Selasa, 18 Maret 2014

It's Not You Part 1


It’s Not You




Author             : Dwi Tesna Andini
Tittle                : It's Not You
Lenght             : Chaptered
Rating             : PG-15
Genre              : Romantic, Comedy, Angst
Cast                : Chorong, Donghae, Krystal

Do Not Try to Take Out, Copy and Plagiat, jebal!!!!
Because I don't ever permit you
Please, respect me with keep RCL :D :D   
 
Park Chorong, mahasiswa tingkat atas di universitas ternama menancapkan kakinya di hamparan gedung mewah dan mengagumkan, berapa banyakkah uang yang dihabiskan untuk pembangunan ini. Bangga, perlu juga disandang oleh mahasiswa Seoul University. Tak sedikit pun mata luput dari universitas bergengsi itu. Gadis berambut panjang bewarna sedikit kepirangan itu sudah menduduki bangku di tengah. Matanya sekilas melihat ke samping dan bergumam ‘masih kosong’. Ia mengeluarkan buku dari tasnya dan terlarut dalam dunianya sendiri.
Ruangan yang tadinya sepi kini terlihat ramai akibat lalu lalang para mahasiswa yang akan meraup segudang ilmu, dengan penuh pengharapan dan cita-cita. Suara langkah kaki terdengar amat jelas memasuki ruangan yang serba putih itu. Dua pasang kekasih terengah-engah berlari memasuki ruang kelas, sembari keringat tak henti turun dari sekujur tubuhnya.
Mereka adalah pasangan sejoli yang amat serasi, mereka selalu menampilkan segala kelebihan mereka masing-masing. Banyak sekali orang yang iri melihat pasangan tersebut. Tak terkecuali Park Chorong, ia memang begitu kagum melihat sosok yang di samping tempat duduknya kini, namun laki-laki tersebut takkan mungkin menjadi miliknya karena kini ia telah menggandeng wanita yang begitu sempurna. Yachh,, dia telah menggandeng sosok yang bernama Jung Chorong. Memiliki dua nama yang sama di kelas yang sama dan mencintai orang yang sama pula, memang suatu hal yang sangat tidak mengenakkan. Namun, perbedaan di antara keduanya memang terlihat sangat jelas.
Jung Chorong atau lebih populer dipanggil Krystal, sangat begitu mempesona. penampilannya di mana pun dia berada selalu terlihat anggun, kulitnya terang, bermata agak belo, berhidung tajam, dengan bibir yang tak seorang lelaki sanggup melihat keindahan ukiran bibir itu. Ditambah lagi dengan otak encer yang dimilki sangat pantas memang ia menggandeng Donghae yang sama-sama memiliki kelebihan luar biasa. Namun Park Chorong yang satu ini berbeda, dari lahir orang kerap memanggilnya Chorong. Dari segi fisik Chorong memang berbeda dengan Krystal. Dia tidak secantik Krystal, penampilannya pun biasa saja, bisa dikategorikan berpenampilan seperti gadis tangguh. Hidungnya tak terlalu mancung akan tetapi karena tulang hidungnya yang kecil membuat bentuknya terasa pas. Matanya sipit seperti kebanyakan orang Korea, dan memiliki bibir tipis. Kalau dilihat secara jelas Chorong memang cantik, namun penampilannya yang membuat kecantikannya tertutup dalam. Chorong juga memiliki otak seencer Krystal, namun jaraknya sangat jauh jika dibandingkan dengan kesempurnaan yang dimiliki Krystal
“Apa kau sedang memperhatikan mereka,” suara itu berhasil mengembalikan tingkat kesadarannya Chorong. Bibirnya bergetar. Apa yang harus ia katakan kepada orang yang berada di dekatnya. Ia tidak boleh tahu jika dirinya menaruh hati kepada Donghae.
“Mmm,” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Sial. Padahal ada banyak sekali tata bahasa yang bisa ditemukan dalam kamus besar bahasa Korea namun kenapa hanya itu yang sanggup dilontarkan untuk menyembunyikan situasi sebenarnya.
“Apa kau menyukai Donghae,” tiba-tiba ucapan yang tak diinginkannya terlontar juga dari mulut gadis itu.
“Naeun-ssi, aku sedang tidak ada nafsu untuk diajak bercanda.” Seolah tak terjadi apa-apa, Chorong menghadap lurus ke depan memperhatikan dosen yang sedang menyampaikan orasinya.
* * *
Hari yang sangat melelahkan untuk jiwa yang sepi, merasa sangat kesepian di tengah keramaian kota, akankah rasa sepi itu akan abadi bertahta di relung hatinya. Itulah yang dirasakan Chorong saat ini, ia begitu lelah menekan perasaannya karena harus memendam cinta terhadap teman sekelasnya, sampai sekarang tak ada seorang pun yang tahu perasaan itu, ia begitu pandai menutupi perasaannya. Dengan begitu tenangnya ia merebahkan kepalanya ke kasur, sambil bertanya-tanya apakah cinta yang dipendam pantas baginya. Ia memang sadar terhadap gadis yang digandeng Donghae sekarang. Akan sangat tidak mungkin jika ia bersaing dengan gadis sesempurna Krystal, mereka layaknya langit dengan bumi, api dengan air, kayu dengan abunya. Krystal yang dikenal pintar, berprestasi, cantik, kaya, memiliki sahabat yang begitu kompak, sosok itu semakin sempurna ketika ia bergandeng dengan pacar yang selevel dengannya. Sedangkan Chorong apa yang harus dibanggakan dari dirinya. Ia masih sangat lugu, kalem, agak tertutup, lebih-lebih dengan penampilan serba asalnya.
”Huuufffhhhh… memang bener-bener hari yang melelahkan” desis Chorong. “Akankah aku terus seperti ini? Spend my time to an eternity of loneliness?” dengusnya lagi. 
Di kelas persaingan antara Chorong, Krystal, dan Donghae begitu keras. Selisih nilai mereka hanya berbanding sedikit. Banyak dosen kagum terhadap perjuangan yang sungguh sangat kompak itu. Sedangkan teman-teman kelasnya sendiri menganggap mereka adalah pemain drama, yang mempunyai kisah tanpa titik. 
* * *
Kini… di ruangan yang didominasi putih itu begitu terlihat tenang dikarenakan mahasiswa sibuk mengerjakan tugas statistik. Hampir seluruhnya bermuka semarwut, ada yang bermuka merah bak udang goreng, satu lagi memasang bibir layaknya bibir tweety, ada lagi yang sampai mencret-mencret saking ketidakmampuannya untuk mengerjakan soal yang tertera di kertas itu. Namun, di sudut selatan terlihat sosok wajah tetap kalem sambil melantunkan sebuah kalimat yang amat begitu dalam, bukan seperti teman-temannya yang pada sibuk ngukir hapus angka-angka. Chorong memang dikenal jagonya statistik, tak heran jika ia dengan berani mengukir kata-kata, karena dengan tangkas ia sudah menyelesaikan semua tugasnya. 
19 Oktober 2013 
Kugoreskan tinta hitam di atas kertas putih bersih dengan penuh khidmat sebagai bukti bahwa aku benar-benar sudah memendam cinta yang teramat lama terhadap Donghae. Inikah yang dikatakan cinta? Darahku selalu mengalir deras dua kali lebih cepat ketika aku dihadapannya, melihat senyumnya melebihi indahnya ukiran monalisa membuat aku selalu merasa dibawa terbang oleh sayap-sayap burung. Salahkah aku mencintainya? Ataukah mungkin Tuhan yang salah karena telah menciptakan hati di dalam tubuh seorang Park Chorong? Namun aku percaya akan ada saat yang tepat di mana cinta itu akan datang dengan sendirinya. Love is never failed!
Tanpa disadari dua jam telah berlalu menandakan mata kuliah statistik sudah selesai, Chorong segera menutup bukunya, sampai akhirnya seorang menepuk bahunya! 
”Chorong-ah, aku boleh pinjam buku catatan statistikmu?” Pinta Naeun sambil menunjuk buku catatan statistik Chorong.
“Mmm,” Gumam Chorong, dengan niatan untuk menguji 
“Ayolah… aku hanya pinjam sebentar saja. Bolehkan?” celoteh Naeun memelas, membuat Chorong hanya bisa tersenyum melihat kecentilan sosok di depannya. Wajah Naeun berubah sumringah ketika melihat anggukan Chorong tanda menyutujui permintaannya. 
Aku memang sengaja meminjam catatanmu, agar otakku sebanding dengan otak encermu!” ucap Naeun, sambil mengambil buku catatan Chorong. Lalu ia berlari meninggalkan Chorong, mengerubungi teman-temannya. Tertawa cekikikan, entah siapa yang mereka bicarakan sehingga tawa mereka begitu lepas. 
Perasaan Chorong dari tadi tidak tenang, meskipun sekarang ia tengah ikut diskusi bahasa Inggris. Ia kini tak konsen lagi mengikuti alur diskusi, dibolak-baliknya kamus bahasa Inggrisnya yang sudah lapuk untuk menghindari rasa risaunya. Sambil berpikir keras, ia perlahan-lahan menuruni tangga hendak ke kelas. Rasa penasaran muncul kian membuatnya tersiksa.
Badannya terlonjak saat menyadari sesuatu. “Buku yang dipinjam Naeun….”
Panik, kaget, takut, cemas jadi satu, ketika menyadari jika curhatan yang ditulis di kelas tadi, kini berada di tangan Naeun.
Ini tidak boleh terjadi.” Chorong segera berlari menuju kelasnya, ia takut seandainya kertas curhatannya itu dibaca oleh teman sekelasnya. Apa yang terjadi jika kertas itu sampai dibaca oleh mereka.
Arggghhhh,Gumamnya kesal.
Dalam waktu lima menit Chorong sudah sampai di lorong menuju kelasnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah ia menghampiri teman sekelasnya. Namun apa yang terjadi, teman-temannya memandang Chorong begitu aneh, sebal, benci, kaget, dan tak menyangka bahwa ternyata.
Chorong-ssi maksudmu apa dengan semua ini?ujar Krystal dengan suara meninggi sambil menunjukkan kertas yang dipegangya. Rasa marah terlihat jelas di matanya setelah melihat isi kertas yang ditulis Chorong, ia tak menyangka ternyata Chorong menelannya dari belakang.Damn,” lanjut Krystal melempar kertas itu ke wajah Chorong.
Ku pikir kau baik, ternyata dugaanku meleset. Kau menikamku dari belakang. Kau tak seharusnya pura-pura lugu di hadapan semua orang. Orang-orang sekarang sudah tahu sikap aslimu.” ujar Krystal lagi, mukanya merah memanas, matanya berkaca saking emosinya. 
Chorong mengepalkan kedua tangannya, ia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, emosinya meluap. Semarah itukah Krystal terhadap dirinya?
“Kau seharusnya tak perlu bersikap kekanak-kanakan seperti. Ingat aku hanya mencintai Donghae tapi aku tak pernah mencoba merebut Donghae darimu.” Setelah berkata demikian Chorong segera meninggalkan kedua orang itu.
“Chorong-ah apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini. katakan padaku bahwa ini hanya sebuah mimpi. Pukullah aku, agar aku bisa memastikan bahwa sekarang ini aku berada di alam lain,” Desis Chorong.
Terbuai dalam kehampaan
Terlena dalam kesendirian
Dan tercelup dalam kesedihan
Kakiku menjauh dari kebahagiaan
Terhempas dari kedamaian
Dan kini terlempar dari kenyamanan
Bersamamu tinggal kenangan
Menggapaimu tinggal impian
Dan menjadi milikmu hanya sebuah khayalan
* * *
Krystal menginjak kertas yang masih terlentang di lantai kemudian meninggalkan Donghae sendirian. Donghae tak dapat berbuat apa-apa, ia yakin Krystal saat ini tidak mdapat diganggu, akhirnya ia memutuskan untuk memungut kertas tersebut dan menari tempat untuk menyendiri sambil merenungi isi curhatn Chorong. Bingung mau berbuat apa, takut salah, jika ia membela Krystal memang wajar karena Chorong menyukai dirinya, padahal sudah jelas-jelas kini ia sudah menjadi miliknya Krystal, tapi jika menyalahkan Chorong juga tidak adil karena setiap individu berhak untuk mencintai.
“Atau aku yang salah?? Karena telah tercipta berwajah tampan!” ujar Donghae sambil tersenyum sembari berusaha untuk menenangkan hatinya di tengah kegundahaan. 
* * *
“Gadis bodoh, kenapa kamu begitu ceroboh… seharusnya kamu menyimpan baik-baik benda hina itu, yaaa,” teriak Chorong saat berada di taman belakang kampus. Dia memukul-mukul kepalanya, menyadari kebodohannya.
“Apa kepalamu tidak sakit dipukul seperti itu,” suara terang lelaki itu mengagetkan Chorong.
“Apa kamu melihat semuanya?” tanya Chorong terhadap laki-laki yang kini duduk di sebelahnya. Kacau, bagaimana bisa ada yang menangkap basah kebodohan Chorong saat ini.
“Hanya orang buta yang tidak bisa melihatnya nona,” ucap laki-laki itu santai. Tak mau banyak berdebat Chorong mengangkat badannya hendak pergi. Belum sempat ia melangkahkan kakinya, pria di belakang menahan kepergiannya.
Bukan berarti Chorong tidak mau berbincang dengan pria yang menurutnya terlihat menarik, hanya saja dia cukup malu jika mengingat kebodohannya tadi.
“Kau tidak perlu malu dengan kejadian tadi. Aku pastikan tidak akan mengingatnya lagi.” Pria di belakang ini ternyata mengetahui isi dalam otak Chorong. Cerdas!
“Lalu untuk apa kau menahan tanganku. Kita sudah tidak ada urusan lagi kan,” ucap Chorong tetap pada posisi semula, membelakangi lawan bicaranya.
“Baiklah aku menyerah nona jutek. Aku hanya ingin tahu siapa namamu.” ujar pria itu kemudian.
“Namaku Chorong.” balas Chorong akhirnya. “Sekarang boleh aku pergi?” tanyanya dengan tak sabaran.
“Silahkan…” ujar pria itu dengan suara melemah. Padahal dia ingin sekali ditemani ngobrol oleh perempuan yang membelakanginya. Mungkin hatinya sedang kacau sehingga tak memiliki nafsu. Selang beberapa lama pria itu mengernyitkan alisnya saat menyadari Chorong masih terdiam pada posisinya.
“Bagaimana bisa aku pergi kalau kau masih menggenggam tanganku,” bentak Chorong. Sejak tadi memang pria itu masih memegang tangan dingin itu. Pria itu dengan spontan melepaskan pegangannya. “Baiklah.. hati-hati di jalan, jangan teriak lagi..”
“Apa???” tanya Chorong tak kalah kaget. Bukankah dia sudah berjanji untuk tidak mengungkit kejadian bodoh itu. Kini tatapan Chorong bertambah geram.
“Baiklah.. baiklah aku menyerah. Kalau begitu aku pergi dulu.. selamat tinggal nona jutek,” ucap pria itu sambil melambaikan tangannya. Dengan segera ia memperlebar langkahnya menjauhi Chorong. Takut jika sewaktu-waktu gadis itu memakannya hidup-hidup. Chorong pun begitu, ia segera meninggalkan tempat sebelumnya dengan perasaan sebal. Pria itu menghentikan langkahnya sejenak.
“Hey… aku lupa namaku Hyunseung..” teriak pria yang ternyata bernama Hyunseung itu.
“Aku tidak peduli..” ucap Chorong yang masih bisa-bisanya meladeni teriakan orang asing itu. Tanpa disadari Chorong tersenyum kecil dan merekatkan kembali jaket merah yang ia kenakan. Ia sampai lupa bagaimana cara orang tersenyum semenjak insiden yang memalukan itu. Chorong mendesah pelan “Sudahlah..”
To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar