas pernyataan Yuri belum bisa terobati.
“Apakah Yuri hanya menganggapku sebagai seorang adik. Cihhh, lalu apa maksudnya selama ini. Setiap hari melihat dia main piano, menemani dia mengobrol, menemani dia saat sedang suntuk. Apakah itu bukan kencan? Apakah dia sama sekali tidak tahu dengan perasaanku. Tahukah kau Miss Yuri, owh bukan kau yang dari dulu ingin aku panggil dengan sebutan Jagiya. Betapa keras perjuanganku untuk mendapatkanmu. Aku tahu kau itu seorang guruku namun aku tak bisa membohongi perasaan ini. Aku betul-betul menyukaimu. Lantas apakah perlakuanku selama ini tidak cukup membuktikan bahwa aku menyukaimu? Tahukah kamu, bagaimana sakitnya aku saat kau menyatakan akan bertunangan, tepat di mana aku akan menyatakan cinta kepadamu. Tepat di mana selangkah lagi aku akan berada dipelukanmu. Betapa aku berharap aku bisa mendapatkanmu. Menggapaimu, membelai rambut halusmu, mencubit pipimu dan  mencium bibirmu. Semua impian itu kini hancur karena seorang yang berada di sampingmu. Ahhhhhhh naega babo chorom,,” geram Kim Bum.
Amarahnya benar-benar memuncak. Ia menggengan erat tangannya kemudian mengepalnya ke tembok.
“bodoh. . bodoh” teriak Kim Bum kesal.
Di tempat terpisah So Eun masih tak percaya atas perlakuan Kim Bum terhadapnya.
“Apa sebenarnya yang dilakukan Kim Bum. Bukankah ia berniat menembak Miss Yuri lalu kenapa dia tiba-tiba menciumku dan mengatakan aku adalah pacarnya. Apakah dia sengaja melampiaskan rasa sakitnya kepadaku karena Miss Yuri telah memiliki pendamping? karena merasa ia ditolak dengan Miss Yuri sehingga membuatnya menyatakan diriku sebagai kekasihnya. Lalu ciuman itu. . itu ciuman pertamaku. Ciuman yang dilakukan oleh seseorang untuk melampiaskan sakit hatinya. Apakah aku dipandang begitu rendah sehingga ia hanya menjadikanku sebagai wanita pelampiasan. Andwe. . Aku harus menanyakan langsung kepastiannya,” ujar So Eun dalam hati. Ia kemudian keluar hendak mencari Kim Bum.
“So Eun-ah tunggu,” ujar Ji Yeon menyusul So Eun.
Tangan Ji Yeon dihadang oleh Hong Ki 
“Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Bukankah kita memiliki masalah perasaan yang harus diselesaikan,” ujar Hong Ki membuat Ji Yeon kaget.
“Mwo?” tanda tanya bagi Hong Ki.
“Mana tanganmu kirimu?”
Ji Yeon menyerahkan tangannya kepada Hong Ki
“Chaa, coba cek denyut nadimu,”
“Begitu cepat,” ujar Ji Yeon setelah mengeceknya.
“Coba cek denyut nadiku,” ucap Hong Ki sembari menyerahkan tangannya pada Ji Yeon
“Sama-sama cepat,” jawab Ji Yeon.
“Menurut orang-orang. Jika seseorang disaat bersama orang yang disayanginya maka secara otomatis denyut nadinya akan berdetak 3x lebih cepat,” jelas Hong Ki
“Jadi??’
“Jadi, kita memiliki perasaan yang sama. Sama-sama ingin memiliki. Apakah kau benar-benar tidak menyukaiku Ji Yeon,” Tanya Hongki.
Seketika itu Ji Yeon mencium pipi Hong Ki
“Jantungku berdetak kencang saat bersamamu,” ujar Ji Yeon sambil tersenyum.
*****
So Eun mendapati Kim Bum sedang menyendiri. Ia bertekad akan menanyakan langsung atas perlakuan Kim Bum terhadapnya.
“Kim Bum-ssi. . . tadi kau. . .”
“Bisakah kau meninggalkan aku sendiri,” perintah Kim Bum saat mendengar suara So Eun.
“Tapi aku. . .”
“Mulai sekarang jangan pernah muncul di hadapanku. Cepat enyah dari pandanganku,”
“Aku hanya. . .”
“Enyah dari hadapanku, right now,” perintah Kim Bum dengan volume yang agak ditinggikan.
Dia berteriak seperti berbicara kepada seseorang yang jaraknya berkilo-kilo meter. Padahal jaraknya dengan So Eun hanya 1 m.
“Baiklah. .” ujar So Eun meninggalkan Kim Bum diiringi dengan buli-bulir air mata.
Kim Bum menyadari perlakuannya terhadap So Eun.
“Arggghh,” geramnya.
Ia memegang bibirnya sadar bahwa ia telah mencium So Eun untuk menyembunyikan rasa kekesalannya terhadap Yuri sekaligus untuk mengangkat harga dirinya agar tidak terlihat rendah di depan orang-orang.
“Maafkan aku So Eun,” lirih Kim Bum.

