Title : Bukan
Sekedar Halusinasi
Author : Dwi Tesna
Andini
Genre : Horor
Cast : Jiyeon,
IU, T-ara member
Length : One Shoot
Rating : PG 15
Itu hanya halusinasimu, Jiyeon
ah!
Kalimat itu lagi, yahh
kalimat itu lagi yang muncul berkali-kali, setiap kali aku menceritakan
kejadian aneh di dorm-ku. Tak ada
satu pun yang percaya dengan ceritaku ini. Setiap kali aku menceritakan
kejadian aneh itu, setiap itulah mereka akan menjawab ‘itu hanya halusinasi’.
Aku sudah sudah bosan mendengar jawaban itu. Aku yakin ini bukan sekedar
halusinasi tapi ini kenyataan. Kenyataan aneh yang selalu kudapatkan semenjak
aku menginjak kaki di dorm-ku ini.
Aku awalnya sangat
bahagia dengan keputusan dari CEO untuk memindahkan kami ke dorm yang lebih luas dan lebih baik dari
sebelumnya. Dulu kami harus berdesak-desakkan untuk berbagi kamar. Dengan kamar
berukuran 4x4 aku harus bisa berbagi dengan teman sekamarku yaitu Eunjung dan
Hyomin. Tinggal di tempat yang sederhana itu cukup memberikan mimpi buruk bagi
kami. Tak sampai setahun CEO kami memindahkan kami ke tempat yang sangat
nyaman. Namun kamu tahu, aku justru mendapatkan mimpi yang lebih buruk lagi.
Kamu tahu? Aku mengalami
masa-masa yang tak biasa selama tinggal di dorm menyeramkan ini. Kejadian
pertama kali adalah ketika aku tertidur. Tepat jam 12 malam aku terbangun
tiba-tiba. Aku pun merasa takut sendiri setelah bangun, padahal tidak ada
apa-apa. Aku pun pindah ke sebelah kamar Eunjung eonnie. Dengan mengenggam
tanda tanya besar, mencari tahu penyebab kenapa aku bangun dan merasakan takut
secara tiba-tiba aku memutuskan untuk tidur sembari memikirkan jawabannya.
Kejadian aneh itu tak
sampai di situ. Pernah, saat pulang dari syuting MV. Pada saat itu aku membeli buah
dan kue dari supermarket. Saat sampai kamar aku melepaskan kedua benda yang
terbungkus plastik itu. Satu plastik berisi buah apel, satunya kue vanilla.
Setelah makan kue aku membuka laptop. Melanjutkan aktivitasku menghafal gerakan
dance untuk lagu terbaru kami. Merasa risih dengan badanku diakibatkan belum
mandi aku pun memutuskan untuk mandi. Saat mandi aku baru menyadari bahwa aku
sempat membeli apel dan belum sempat ku makan. Aku berniat untuk memakannya
usai mandi. Namun, kamu tahu apa yang terjadi? Buah berwarna merah itu tak ada
sama sekali. Aku mencari di setiap sudut kamarku, mencari di tempat sampah, dan
mencari-cari ke tempat yang memungkinkan keberadaan benda itu, hasilnya nihil.
Rasa sakit itu muncul saat aku menceritakan kejadian itu dan hanya dijawab ‘itu
hanya halusinasi’.
Well, well kejadian selanjutnya,
aku sendiri juga masih bingung antara halusinasi atau nyata, atau itu hanya
mimpi belaka. Menurut tanggapan orang-orang yang kuceritakan ‘itu hanya sekedar
halusinasi’ tapi percayalah ceritaku ini tidak mengada-ada. Kejadian itu adalah
pada saat sedang tertidur. Tiba-tiba aku bangun dengan sendirinya, tanpa satu
pun orang yang membangunkanku. Yahh aku memang bangun dengan sendirinya,
kejadian yang berulang kali terjadi saat aku sedang tertidur. Saat aku bangun.
Aku melihat gumpalan awan biru di hadapanku. Tubuhku masih terasa lemas namun
aku berusaha meraih gumpalan biru itu. Gumpalan biru itu semakin lama semakin
terpecah menjadi lebih kecil dan semakin menjauh hingga jendela kamarku.
Kejadian kedua juga seperti demikian namun gumpalannya kali ini berwarna
kuning. Tetap seperti biasa saat aku menggapainya, gumpalan itu terpecah dan
menjauh. Well, mungkin itu adalah halusinasiku, itu adalah bagian dari
efek setelah bangun tidur.
Episode selanjutnya,
kejadian aneh itu terulang kembali. Kali ini bahkan mampu merugikanku, karena
uangku yang menjadi sasarannya. Saat itu aku meletakkan 2 lembar 100 won dan
beberapa lembar uang receh di atas kasur. Setelah itu, aku membersihkan
kamarku. Menggantung handuk setengah basah ke penjemuran. Merapikan lantai yang
sudah berserakan oleh pakaian dan debu make up yang berceceran di lantai .
Anehnya, dalam genggamanku tiba-tiba ada selembar uang 100 won. Padahal ku yakin
aku sama sekali belum pernah menyentuh barang yang terletak di atas kasur itu.
Aku kemudian mengembalikan benda tersebut ke asalnya. Hal tak terduga terjadi,
sisa uang di atas kasur itu tinggal beberapa lembar uang receh. Uang 100 won
itu ke mana? Aku tersentak kaget dan mencari uang itu. Lagi-lagi hasilnya
nihil. Okelah kali ini aku bisa terima. Insiden kehilangan uang tak sampai di situ
saja. Kali ini beberapa lembar 100 won hilang kembali. Padahal aku masih ingat
terakhir kali aku meletakannya di atas rak buku. Anehnya, waktu ketiadaan uang
itu aku masih berada di
kamar. Tak sedikit pun beranjak dari ruangan itu. Kini aku mengeluh kepada
eonnie-eonnie ku dan menyatakan bahwa di dorm itu ada hantu. Sebagian dari
mereka tak percaya karena itu hal yang mustahil dan menyatakan ‘yang
mengambilnya bukan hantu melainkan orang’. Oke kali ini aku bisa terima. Cukup
logis juga, pernyataan-pernyataan dari mulut eonnie-eonniku.
Aku menjalani aktivitasku
seperti biasanya. berangkat latihan dengan buru-buru bersama eonnie-eonnieku.
Sebelum berangkat, aku memeriksa barang bawaan yang sekiranya wajib dibawa.
Buku, hape, dompet, earphone sudah komplit. Aku mengambil beberapa vitamin yang
tergeletak di atas meja, agar menjaga stamina. Saat aku sedang memasukkan
vitamin ke dalam tas. Rasanya aku menemukan sesuatu yang mengganjal di
dalamnya. Aku mengeluarkan benda-benda itu. Tadaaa.. ternyata isinya
adalah lembaran uang 100 won yang ku kira diambil oleh hantu itu. Aku langsung
teriak sumringah karena uangku tak jadi hilang. Akibatnya, pada saat itu eonnie-eonniku
tak mempercayai cerita aneh yang kualami. Menyebalkan! Kini aku menyerah. Aku
tak mau lagi menceritakan hal aneh kepada mereka lagi. Itu akan menjadi hal
yang sia-sia bahkan mereka akan terus mengejekku.
2 weeks later
Aku dengan langkah
buru-buru keluar dari dorm. Aku sudah terlambat 30 menit, eonni-eonniku pasti
sudah menungguku di sana. Waduhhh, ini semua gara-gara IU yang memintaku untuk
menemaninya belanja. Aku terus menggerutu sembari memperlebar langkahku keluar
ruangan. Saat aku menutup pintu dorm. Pintu itu seakan berat untuk ditarik. Aku
menariknya kembali namun pintu itu ditarik kembali dari belakang. Aku mencoba
untuk menarik dengan kedua tanganku, tarikan dari belakang tak berhasil aku
kalahkan. Pintu itu tetap tak bisa tertutup. Aku mengedarkan pandanganku ke
dalam ruangan. Tak ada siapa-siapa. Di sana hanya ada tumpukan kardus yang
belum sempat tertata. Lalu siapa yang menariknya? Aku menutup kembali
pintu itu namun sia-sia pintu itu tetap ditarik dari belakang. Akhirnya aku
menyerah, aku tak punya waktu lagi untuk bermain dengan mahluk lain itu. Aku
mengendarai mobilku dengan amat kencang. Saat aku sampai di studio. Aku
menceritakan kejadian aneh tadi kepada rekan-rekanku. Kamu tahu jawaban mereka
apa? ‘Itu hanya halusinasi, Jiyeon-ah’. Jawaban yang tidak ingin aku dengar
dari mereka. Lalu siapakah yang bisa percaya denganku? Aku tidak menyuruh
mereka apa-apa. Aku tak menyuruh mereka meruntuhkan langit. Aku hanya ingin
mereka percaya denganku. hanya itu yang ku mau. Tapi kenapa mereka tak mau
melakukan hal itu? Aku mengerang sendirian. Lelehan air mata siap terjun ke
pipiku. Aku segera menghapus air mataku. Takut jika ada orang yang melihatnya.
Aku melanjutkan tangisku di dalam kamar setelah pulang dari studio.
Satu-satunya orang yang dapat percaya dengan ceritaku adalah appa. Aku mengirim
pesan kepadanya. Menceritakan kepadanya mengenai pengalaman aneh yang kulalui
sampai aku tertidur lelap. Di dalam tidur aku bermimpi berada di kamar rumahku.
Aku bangun sambil tersenyum puas. Merasakan kebahagian yang tak ternilai karena
aku sudah sangat rindu dengan suasana rumah. Aku keluar dari kamarku.
Menghampiri eomma yang sedang memotong-motong sayuran di depan dapur. Aku
menyapa eomma dan siap untuk memeluknya.
“Eomma...” seruku mendekatinya.
Eomma-ku berdiri untuk menyambut
pelukanku. Langkahku terhenti saat eomma berubah menjadi sosok yang lain.
Tiba-tiba angin dingin melintas di telingaku. tepat pada samping kamar mandi
pandanganku terhenti. Aku terdiam, sosok eomma kini berubah menjadi sosok
wanita asing yang tengah berdiri di sana. Aku tak bisa berkutik lagi. Aku
seolah sudah terhipnotis oleh rasa ketakutan. Aku tak bisa berbuat apa-apa.
Tubuhku terasa kaku untuk digerakkan. Jangankan untuk bergerak, untuk menarik
nafas saja susah. Rasanya oksigen enggan untuk masuk ke rongga hidungku.
Aku sekali lagi meyakinkan arah pandangku. Ku coba menekuk kaki sebelah kiri.
Mengguncang-guncangkannya ke lantai. Kakiku bisa menyentuh lantai. Aku bisa
merasakan dinginnya lantai itu. Aku memperkeras guncangan kakiku, kali ini aku
merasakan kesakitan. Tidak!! Ini bukan mimpi, aku bisa merasakan kakiku
sakit. Lalu jika ini bukan mimpi, di manakah aku sekarang ini? Aku
melebarkan pandanganku sekali lagi. Aku melihat tempat ini tidak asing. Aku
sekarang berada di depan kamar mandi dorm-ku. Sosok wanita di depanku masih
berdiri di hadapanku. Kali ini aku bisa melihatnya secara sempurna. Hal yang
dari dulu kutakutkan terjadi juga. Sosok itu terlihat jelas. Sepasang mata
hitam pekat yang sebagian tertutup oleh rambut usang. Giginya memiliki taring
yang tajam. Kuku-kuku jarinya sungguh runcing. Ia mengenakan baju putih yang
sudah amat lusuh. Sepasang mata itu tetap menatapku tajam, seolah ingin
menunjukkan bahwa dirinya ada.
Tubuhku mendadak melemas. Aku ingin teriak. Namun, bagaimana caranya?? Aku sudah tak
memiliki kekuatan lagi. Ingin berlari namun tubuhku seakan dipaku oleh rasa
ketakutan. Sosok itu kini tengah menyipitkan kedua matanya. Ia menaikkan
telunjuknya dan perlahan menempelkannya di depan bibirnya. Aku teringat SMS appa terakhir kali sebelum aku tidur.
“Sosok itu tidak akan mengganggumu selama kamu tidak
mengganggunya. Tetaplah tenang meskipun kamu takut. Nantinya, kamu akan
terbiasa dengan kehadirannya.”
Sosok itu berarti
memberikan isyarat agar aku tetap tenang. Aku mengangguk pelan tanda setuju
dengan amanat yang diberikan. Setelah melihat anggukanku, dia tersenyum dan
melintas pergi. Aku hanya mendesah lega. Dengan secepat kilat aku melesat ke
kamar Eunjung eonnie.
Sejak insiden itu aku
sudah membiasakan diri untuk tenang melihat mahluk lain itu. Yang jelas ia akan
menunjukkan wujudnya setelah pukul 8 malam. Sosok itu akan menampakkan dirinya
di samping kamar mandi. Bermain sendiri dengan kondisi kaki kirinya yang
bengkak. Terkadang ia berkunjung ke kamarku. Merangkak di
langit-langit kamarku sembari membiarkan rambut panjangnya tergurai menyapu
ruangan. Bermain dengan koper di sudut atas lemariku. Yahh. . aku sudah
terbiasa dengan kehadirannya. Aku dapat memaklumi semua itu. Satu hal yang perlu
digarisbawahi, aku mengalami semua ini dengan nyata bukan hanya sekedar
halusinasi. Percayalah!!!
THE END
Gimana… serem gak serem gak?? Wah pasti gaje… hihi mian
kalau belum bisa memuaskan readers… saya berharap cerita ini membuat takut para reader #plakkkk. Jangan lupa RCL :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar