Kamis, 20 September 2012

Love You As The Way You Are (Part 3) Cinta Satu Sisi



So Eun merasa sakit hati dengan ucapan Kim Bum. So Eun pergi meninggalkan ruangan dengan mata yang berkaca-kaca. Geun Suk mengikuti langkah So Eun tanpa sepengetahuannya. Geun Suk segera menyodorkan tisu. Berlembar-lembar tisu telah So Eun habiskan untuk menghapus air matanya. Geun Suk dengan sabar menanti So Eun. 30 menit berlalu tanpa ada kesadaran dari So Eun.
“Geun Suk,” ucap So Eun saat menyadari saat menyadari orang yang berada di sampingnya.
“Apa yang harus aku lakukan. Aku sudah mati kutu di depan Kim Bum,” ujar So Eun saat menelpon Ji Yeon.
Ji Yeon hanya menjawab, “Aja aja hwaiting..”
“Hiksss. Ottoke,” isak So Eun kembali.
Perjuangan untuk menaklukan hati Kim Bum tak berhenti begitu saja. So Eun kini telah membuat bekal cinta untuk Kim Bum.
“Hey pangeran Jepang, kali ini aku membuatkan sushi untukmu, terimalah..” ujar So Eun sembari menyodorkan bekalnya.
Melihat bekal makanan yang disodorkan So Eun, Kim Bum tidak peduli.
“Hong Ki, apakah kau sedang lapar?” Tanya Kim Bum
“Iya, aku sangat lapar. Wae?”
“Kalau begitu ambil saja makanan dari So Eun. Aku sudah kenyang,” ujar Kim Bum berlalu.
“Wah… cinta satu sisi,” ujar Hong Ki. Mendengar perkataan Hong Ki. So Eun segera menyumpal mulut Hong Ki dengan potongan sushi.
“Bogo.. bogo..bogo…” teriak So Eun sebal.
Keesokan harinya So Eun kembali membawa bekal untuk Kim Bum.
“Kim Bum, ini makanan untukmu. Kali ini kau tidak bisa menolak lagi karena Hong Ki sudah kenyang,” ujar So Eun sambil menyikut Hong Ki.
“Ne, aku sudah kenyang. Saaaaangat kenyang,” jawab Hong Ki.
“Apakah kau yakin aku akan menerima bekalmu ini.
“Iya..” angguk So Eun.
“Aku tak mau. Perutku sudah terisi penuh. Taruh saja di tong sampah. Kebetulan belum terisi,” tolak Kim Bum menunjuk tong sampah di taman. Kim Bum berlalu begitu saja tanpa memperdulikan So Eun. Tak terima perlakuan Kim Bum, So Eun segera menarik tangan Kim Bum. Ia tak sudi jika Kim Bum menolak untuk kedua kalinya. Ia menjatuhkan tubuh Kim Bum ke kursi. Mau tak mau Kim Bum harus menata posisi duduknya agar tidak terjatuh. So Eun menyodorkan makanannya.
“Makanlah..” pintanya
“Aku tak mau,” acuh Kim Bum membuang muka.
“Braaakkkk..” So Eun menggebrak meja dengan kerasnya.
“Andwe kamu harus makan,” paksa So Eun.
Kim Bum terpaksa menuruti perintah So Eun. Dibukanya kotak makanan tersebut. Senyum ceria terukir dari bibir Kim Bum saat melihat makanannya ternyata menyerupai wajahnya.
“Selamat makan pangeran Jepang.”
So Eun mendekatkan wajahnya 3 cm dari wajah Kim Bum. Kemudian ia meninggalkan Kim Bum yang sedang asyik melahap makanannya.
****
So Eun kembali latihan basket. Ia sudah resmi mengundurkan diri dari anggota cheer mengingat ia hanya melakukan kekacauan.
“Shoot..” ujar Geun Suk mendekati So Eun.
“Heyy rupanya kau.” So Eun menoleh ke arah Geun Suk.
“Akhirnya kau kembali.”
“Mola.. aku juga rindu main basket. Tanganku serasa kaku kalau tidak memegang bola,” lelucon So Eun.
Geun Suk memandang So Eun dengan lekat. Gadis yang ia cintai selama ini. Hanya dia sendiri yang tahu hal itu karena ia sama sekali mengungkapkannya.
“So Eun, sabtu malam main ke taman bersama aku. Yuukk,” ajak Geun Suk.
So Eun pun menjawabnya dengan mengangguk tanda menyutujui ajakan Geun Suk.
Sepasang mata Kim Bum tak lepas dari Yuri yang sedang asyik maen piano. Sudah hampir 2 minggu Ia mengamati Yuri memainkan pianonya. Seluruh pelayan sudah tahu apa menu untuk Kim Bum yang jelas menu yang akan dipesan harganya paling mahal. Kini Kim Bum memiliki keberanian untuk menghampiri Yuri.
“Yuri, , opss miss Yuri,” sapa Kim Bum
“Ahh Kim Bum, tumben sekali,” timpal Yuri tersenyum
“Sebenarnya selama 2 minggu ini saya mengamatimu disini,” kata Kim Bum menunduk.
Ia sungguh kaku berhadapan dengan gurunya.
“Mwo,” kaget Yuri.
“Ne, aku sudah mengagumi seorang wanita cantik semenjak pertama kali melihatmu,” ucapan Kim Bum mengejutkan Yuri.
“Kim Bum kau jangan mengada-ada,” kata Yuri masih heran dengan perkataan kim Bum.
“Saya tidak mengada-ada. Mungkin saat ini Anda tidak percaya. Namun saya benar-benar serius ingin menjadi teman kencanmu. Maukah Anda menemaniku malam ini,”
“Anni, kamu itu muridku Kim Bum. ini tidak pantas,” jawab Yuri.
“Jebal,” ucap Kim Bum memohon.
“Mianeyo, sebagai gantinya aku akan mengundangmu dalam pertunjukkan piano di sini,” kata Yuri sambil tersenyum lebar.
“Ne, aku pasti datang. Suatu saat nanti aku akan buktikan padamu.” Ujar Kim Bum memantapkan hatinya.
Geun Suk yang sudah siap dengan mantel coklatnya kini bergegas menuju taman. Ini adalah kencan pertamanya bersama So Eun. Ia sudah bertekad akan menyatakan cintanya kepada So Eun. Perasaan itu telah ia simpan kian lama. Dia kira seiring berjalannya waktu dapat melupakan So Eun. Dugaannya melesat, semakin ia melihat So Eun semakin besar pula cintanya. So Eun sudah duduk di atas ayunan sembari menunggu Geun Suk.
“Mianhe, aku terlambat,” ujar Geun Suk.
“Anni, aku saja yang terlalu cepat datang,” timpal So Eun.
Hawa dingin Seoul merasuk ke tubuh mereka. Sepertinya akan hujan, makanya So Eun sudah mempersiapkan payungnya. So Eun mengambilnya headsetnya dan menaruh ke telinganya. Ditemani dengan lagunya ‘Romantic Shinee’ Ia memain-mainkan ayunannya. Lama tak ada percakapan di antara mereka. Geun Suk sudah mempersiapkan pengakuan cintanya kepada So Eun namun setelah bertemu dengannya, seakan ada badai yang menghalangi pengakuan cintanya.
“Begitu lucu jika kau mendengarkan perasaanku. Ini bukan lelucon tapi inilah sebernarnya yang ingin aku katakan dari dulu, semenjak aku melihatmu bermain basket. Perasaan ini aku sudah pendam sekian lama. Hari inilah aku berani mengungkapkannya. Maukah kamu menjadi kekasihku?” ungkap Geun Suk. Begitu takut akan ditolak So Eun.
“Mworago,” ujar So Eun sambil melepaskan headsetnya.
Ia sama sekali tak mendengarkan perkataan Geun Suk.
“Anni, aku tak mengatakan apa-apa,” jawab Geun Suk berbohong.
Ia tak punya keberanian lagi untuk mengungkapkan cintanya.
“Hahhh aku sudah puas di taman ini, malam sudah semakin larut. Aku pulang dulu ya.” Pamit So Eun pergi. Geun Suk hanya bisa mengepalkan tangannya kesakitan.