Geun Suk mendapati So Eun sedang bersimbah air mata.
“Geun Suk,” ujar So Eun saat melihat kedatangan Geun Suk.
So Eun segera memeluk Geun Suk. Ia menumpahkan air matanya di pangkuan Geun Suk.
“Kenapa kau selalu datang di saat yang sangat tepat,” respon Geun Suk
“Hal itulah yang kuinginkan dari dulu. Ingin menjadi pundak tempat kau menumpahkan perasaan sedih maupun gembira,” sambung Geun Suk mengusap pipi So Eun yang basah.
“Sampai kapan kita akan berada posisi seperti ini, mari kita cari tempat duduk,” ajak Geun Suk.
So Eun yang menyadari bahwa dirinya memeluk Geun Suk amat teramat lama membuat dirinya kikuk. Secara perlahan Ia melepaskan pelukannya
“hehee, mian… bajumu jadi basah karena air mataku,” dan mencari posisi duduk. So Eun tak bisa menghentikan air matanya. Rasanya hari-harinya begitu berat semenjak bertemu Kim Bum. Geun Suk menyodorkan tissu ke hadapan So Eun.
“Bukankah kau terkenal perkasa, tapi kenapa hobimu menangis,” ujar Geun Suk
“Apakah aku begitu rendah dihadapan Kim Bum sehingga Ia menjadikan aku sebagai pelampiasan sakit hatinya?” Tanya So Eun.
Pertanyaan yang dilontarkan itu tidak butuh jawaban karena So Eun sendiri tahu akan jawabannya. Geun Suk hanya bisa mendesah
“Hmmm kata-katamu kemarin yang menyuruhku datang kepangkuanmu karena kau akan selalu menungguku. Mulai sekarang akan aku pertimbangkan kata-kata itu dan berusaha untuk menerimanya,” ujar So Eun penuh kepastian.
*****
Di sebuah Café terlihat So Eun beserta kedua sahabatnya sedang berkumpul. So Eun memaksa Hong Ki dan Ji Yeon mentraktirnya untuk merayakan hari jadian mereka.
“Hahh tak menyangka ada sepasang kekasih tepat berada dihadapanku. Padahal kemarin kalian sahabatan. Lucu sekali yah,” tawa So Eun.
“Gimana ceritanya kalian bisa jadian. Wahh aku gak bisa bayangkan kalian bakal pacaran. Pasti akan menjadi kisah romantik, komedy. Ahahaha” canda So Eun kembali.
Ji Yeon dan Hong Ki merasa keki diejek So Eun terus-terusan.
“Kamu mau pesen apa So Eun,” Tanya Ji Yeon. Dia mati kutu diejek So Eun
“Aku mau milk shake alpokat float, bungeoppang (roti ikan mas), Vanilla ice cream, sama french potatos. Kali ini aku mau makan banyak. Mumpung gratis. hehehe”
“Ya ya lain kali aku juga akan menagih hal yang sama ketika kau sudah jadian, btw gimana kelanjutan kisahmu,” Tanya Hong Ki
“Entahlah, sepertinya aku sudah menyerah kepada Kim Bum. Aku akan mencoba membina hubungan dengan Geun Suk,” jawab So Eun.
“Kau yakin dengan keputusanmu,” tanya Ji Yeon.
“Ne, aja aja hwaiting,” jawab So Eun
*****
Kim Bum melihat So Eun sedang menikmati bekal makannya di taman belakang sekolah. Ia perlahan mendekatinya
“Hey nona Kim So Eun,” sapa Kim Bum
“Mau apa kau kesini,” ketus So Eun
“Jutek banget. Aku lapar belum makan, berikan makananmu kepadaku,” pinta Kim Bum
“Andwe, enak saja kau mengambil bekalku. Di kantin masih luas. Sana makan disana, palli,” usir So Eun.
“Tapi aku mau makan makananmu. Aku rindu dengan masakanmu,”
“Tidak bisa, aku sedang lapar,”
“Aku juga saaangat lapar,” paksa Kim Bum. Ia kemudian merebut makanan dari So Eun. So Eun menahan makanannnya. Aksi rebut-rebutan terjadi. Ternyata tenaga Kim Bum lebih kuat sehingga membuat makanannya terlepas dari tangan So Eun.
“Aku menang. . .” kata Kim Bum kegirangan.
So Eun hanya tersenyum kecut melihat makanannya dirampas Kim Bum.
“huhh padahal itu makananku,” batin So Eun.
Kim Bum yang melihat ekpresi So Eun sebal, sesekali menyuapi So Eun.
“Jangan sampai cacing-cancing itu konser diperutmu, cepat makan. Aaa,” ujar Kim Bum menyuapi So Eun
Dengan sigap So Eun segera menyambar makanan dihadapannya.
