Selasa, 25 Maret 2014

Bukan Sekedar Halusinasi





Title          : Bukan Sekedar Halusinasi
Author      : Dwi Tesna Andini
Genre       : Horor
Cast         : Jiyeon, IU, T-ara member
Length      : One Shoot
Rating      : PG 15

Itu hanya halusinasimu, Jiyeon ah!
Kalimat itu lagi, yahh kalimat itu lagi yang muncul berkali-kali, setiap kali aku menceritakan kejadian aneh di dorm-ku. Tak ada satu pun yang percaya dengan ceritaku ini. Setiap kali aku menceritakan kejadian aneh itu, setiap itulah mereka akan menjawab ‘itu hanya halusinasi’. Aku sudah sudah bosan mendengar jawaban itu. Aku yakin ini bukan sekedar halusinasi tapi ini kenyataan. Kenyataan aneh yang selalu kudapatkan semenjak aku menginjak kaki di dorm-ku ini.
Aku awalnya sangat bahagia dengan keputusan dari CEO untuk memindahkan kami ke dorm yang lebih luas dan lebih baik dari sebelumnya. Dulu kami harus berdesak-desakkan untuk berbagi kamar. Dengan kamar berukuran 4x4 aku harus bisa berbagi dengan teman sekamarku yaitu Eunjung dan Hyomin. Tinggal di tempat yang sederhana itu cukup memberikan mimpi buruk bagi kami. Tak sampai setahun CEO kami memindahkan kami ke tempat yang sangat nyaman. Namun kamu tahu, aku justru mendapatkan mimpi yang lebih buruk lagi.
Kamu tahu? Aku mengalami masa-masa yang tak biasa selama tinggal di dorm menyeramkan ini. Kejadian pertama kali adalah ketika aku tertidur. Tepat jam 12 malam aku terbangun tiba-tiba. Aku pun merasa takut sendiri setelah bangun, padahal tidak ada apa-apa. Aku pun pindah ke sebelah kamar Eunjung eonnie. Dengan mengenggam tanda tanya besar, mencari tahu penyebab kenapa aku bangun dan merasakan takut secara tiba-tiba aku memutuskan untuk tidur sembari memikirkan jawabannya.
Kejadian aneh itu tak sampai di situ. Pernah, saat pulang dari syuting MV. Pada saat itu aku membeli buah dan kue dari supermarket. Saat sampai kamar aku melepaskan kedua benda yang terbungkus plastik itu. Satu plastik berisi buah apel, satunya kue vanilla. Setelah makan kue aku membuka laptop. Melanjutkan aktivitasku menghafal gerakan dance untuk lagu terbaru kami. Merasa risih dengan badanku diakibatkan belum mandi aku pun memutuskan untuk mandi. Saat mandi aku baru menyadari bahwa aku sempat membeli apel dan belum sempat ku makan. Aku berniat untuk memakannya usai mandi. Namun, kamu tahu apa yang terjadi? Buah berwarna merah itu tak ada sama sekali. Aku mencari di setiap sudut kamarku, mencari di tempat sampah, dan mencari-cari ke tempat yang memungkinkan keberadaan benda itu, hasilnya nihil. Rasa sakit itu muncul saat aku menceritakan kejadian itu dan hanya dijawab ‘itu hanya halusinasi’.
Well, well kejadian selanjutnya, aku sendiri juga masih bingung antara halusinasi atau nyata, atau itu hanya mimpi belaka. Menurut tanggapan orang-orang yang kuceritakan ‘itu hanya sekedar halusinasi’ tapi percayalah ceritaku ini tidak mengada-ada. Kejadian itu adalah pada saat sedang tertidur. Tiba-tiba aku bangun dengan sendirinya, tanpa satu pun orang yang membangunkanku. Yahh aku memang bangun dengan sendirinya, kejadian yang berulang kali terjadi saat aku sedang tertidur. Saat aku bangun. Aku melihat gumpalan awan biru di hadapanku. Tubuhku masih terasa lemas namun aku berusaha meraih gumpalan biru itu. Gumpalan biru itu semakin lama semakin terpecah menjadi lebih kecil dan semakin menjauh hingga jendela kamarku. Kejadian kedua juga seperti demikian namun gumpalannya kali ini berwarna kuning. Tetap seperti biasa saat aku menggapainya, gumpalan itu terpecah dan menjauh. Well, mungkin itu adalah halusinasiku, itu adalah bagian dari efek setelah bangun tidur.
Episode selanjutnya, kejadian aneh itu terulang kembali. Kali ini bahkan mampu merugikanku, karena uangku yang menjadi sasarannya. Saat itu aku meletakkan 2 lembar 100 won dan beberapa lembar uang receh di atas kasur. Setelah itu, aku membersihkan kamarku. Menggantung handuk setengah basah ke penjemuran. Merapikan lantai yang sudah berserakan oleh pakaian dan debu make up yang berceceran di lantai . Anehnya, dalam genggamanku tiba-tiba ada selembar uang 100 won. Padahal ku yakin aku sama sekali belum pernah menyentuh barang yang terletak di atas kasur itu. Aku kemudian mengembalikan benda tersebut ke asalnya. Hal tak terduga terjadi, sisa uang di atas kasur itu tinggal beberapa lembar uang receh. Uang 100 won itu ke mana? Aku tersentak kaget dan mencari uang itu. Lagi-lagi hasilnya nihil. Okelah kali ini aku bisa terima. Insiden kehilangan uang tak sampai di situ saja. Kali ini beberapa lembar 100 won hilang kembali. Padahal aku masih ingat terakhir kali aku meletakannya di atas rak buku. Anehnya, waktu ketiadaan uang itu aku masih berada di kamar. Tak sedikit pun beranjak dari ruangan itu. Kini aku mengeluh kepada eonnie-eonnie ku dan menyatakan bahwa di dorm itu ada hantu. Sebagian dari mereka tak percaya karena itu hal yang mustahil dan menyatakan ‘yang mengambilnya bukan hantu melainkan orang’. Oke kali ini aku bisa terima. Cukup logis juga, pernyataan-pernyataan dari mulut eonnie-eonniku.
Aku menjalani aktivitasku seperti biasanya. berangkat latihan dengan buru-buru bersama eonnie-eonnieku. Sebelum berangkat, aku memeriksa barang bawaan yang sekiranya wajib dibawa. Buku, hape, dompet, earphone sudah komplit. Aku mengambil beberapa vitamin yang tergeletak di atas meja, agar menjaga stamina. Saat aku sedang memasukkan vitamin ke dalam tas. Rasanya aku menemukan sesuatu yang mengganjal di dalamnya. Aku mengeluarkan benda-benda itu. Tadaaa.. ternyata isinya adalah lembaran uang 100 won yang ku kira diambil oleh hantu itu. Aku langsung teriak sumringah karena uangku tak jadi hilang. Akibatnya, pada saat itu eonnie-eonniku tak mempercayai cerita aneh yang kualami. Menyebalkan! Kini aku menyerah. Aku tak mau lagi menceritakan hal aneh kepada mereka lagi. Itu akan menjadi hal yang sia-sia bahkan mereka akan terus mengejekku.


2 weeks later
Aku dengan langkah buru-buru keluar dari dorm. Aku sudah terlambat 30 menit, eonni-eonniku pasti sudah menungguku di sana. Waduhhh, ini semua gara-gara IU yang memintaku untuk menemaninya belanja. Aku terus menggerutu sembari memperlebar langkahku keluar ruangan. Saat aku menutup pintu dorm. Pintu itu seakan berat untuk ditarik. Aku menariknya kembali namun pintu itu ditarik kembali dari belakang. Aku mencoba untuk menarik dengan kedua tanganku, tarikan dari belakang tak berhasil aku kalahkan. Pintu itu tetap tak bisa tertutup. Aku mengedarkan pandanganku ke dalam ruangan. Tak ada siapa-siapa. Di sana hanya ada tumpukan kardus yang belum sempat tertata. Lalu siapa yang menariknya? Aku menutup kembali pintu itu namun sia-sia pintu itu tetap ditarik dari belakang. Akhirnya aku menyerah, aku tak punya waktu lagi untuk bermain dengan mahluk lain itu. Aku mengendarai mobilku dengan amat kencang. Saat aku sampai di studio. Aku menceritakan kejadian aneh tadi kepada rekan-rekanku. Kamu tahu jawaban mereka apa? ‘Itu hanya halusinasi, Jiyeon-ah’. Jawaban yang tidak ingin aku dengar dari mereka. Lalu siapakah yang bisa percaya denganku? Aku tidak menyuruh mereka apa-apa. Aku tak menyuruh mereka meruntuhkan langit. Aku hanya ingin mereka percaya denganku. hanya itu yang ku mau. Tapi kenapa mereka tak mau melakukan hal itu? Aku mengerang sendirian. Lelehan air mata siap terjun ke pipiku. Aku segera menghapus air mataku. Takut jika ada orang yang melihatnya.
            Aku melanjutkan tangisku di dalam kamar setelah pulang dari studio. Satu-satunya orang yang dapat percaya dengan ceritaku adalah appa. Aku mengirim pesan kepadanya. Menceritakan kepadanya mengenai pengalaman aneh yang kulalui sampai aku tertidur lelap. Di dalam tidur aku bermimpi berada di kamar rumahku. Aku bangun sambil tersenyum puas. Merasakan kebahagian yang tak ternilai karena aku sudah sangat rindu dengan suasana rumah. Aku keluar dari kamarku. Menghampiri eomma yang sedang memotong-motong sayuran di depan dapur. Aku menyapa eomma dan siap untuk memeluknya.
“Eomma...” seruku mendekatinya.
Eomma-ku berdiri untuk menyambut pelukanku. Langkahku terhenti saat eomma berubah menjadi sosok yang lain. Tiba-tiba angin dingin melintas di telingaku. tepat pada samping kamar mandi pandanganku terhenti. Aku terdiam, sosok eomma kini berubah menjadi sosok wanita asing yang tengah berdiri di sana. Aku tak bisa berkutik lagi. Aku seolah sudah terhipnotis oleh rasa ketakutan. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku terasa kaku untuk digerakkan. Jangankan untuk bergerak, untuk menarik nafas saja susah. Rasanya oksigen enggan untuk masuk ke rongga hidungku.
            Aku sekali lagi meyakinkan arah pandangku. Ku coba menekuk kaki sebelah kiri. Mengguncang-guncangkannya ke lantai. Kakiku bisa menyentuh lantai. Aku bisa merasakan dinginnya lantai itu. Aku memperkeras guncangan kakiku, kali ini aku merasakan kesakitan. Tidak!! Ini bukan mimpi, aku bisa merasakan kakiku sakit. Lalu jika ini bukan mimpi, di manakah aku sekarang ini? Aku melebarkan pandanganku sekali lagi. Aku melihat tempat ini tidak asing. Aku sekarang berada di depan kamar mandi dorm-ku. Sosok wanita di depanku masih berdiri di hadapanku. Kali ini aku bisa melihatnya secara sempurna. Hal yang dari dulu kutakutkan terjadi juga. Sosok itu terlihat jelas. Sepasang mata hitam pekat yang sebagian tertutup oleh rambut usang. Giginya memiliki taring yang tajam. Kuku-kuku jarinya sungguh runcing. Ia mengenakan baju putih yang sudah amat lusuh. Sepasang mata itu tetap menatapku tajam, seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya ada.
            Tubuhku mendadak melemas. Aku ingin teriak. Namun, bagaimana caranya?? Aku sudah tak memiliki kekuatan lagi. Ingin berlari namun tubuhku seakan dipaku oleh rasa ketakutan. Sosok itu kini tengah menyipitkan kedua matanya. Ia menaikkan telunjuknya dan perlahan menempelkannya di depan bibirnya. Aku teringat SMS appa terakhir kali sebelum aku tidur.
“Sosok itu tidak akan mengganggumu selama kamu tidak mengganggunya. Tetaplah tenang meskipun kamu takut. Nantinya, kamu akan terbiasa dengan kehadirannya.”
Sosok itu berarti memberikan isyarat agar aku tetap tenang. Aku mengangguk pelan tanda setuju dengan amanat yang diberikan. Setelah melihat anggukanku, dia tersenyum dan melintas pergi. Aku hanya mendesah lega. Dengan secepat kilat aku melesat ke kamar Eunjung eonnie.
Sejak insiden itu aku sudah membiasakan diri untuk tenang melihat mahluk lain itu. Yang jelas ia akan menunjukkan wujudnya setelah pukul 8 malam. Sosok itu akan menampakkan dirinya di samping kamar mandi. Bermain sendiri dengan kondisi kaki kirinya yang bengkak. Terkadang ia berkunjung ke kamarku. Merangkak di langit-langit kamarku sembari membiarkan rambut panjangnya tergurai menyapu ruangan. Bermain dengan koper di sudut atas lemariku. Yahh. . aku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Aku dapat memaklumi semua itu. Satu hal yang perlu digarisbawahi, aku mengalami semua ini dengan nyata bukan hanya sekedar halusinasi. Percayalah!!!
THE END

Gimana… serem gak serem gak?? Wah pasti gaje… hihi mian kalau belum bisa memuaskan readers… saya berharap cerita ini membuat takut para reader #plakkkk. Jangan lupa RCL :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar