So Eun merasa sakit hati dengan ucapan Kim Bum. So Eun pergi meninggalkan ruangan dengan mata yang berkaca-kaca. Geun Suk mengikuti langkah So Eun tanpa sepengetahuannya. Geun Suk segera menyodorkan tisu. Berlembar-lembar tisu telah So Eun habiskan untuk menghapus air matanya. Geun Suk dengan sabar menanti So Eun. 30 menit berlalu tanpa ada kesadaran dari So Eun.
“Geun Suk,” ucap So Eun saat menyadari saat
menyadari orang yang berada di sampingnya.
“Apa yang harus aku lakukan. Aku sudah mati kutu di
depan Kim Bum,” ujar So Eun saat menelpon Ji Yeon.
Ji Yeon hanya menjawab, “Aja aja hwaiting..”
“Hiksss. Ottoke,” isak So Eun kembali.
Perjuangan untuk menaklukan hati Kim Bum tak
berhenti begitu saja. So Eun kini telah membuat bekal cinta untuk Kim Bum.
“Hey pangeran Jepang, kali ini aku membuatkan sushi
untukmu, terimalah..” ujar So Eun sembari menyodorkan bekalnya.
Melihat bekal makanan yang disodorkan So Eun, Kim
Bum tidak peduli.
“Hong Ki, apakah kau sedang lapar?” Tanya Kim Bum
“Iya, aku sangat lapar. Wae?”
“Kalau begitu ambil saja makanan dari So Eun. Aku
sudah kenyang,” ujar Kim Bum berlalu.
“Wah… cinta satu sisi,” ujar Hong Ki. Mendengar
perkataan Hong Ki. So Eun segera menyumpal mulut Hong Ki dengan potongan sushi.
“Bogo.. bogo..bogo…” teriak So Eun sebal.
Keesokan harinya So Eun kembali membawa bekal untuk
Kim Bum.
“Kim Bum, ini makanan untukmu. Kali ini kau tidak
bisa menolak lagi karena Hong Ki sudah kenyang,” ujar So Eun sambil menyikut
Hong Ki.
“Ne, aku sudah kenyang. Saaaaangat kenyang,” jawab
Hong Ki.
“Apakah kau yakin aku akan menerima bekalmu ini.
“Iya..” angguk So Eun.
“Aku tak mau. Perutku sudah terisi penuh. Taruh saja
di tong sampah. Kebetulan belum terisi,” tolak Kim Bum menunjuk tong sampah di
taman. Kim Bum berlalu begitu saja tanpa memperdulikan So Eun. Tak terima
perlakuan Kim Bum, So Eun segera menarik tangan Kim Bum. Ia tak sudi jika Kim
Bum menolak untuk kedua kalinya. Ia menjatuhkan tubuh Kim Bum ke kursi. Mau tak
mau Kim Bum harus menata posisi duduknya agar tidak terjatuh. So Eun
menyodorkan makanannya.
“Makanlah..” pintanya
“Aku tak mau,” acuh Kim Bum membuang muka.
“Braaakkkk..” So Eun menggebrak meja dengan
kerasnya.
“Andwe kamu harus makan,” paksa So Eun.
Kim Bum terpaksa menuruti perintah So Eun. Dibukanya
kotak makanan tersebut. Senyum ceria terukir dari bibir Kim Bum saat melihat
makanannya ternyata menyerupai wajahnya.
“Selamat makan pangeran Jepang.”
So Eun mendekatkan wajahnya 3 cm dari wajah Kim Bum.
Kemudian ia meninggalkan Kim Bum yang sedang asyik melahap makanannya.
****
So Eun kembali latihan basket. Ia sudah resmi
mengundurkan diri dari anggota cheer mengingat ia hanya melakukan kekacauan.
“Shoot..” ujar Geun Suk mendekati So Eun.
“Heyy rupanya kau.” So Eun menoleh ke arah Geun Suk.
“Akhirnya kau kembali.”
“Mola.. aku juga rindu main basket. Tanganku serasa
kaku kalau tidak memegang bola,” lelucon So Eun.
Geun Suk memandang So Eun dengan lekat. Gadis yang
ia cintai selama ini. Hanya dia sendiri yang tahu hal itu karena ia sama sekali
mengungkapkannya.
“So Eun, sabtu malam main ke taman bersama aku.
Yuukk,” ajak Geun Suk.
So Eun pun menjawabnya dengan mengangguk tanda
menyutujui ajakan Geun Suk.
Sepasang mata Kim Bum tak lepas
dari Yuri yang sedang asyik maen piano. Sudah hampir 2 minggu Ia mengamati Yuri
memainkan pianonya. Seluruh pelayan sudah tahu apa menu untuk Kim Bum yang jelas
menu yang akan dipesan harganya paling mahal. Kini Kim Bum memiliki keberanian
untuk menghampiri Yuri.
“Yuri, , opss miss Yuri,” sapa Kim Bum
“Ahh Kim Bum, tumben sekali,” timpal Yuri tersenyum
“Sebenarnya selama 2 minggu ini saya mengamatimu
disini,” kata Kim Bum menunduk.
Ia sungguh kaku berhadapan dengan gurunya.
“Mwo,” kaget Yuri.
“Ne, aku sudah mengagumi seorang wanita cantik semenjak
pertama kali melihatmu,” ucapan Kim Bum mengejutkan Yuri.
“Kim Bum kau jangan mengada-ada,” kata Yuri masih heran
dengan perkataan kim Bum.
“Saya tidak mengada-ada. Mungkin saat ini Anda tidak
percaya. Namun saya benar-benar serius ingin menjadi teman kencanmu. Maukah
Anda menemaniku malam ini,”
“Anni, kamu itu muridku Kim Bum. ini tidak pantas,”
jawab Yuri.
“Jebal,” ucap Kim Bum memohon.
“Mianeyo, sebagai gantinya aku akan mengundangmu dalam
pertunjukkan piano di sini,” kata Yuri sambil tersenyum lebar.
“Ne, aku pasti datang. Suatu saat nanti aku akan
buktikan padamu.” Ujar Kim Bum memantapkan hatinya.
Geun Suk yang sudah siap dengan
mantel coklatnya kini bergegas menuju taman. Ini adalah kencan pertamanya
bersama So Eun. Ia sudah bertekad akan menyatakan cintanya kepada So Eun.
Perasaan itu telah ia simpan kian lama. Dia kira seiring berjalannya waktu
dapat melupakan So Eun. Dugaannya melesat, semakin ia melihat So Eun semakin
besar pula cintanya. So Eun sudah duduk di atas ayunan sembari menunggu Geun
Suk.
“Mianhe, aku terlambat,” ujar Geun Suk.
“Anni, aku saja yang terlalu cepat datang,” timpal
So Eun.
Hawa dingin Seoul merasuk ke tubuh
mereka. Sepertinya akan hujan, makanya So Eun sudah mempersiapkan payungnya. So
Eun mengambilnya headsetnya dan menaruh ke telinganya. Ditemani dengan lagunya
‘Romantic Shinee’ Ia memain-mainkan ayunannya. Lama tak ada percakapan di
antara mereka. Geun Suk sudah mempersiapkan pengakuan cintanya kepada So Eun namun
setelah bertemu dengannya, seakan ada badai yang menghalangi pengakuan
cintanya.
“Begitu lucu jika kau mendengarkan perasaanku. Ini
bukan lelucon tapi inilah sebernarnya yang ingin aku katakan dari dulu,
semenjak aku melihatmu bermain basket. Perasaan ini aku sudah pendam sekian
lama. Hari inilah aku berani mengungkapkannya. Maukah kamu menjadi kekasihku?”
ungkap Geun Suk. Begitu takut akan ditolak So Eun.
“Mworago,” ujar So Eun sambil melepaskan headsetnya.
Ia sama sekali tak mendengarkan perkataan Geun Suk.
“Anni, aku tak mengatakan apa-apa,” jawab Geun Suk
berbohong.
Ia tak punya keberanian lagi untuk mengungkapkan
cintanya.
“Hahhh aku sudah puas di taman ini, malam sudah
semakin larut. Aku pulang dulu ya.” Pamit So Eun pergi. Geun Suk hanya bisa
mengepalkan tangannya kesakitan.
Suaranya Yuri begitu merdu membuat peserta yang
berada di Café menghayati alunan irama. Kim Bum semakin terpana melihat
penampilan Yuri. Pertunjukkan pun selesai Yuri keluar dari ruangan menuju
mobilnya. Tiba-tiba Kim Bum datang dan langsung memeluk Yuri. Adegan mereka
terekam oleh mata So Eun. Hati So Eun begitu terpukul melihat pemandangan di
depannya. Hatinya terasa diiris. So Eun merasa sakit hati, amat sakit bagai
puluhan jarum menusuk hatinya. Ia tetap tegak memandangi mereka berdua. Tak
peduli dengan hujan yang mulai turun. So Eun memegang dadanya menahan rasa
sakit yang dialaminya.
To be continued. . . .
.
Please don't be silent reader
Be a good reader by give your comment
Tidak ada komentar:
Posting Komentar