*****
“Aku tidak menyangka kau akan menepati janjimu. Padahal aku sudah berfikir akan mencari penggantimu. Aku benar-benar frustasi dibuatmu,” ucap Yuri berada di pangkuan Jaejoong.
“Seorang laki-laki sejati akan menepati janjinya kepada orang yang dicintainya, percayalah,” jawab Jaejoong. Mengecupkan bibirnya ke kening Yuri.
“Ada gunanya juga kamu mengujiku seperti ini. Dengan begitu saat aku sedih, aku akan bermain piano sambil bernyanyi. Bahkan aku telah memiliki lagu sendiri. Namun aku tak mau kau pergi lagi. Aku bisa gila tanpamu,”
“Mulai sekarang aku takkan pergi lagi,” ujar Jaejoong pelan.
“Tapi kenapa kau memustuskanku saat kau pergi ke London. Paling gak kita kan bisa berhubungan jarak jauh,” tanya Yuri
“Cinta itu akan datang disaat yang tepat,” jawab Jaejoong merekatkan pelukannya.
*****
So Eun heran dengan perlakuan Kim Bum akhir-akhir ini. Ia selalu didekati Kim Bum kemana pun Ia pergi. So Eun berusaha kabur dan menghindar dari Kim Bum. seperti yang dilakukan sekarang. Ia pulang secara diam-diam agar tidak tertangkap basah oleh Kim Bum. “hahh ottoke bagaiman aku bisa melupakan Kim Bum kalau dia terus-terusan berada didekatku,” ujar So Eun menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Kim Bum berlari-lari mencari sosok So Eun. “kemana dia pergi, bisa-bisanya Ia kabur dariku,” ucap Kim Bum. Ia terus berlari menuju lorong-lorong kelas. Hingga tiba di taman dekat ruang guru. Ia melihat sosok yang dikenalnya sedang bemesraan. Kim Bum memegang dadanya, rasa sakitnya lama-lama mulai berkurang.
“Kim Bum-ah,” sapa Yuri
“Noona . . . hmm sebelumnya maafkan aku karena selama ini aku telah mengagumimu,” ujar Kim Bum mengakui perasaanya.
“Dan kekaguman itu telah dinodai oleh benih-benih cinta,” lanjutnya dalam hati
“Ne gwenchana. Sepertinya akhir-akhir ini mukamu berseri-seri sepertinya kau sedang jatuh cinta. Aigooo. . . sekarang kan sudah ada yeoja yang berada di sampungmu. Chukkae dongsaeng semoga hubunganmu baik-baik saja,” ujar Yuri. Ia berpikir bahwa Kim Bum telah berpacaran dengan So Eun.
“Ye, gomapta noona. Aku pamit dulu, haseyo” pamit Kim Bum
Melanjutkan pencariannya mencari So Eun. Sosok yang dicari akhirnya ketemu. Ia memunggungi So Eun. Kemudian mengejutkan So Eun yang sedang berjalan dengan tatapan kosong.
 “Hey, ,  kau Kim So Eun,” sapa Kim Bum mengagetkan So Eun
“Kau ini mengaggetkanku saja, kamu mau kemana?”
“Mengikutimu,” jawab Kim Bum santai
“Mwo???” mata So Eun terbelalak
“Dulu kan kamu menolak jika aku ke rumahmu. So, dengan cara inilah aku bisa bermain ke tempatmu,”
“Aniyo, kau tak boleh ke rumahku?” tolak So Eun
“Waeyo?”
“Habis ini aku ada blind date dengan Geun Suk. ARASO. Palli ka. . “ Usir So Eun seraya mendorong tubuh Kim Bum.
*****
 “Ini adalah kencan kita untuk kedua kalinya,” ujar Geun Suk membuka percakapan.
So Eun sudah menepati janjinya untuk menemui Geun Suk di myeongdong gyeoja sebuah restoran terkenal di Seoul.
“Ne,” jawab So Eun datar
“Kenapa, kau tidak suka,” melihat gelagat So Eun
“Aniyo, aku hanya merasa kedinginan. Hawa dingin Seoul benar-benar telah memasuki tulang keringku,” jawab So Eun sekenanya.
Geun Suk mendekapkan tangannya ke tangan So Eun.
“Apakah sekarang terasa hangat,”
“Ne,” jawab So Eun membalas erat genggaman tangan Geun Suk
So Eun sudah bertekad akan berada di sisi Geun Suk. Seorang yang telah menunggu cintanya dan mencintainya apa adanya.
“Aku sudah lama menanti saat-saat bahagia ini. Hari-hari dimana aku bisa menggenggam tanganmu. Jalan-jalan ke pantai, menghabiskan waktu bersamamu ke taman hiburan,” aku Geun Suk
“Ne jeseonghamnida, telah lama menunggu,”
“So Eun-ah. . . ”
“Ne,”
Geun Suk memberanikan dirinya mengangkat dagu So Eun. Ia mengusap bibi So Eun dengan jari telunjuknya. Secara perlahan Ia menarik wajah So Eun tepat di depan wajahnya. Jarak mereka sekarang sudah 3cm. Ia bisa merasakan nafas segar So Eun. Bibi So Eun tak menolak kehadiran bibir Geun Suk di depannya. Saat Geun Suk mendekatkan bibirnya mencium So Eun. Tiba-tiba So Eun menolaknya.
“Ani, aku tak bisa melakukan ini,” tolak So Eun
“Wae,”
“Hatiku masih bersinggasana di hatinya,”
Geun Suk menarik rambut So Eun kemudian merekatkan bibirnya kepada So Eun. Kali ini So Eun menolaknya dengan kasar. Ia  mendorong tubuh Geun Suk dengan kasar.
“Mianeyo, Geun Suk-ssi aku tak bisa membohongi hatiku sendiri,” kata So Eun meninggalkan Geun Suk
So Eun hanya bisa mendengar Geun Suk teriak. So Eun tak mengabaikannya Ia berlari dengan isakan tangis. Saat itu Ia hanya ingin menyendiri, menenangkan hatinya yang gundah gulana. Satu-satunya tempat tujuannya adalah ke bukit bintang dimana Ia bisa menikmati kesendiriannya. Sampai tiba di bukit bintang tangisannya tak berhenti, air matanya terus membahasi pipinya. Ia melihat disekitarnya ternyata ada orang yang sangat dikenalnya. Ia menghusap air matanya dan menyapa lelaki itu.
“Kenapa kau disini?”
“Sudah kubilang, disini tempat aku menyendiri. Lalu kau kenapa kesini,” ucap Kim Bum balik bertanya.
“Aku juga ingin menyendiri,”
“Bukankah kau lagi kencan dengan Geun Suk,”
“Kencannya tak berhasil,” jawab So Eun datar
“Kau masih menyukaiku?” membelokkan arah matanya ke wajah So Eun
“Ne, aku masih mencintaimu. Kau tak tahu bagaimana tersiksanya aku mencintaimu? Melihatmu mencintai orang lain bukan mencintai diriku. Kau bisa bayangkan aku mati-matian mengejarmu agar kau melihatku. Melihatku sebagai seorang yeoja yang tulus mencintaimu. Aku sadar bahwa kau hanya menjadikan aku tempat pelampiasan hatimu. Aku mencoba untuk berpaling denganmu. Namun semakin aku berpaling kau terus menghantui hatiku, kau terus menyiksa hatiku. Aku mencoba berada di samping seseorang yang benar-benar mencintaiku. Kurasa itu akan berhasil tapi ternyata tidak karena aku masih mencintaimu.
Cupppp.. . keciupan hangat berhasil mendarat di bibir So Eun. So Eun tak membalas kecupan itu sehingga membuat Kim Bum melepaskan ciumannya.
“Wae” tanya Kim Bum heran
“Bukankah aku bukan tipe idealmu,” tanya So Eun polos
Kim Bum hanya tersenyum
“Kau bukan tipe idealku tapi hatimu” menunjuk dada So Eun “Adalah yang kuincar selama ini. Aku mencintai perempuan yang galak, pemaksa, perkasa, namun memiliki senyum yang indah. Kau memang bukan tipe idealku, namun aku sudah bertekad masuk ke dalam duniamu karena aku mencintaimu. Mencintaimu apa adanya,” Jelasnya
“Jeongmal??”
“Ne,” angguk Kim Bum
“Khajima. . .”
“Tadi adalah ciuman yang kedua kalinya,” So Eun tersenyum nakal.
“Mulai sekarang jangan menghitungnya lagi karena aku akan melakukannya setiap hari,”
Kim Bum kembali menarik dagu So Eun, dalam sekejap bibir Kim Bum menyentuh lembut bibir So Eun kemudian melumat bibir atasnya. So Eun segera mengerjapkan mata dan membalas ciumannya.
   
THE END

Yang membaca fanfiction ini sampai akhir
wajib meninggalkan komen
silent reader go away...!!!!!

4 komentar:

  1. keren banget oennie... aku suka banget.. semangat buat ff bumsso lg... aja aja hwaiting....:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gomawo saeng udah baca n komen.... semakin semangat nih mw bikin... ditunggu aja yah....

      Hapus
  2. keren....
    lucu bgt pas kim bum nya balik ngejar2 so eun...
    dtunggu karya2 slanjutny y chingu... :)

    BalasHapus