         Yuri menyanyikan lagi mistake yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Diiringi dengan suara piano yang dimainkannya.  Lagunya begitu sedih. Sampai Yuri menitikkan air matanya. ia mengingat masa bersama kekasihnya dulu. Makna lagu itu berkaitan erat dengan kisahnya. Di mana ia tidak bisa membuat kekasihnya jatuh cinta seperti apa yang diinginkannya. Kini kekasihnya telah pergi dan itu kesalahannya karena Ia tak bisa melupakannya.
Suaranya Yuri begitu merdu membuat peserta yang berada di Café menghayati alunan irama. Kim Bum semakin terpana melihat penampilan Yuri. Pertunjukkan pun selesai Yuri keluar dari ruangan menuju mobilnya. Tiba-tiba Kim Bum datang dan langsung memeluk Yuri. Adegan mereka terekam oleh mata So Eun. Hati So Eun begitu terpukul melihat pemandangan di depannya. Hatinya terasa diiris. So Eun merasa sakit hati, amat sakit bagai puluhan jarum menusuk hatinya. Ia tetap tegak memandangi mereka berdua. Tak peduli dengan hujan yang mulai turun. So Eun memegang dadanya menahan rasa sakit yang dialaminya.

To be continued. . . . . 


Please don't be silent reader
Be a good reader by give your comment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar