It’s Not You
Author : Dwi Tesna Andini
Tittle : It's Not You
Lenght : Chaptered
Rating : PG-15
Genre : Romantic, Comedy, Angst
Cast : Chorong, Donghae, Krystal
Do Not Try to Take Out, Copy and Plagiat, jebal!!!!
Because I don't ever permit you
Please, respect me with keep RCL :D :D
Park Chorong, mahasiswa tingkat atas di
universitas ternama menancapkan kakinya di hamparan gedung mewah dan mengagumkan, berapa banyakkah uang yang dihabiskan untuk
pembangunan ini. Bangga, perlu juga disandang oleh mahasiswa Seoul
University. Tak sedikit pun mata luput
dari universitas
bergengsi itu. Gadis
berambut panjang bewarna sedikit kepirangan itu sudah menduduki bangku di
tengah. Matanya sekilas melihat ke samping dan bergumam ‘masih kosong’. Ia
mengeluarkan buku dari tasnya dan terlarut dalam dunianya sendiri.
Ruangan yang tadinya sepi kini terlihat ramai akibat lalu lalang para mahasiswa yang akan meraup segudang
ilmu, dengan penuh pengharapan dan cita-cita. Suara langkah kaki terdengar amat
jelas memasuki ruangan yang
serba putih itu. Dua pasang kekasih terengah-engah berlari memasuki ruang
kelas, sembari keringat tak henti
turun dari sekujur tubuhnya.
Mereka
adalah pasangan sejoli yang amat serasi, mereka selalu menampilkan segala
kelebihan mereka masing-masing. Banyak sekali orang yang iri melihat pasangan
tersebut. Tak terkecuali Park Chorong, ia memang begitu kagum melihat sosok
yang di samping tempat duduknya kini, namun laki-laki tersebut takkan mungkin
menjadi miliknya karena kini ia telah menggandeng wanita yang begitu sempurna.
Yachh,, dia telah menggandeng sosok yang bernama Jung Chorong. Memiliki dua nama yang sama di kelas yang sama dan
mencintai orang yang sama pula, memang suatu hal yang sangat tidak mengenakkan.
Namun, perbedaan di antara keduanya memang terlihat sangat jelas.
Jung Chorong atau
lebih populer dipanggil Krystal, sangat begitu mempesona. penampilannya di mana pun dia berada selalu terlihat anggun, kulitnya terang,
bermata agak belo, berhidung tajam, dengan
bibir yang tak seorang lelaki sanggup melihat keindahan ukiran bibir itu. Ditambah
lagi dengan otak encer yang dimilki sangat pantas memang ia menggandeng Donghae yang sama-sama memiliki kelebihan luar biasa. Namun Park
Chorong yang satu ini berbeda, dari
lahir orang kerap memanggilnya Chorong. Dari
segi fisik Chorong memang
berbeda dengan Krystal. Dia
tidak secantik Krystal,
penampilannya pun biasa saja, bisa
dikategorikan berpenampilan seperti gadis tangguh. Hidungnya
tak
terlalu mancung akan
tetapi karena tulang hidungnya yang kecil membuat bentuknya terasa pas. Matanya sipit
seperti kebanyakan orang Korea, dan
memiliki bibir tipis. Kalau dilihat secara jelas Chorong memang cantik, namun penampilannya yang membuat
kecantikannya tertutup dalam. Chorong juga
memiliki otak seencer Krystal, namun
jaraknya sangat jauh jika dibandingkan dengan kesempurnaan yang dimiliki Krystal.
“Apa kau sedang memperhatikan mereka,” suara
itu berhasil mengembalikan tingkat kesadarannya Chorong. Bibirnya bergetar. Apa
yang harus ia katakan kepada orang yang berada di dekatnya. Ia tidak boleh tahu
jika dirinya menaruh hati kepada Donghae.
“Mmm,” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Sial. Padahal ada banyak sekali tata bahasa yang bisa ditemukan dalam kamus
besar bahasa Korea namun kenapa hanya itu yang sanggup dilontarkan untuk
menyembunyikan situasi sebenarnya.
“Apa kau menyukai Donghae,” tiba-tiba ucapan
yang tak diinginkannya terlontar juga dari mulut gadis itu.
“Naeun-ssi, aku sedang tidak ada nafsu untuk
diajak bercanda.” Seolah tak terjadi apa-apa, Chorong menghadap lurus ke depan
memperhatikan dosen yang sedang menyampaikan orasinya.
* * *
Hari
yang sangat melelahkan untuk jiwa yang sepi, merasa sangat kesepian di tengah
keramaian kota, akankah rasa sepi itu akan abadi bertahta di relung hatinya. Itulah yang dirasakan Chorong saat ini, ia
begitu lelah menekan perasaannya karena harus memendam cinta terhadap teman
sekelasnya, sampai sekarang tak ada seorang pun yang tahu perasaan itu, ia
begitu pandai menutupi perasaannya. Dengan begitu tenangnya ia merebahkan kepalanya ke kasur, sambil bertanya-tanya apakah
cinta yang dipendam pantas
baginya. Ia memang sadar
terhadap gadis yang digandeng Donghae
sekarang. Akan sangat tidak mungkin jika ia bersaing dengan gadis sesempurna Krystal, mereka
layaknya langit dengan bumi, api dengan air, kayu dengan abunya. Krystal yang dikenal pintar, berprestasi, cantik, kaya, memiliki sahabat yang begitu
kompak, sosok itu semakin sempurna ketika ia bergandeng dengan pacar yang selevel dengannya. Sedangkan Chorong
apa yang harus dibanggakan dari dirinya. Ia masih sangat lugu, kalem, agak
tertutup, lebih-lebih dengan penampilan serba asalnya.
”Huuufffhhhh… memang
bener-bener hari yang melelahkan” desis Chorong. “Akankah aku terus seperti ini? Spend my time to an eternity of
loneliness?” dengusnya lagi.
Di kelas persaingan antara
Chorong, Krystal, dan Donghae
begitu keras. Selisih nilai mereka hanya berbanding sedikit. Banyak dosen kagum
terhadap perjuangan yang sungguh sangat kompak itu. Sedangkan teman-teman
kelasnya sendiri menganggap mereka adalah pemain drama, yang mempunyai kisah
tanpa titik.
* * *
Kini… di ruangan yang didominasi putih itu begitu terlihat tenang
dikarenakan mahasiswa sibuk mengerjakan tugas statistik. Hampir seluruhnya
bermuka semarwut, ada yang bermuka merah bak udang goreng, satu lagi memasang
bibir layaknya bibir tweety, ada lagi yang sampai mencret-mencret saking
ketidakmampuannya untuk mengerjakan soal yang tertera di kertas itu. Namun, di sudut selatan terlihat sosok wajah tetap kalem sambil
melantunkan sebuah kalimat yang amat begitu dalam, bukan seperti teman-temannya
yang pada sibuk ngukir hapus angka-angka. Chorong memang dikenal jagonya
statistik, tak heran jika ia dengan
berani mengukir kata-kata, karena dengan tangkas ia sudah menyelesaikan semua tugasnya.
19 Oktober 2013
Kugoreskan tinta
hitam di atas kertas putih bersih dengan penuh khidmat sebagai bukti bahwa aku
benar-benar sudah memendam cinta yang teramat lama terhadap Donghae. Inikah
yang dikatakan cinta? Darahku selalu mengalir deras dua kali lebih cepat ketika
aku dihadapannya, melihat senyumnya melebihi indahnya ukiran monalisa membuat
aku selalu merasa dibawa terbang oleh sayap-sayap burung. Salahkah aku mencintainya?
Ataukah mungkin Tuhan yang salah karena telah menciptakan hati di dalam tubuh
seorang Park Chorong? Namun aku percaya akan ada saat yang tepat di mana cinta
itu akan datang dengan sendirinya. Love is never failed!
Tanpa
disadari dua jam telah berlalu menandakan mata kuliah statistik sudah selesai, Chorong
segera menutup bukunya, sampai akhirnya seorang menepuk bahunya!
”Chorong-ah, aku boleh pinjam buku catatan statistikmu?” Pinta Naeun sambil
menunjuk buku catatan statistik Chorong.
“Mmm,” Gumam Chorong, dengan niatan untuk menguji
“Ayolah… aku
hanya pinjam sebentar saja. Bolehkan?” celoteh Naeun
memelas, membuat Chorong hanya bisa tersenyum melihat kecentilan sosok di depannya. Wajah Naeun berubah sumringah ketika melihat anggukan Chorong tanda
menyutujui permintaannya.
“Aku
memang sengaja meminjam catatanmu, agar otakku sebanding dengan otak encermu!” ucap Naeun, sambil
mengambil buku catatan Chorong. Lalu ia berlari meninggalkan Chorong, mengerubungi teman-temannya.
Tertawa cekikikan, entah siapa yang mereka bicarakan sehingga tawa mereka
begitu lepas.
Perasaan
Chorong dari tadi tidak tenang, meskipun sekarang ia tengah ikut diskusi bahasa Inggris. Ia kini tak konsen lagi mengikuti alur diskusi, dibolak-baliknya
kamus bahasa Inggrisnya yang sudah lapuk untuk menghindari rasa
risaunya. Sambil berpikir keras, ia perlahan-lahan menuruni tangga hendak ke kelas. Rasa
penasaran muncul kian membuatnya tersiksa.
Badannya terlonjak saat menyadari sesuatu. “Buku yang dipinjam Naeun….”
Panik, kaget, takut, cemas
jadi satu, ketika menyadari jika curhatan
yang ditulis di kelas tadi, kini berada di tangan Naeun.
“Ini
tidak boleh terjadi.” Chorong segera berlari menuju kelasnya, ia takut seandainya kertas curhatannya itu dibaca oleh teman sekelasnya.
Apa yang terjadi jika kertas itu sampai dibaca oleh mereka.
“Arggghhhh,” Gumamnya
kesal.
Dalam waktu lima menit Chorong sudah sampai di lorong
menuju kelasnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah ia menghampiri teman sekelasnya. Namun apa yang terjadi,
teman-temannya memandang Chorong begitu aneh, sebal, benci, kaget, dan tak menyangka
bahwa ternyata.
“Chorong-ssi
maksudmu apa dengan semua ini?” ujar Krystal dengan
suara meninggi sambil menunjukkan kertas yang dipegangya. Rasa marah terlihat
jelas di matanya setelah melihat isi kertas yang ditulis Chorong, ia tak menyangka ternyata Chorong menelannya dari belakang. “Damn,” lanjut Krystal
melempar kertas itu ke wajah Chorong.
“Ku pikir kau baik, ternyata dugaanku meleset. Kau menikamku dari
belakang. Kau tak seharusnya pura-pura lugu di hadapan semua orang.
Orang-orang sekarang sudah tahu sikap aslimu.” ujar Krystal lagi,
mukanya merah memanas, matanya berkaca saking emosinya.
Chorong mengepalkan kedua tangannya, ia tak
mampu mengucapkan sepatah kata pun, emosinya meluap. Semarah
itukah Krystal terhadap dirinya?
“Kau seharusnya tak perlu bersikap kekanak-kanakan seperti.
Ingat aku hanya mencintai Donghae tapi aku tak pernah mencoba merebut Donghae
darimu.” Setelah berkata demikian Chorong segera meninggalkan kedua orang itu.
“Chorong-ah apa yang
sebenarnya terjadi sekarang ini. katakan padaku bahwa ini hanya sebuah mimpi.
Pukullah aku, agar aku bisa memastikan bahwa sekarang ini aku berada di alam
lain,” Desis Chorong.
Terbuai dalam kehampaan
Terlena dalam kesendirian
Dan tercelup dalam kesedihan
Kakiku menjauh dari kebahagiaan
Terhempas dari kedamaian
Dan kini terlempar dari kenyamanan
Bersamamu tinggal kenangan
Menggapaimu tinggal impian
Dan
menjadi milikmu hanya sebuah khayalan
* * *
Krystal menginjak
kertas yang masih terlentang di lantai kemudian meninggalkan Donghae sendirian. Donghae tak dapat berbuat apa-apa, ia yakin Krystal
saat ini tidak mdapat diganggu, akhirnya ia memutuskan untuk memungut kertas
tersebut dan menari tempat untuk menyendiri sambil merenungi isi curhatn Chorong.
Bingung mau berbuat apa, takut salah, jika ia membela Krystal memang wajar
karena Chorong menyukai dirinya, padahal sudah jelas-jelas kini ia sudah
menjadi miliknya Krystal, tapi jika menyalahkan Chorong juga tidak adil karena
setiap individu berhak untuk mencintai.
“Atau aku yang salah??
Karena telah tercipta berwajah tampan!” ujar Donghae sambil tersenyum sembari
berusaha untuk menenangkan hatinya di tengah kegundahaan.
* * *
“Gadis
bodoh, kenapa kamu begitu ceroboh… seharusnya kamu menyimpan baik-baik benda
hina itu, yaaa,” teriak Chorong saat berada di taman belakang kampus. Dia
memukul-mukul kepalanya, menyadari kebodohannya.
“Apa
kepalamu tidak sakit dipukul seperti itu,” suara terang lelaki itu mengagetkan
Chorong.
“Apa
kamu melihat semuanya?” tanya Chorong terhadap laki-laki yang kini duduk di
sebelahnya. Kacau, bagaimana bisa ada yang menangkap basah kebodohan Chorong
saat ini.
“Hanya
orang buta yang tidak bisa melihatnya nona,” ucap laki-laki itu santai. Tak mau
banyak berdebat Chorong mengangkat badannya hendak pergi. Belum sempat ia
melangkahkan kakinya, pria di belakang menahan kepergiannya.
Bukan
berarti Chorong tidak mau berbincang
dengan pria yang menurutnya
terlihat menarik, hanya
saja dia cukup malu jika mengingat kebodohannya tadi.
“Kau
tidak perlu malu dengan kejadian tadi. Aku pastikan tidak akan
mengingatnya lagi.” Pria di
belakang ini ternyata mengetahui isi dalam otak Chorong. Cerdas!
“Lalu
untuk apa kau menahan tanganku. Kita sudah tidak ada urusan lagi kan,” ucap
Chorong tetap pada posisi semula, membelakangi lawan bicaranya.
“Baiklah
aku menyerah nona jutek. Aku hanya ingin tahu siapa namamu.” ujar pria itu
kemudian.
“Namaku
Chorong.” balas Chorong akhirnya. “Sekarang boleh aku pergi?”
tanyanya dengan tak sabaran.
“Silahkan…”
ujar pria itu dengan suara melemah. Padahal dia ingin sekali ditemani ngobrol
oleh perempuan yang membelakanginya. Mungkin hatinya sedang kacau sehingga tak memiliki nafsu. Selang beberapa lama pria
itu mengernyitkan alisnya saat menyadari Chorong masih terdiam pada posisinya.
“Bagaimana bisa aku pergi kalau kau masih
menggenggam tanganku,” bentak Chorong. Sejak tadi memang pria itu masih
memegang tangan dingin itu. Pria itu dengan spontan melepaskan pegangannya.
“Baiklah.. hati-hati di jalan, jangan teriak lagi..”
“Apa???” tanya Chorong tak kalah kaget.
Bukankah dia sudah berjanji untuk tidak mengungkit kejadian bodoh itu. Kini
tatapan Chorong bertambah geram.
“Baiklah.. baiklah aku menyerah. Kalau begitu
aku pergi dulu.. selamat tinggal nona jutek,” ucap pria itu sambil melambaikan
tangannya. Dengan segera ia memperlebar langkahnya menjauhi Chorong. Takut jika
sewaktu-waktu gadis itu memakannya hidup-hidup. Chorong pun begitu, ia segera
meninggalkan tempat sebelumnya dengan perasaan sebal. Pria itu menghentikan
langkahnya sejenak.
“Hey… aku lupa namaku Hyunseung..” teriak pria
yang ternyata bernama Hyunseung itu.
“Aku tidak peduli..” ucap Chorong yang masih
bisa-bisanya meladeni teriakan orang asing itu. Tanpa disadari Chorong
tersenyum kecil dan merekatkan kembali jaket merah yang ia kenakan. Ia sampai
lupa bagaimana cara orang tersenyum semenjak insiden yang memalukan itu.
Chorong mendesah pelan “Sudahlah..”
To Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar