Itu hanya halusinasimu, Tin!
Kalimat itu lagi, yahh kalimat itu
lagi yang muncul berkali-kali, setiap kali aku menceritakan kejadian aneh di
kosanku. Tak ada satu pun yang percaya dengan ceritaku ini. Setiap kali aku
menceritakan kejadian aneh itu, setiap itulah mereka akan menjawab ‘itu hanya
halusinasi’. Aku sudah sudah bosan mendengar jawaban itu. Aku yakin ini bukan
sekedar halusinasi tapi ini kenyataan. Kenyataan aneh yang selalu kudapatkan
semenjak aku menginjak kaki di kosanku ini.
Kamu tahu? Aku mengalami masa-masa
yang tak biasa selama tinggal di kosan menyeramkan ini. Kejadian pertama kali
adalah ketika aku tertidur. Tepat jam 12 malam aku terbangun tiba-tiba. Aku pun
merasa takut sendiri setelah bangun, padahal tidak ada apa-apa. Aku pun pindah
ke sebelah kamar temanku. Dengan mengenggam tanda tanya besar, mencari tahu
penyebab kenapa aku bangun dan merasakan takut secara tiba-tiba aku memutuskan
untuk tidur sembari memikirkan jawabannya.
Kejadian aneh itu tak sampai
disitu. Pernah, saat pulang dari rapat. Pada saat itu aku membeli makanan untuk
berbuka. Disebabkan buah rambutan yang lagi murah-murahnya, aku pun membeli
buah-buahan itu sebagai pencuci mulut. Sesuai dengan anjuran Rasul, berbukalah
dengan yang manis-manis! Saat sampai kamar aku melepaskan kedua benda yang
terbungkus plastik itu. Satu plastik berisi nasi bungkus dan jus alpukat, satunya
lagi buah rambutan. Rasanya, tidak enak juga berbuka sendirian. Biasanya,
selalu berbuka dengan keluarga. Tak ada dayaku untuk mewujudkan hal itu karena
rasa lapar yang berkecamuk di diriku, aku pun melahap semua makananku. Setelah
makan aku membuka laptop. Melanjutkan tulisanku yang akhir-akhir ini
terbengkalai. Merasa risih dengan badanku diakibatkan belum mandi aku pun
memutuskan untuk mandi. Saat mandi aku baru menyadari bahwa aku sempat membeli
rambutan dan belum sempat kumakan. Aku berniat untuk memakannya usai mandi.
Namun, kamu tahu apa yang terjadi? Rambutan itu tak ada sama sekali. Aku mencari
di setiap sudut kamarku, mencari di tempat sampah, dan mencari-cari ke tempat
yang memungkinkan keberadaan benda itu, hasilnya nihil. Rasa sakit itu muncul
saat aku menceritakan kejadian itu dan hanya dijawab ‘itu hanya halusinasi’.
Well, well
kejadian selanjutnya, aku sendiri juga masih bingung antara halusinasi atau
nyata, atau itu hanya mimpi belaka. Menurut tanggapan orang-orang yang
kuceritakan ‘itu hanya sekedar halusinasi’ tapi percayalah ceritaku ini tidak
mengada-ada. Kejadian itu adalah pada saat sedang tertidur. Tiba-tiba aku
bangun dengan sendirinya, tanpa satu pun orang yang membangunkanku. Yahh aku
memang bangun dengan sendirinya, kejadian yang berulang kali terjadi saat aku sedang
tertidur. Saat aku bangun. Aku melihat gumpalan awan biru di hadapanku. Tubuhku
masih terasa lemas namun aku berusaha meraih gumpalan biru itu. Gumpalan biru
itu semakin lama semakin terpecah menjadi lebih kecil dan semakin menjauh
hingga jendela kamarku. Kejadian kedua juga seperti demikian namun gumpalannya
kali ini berwarna kuning. Tetap seperti biasa saat aku menggapainya, gumpalan
itu terpecah dan menjauh. Well, mungkin itu adalah halusinasiku, itu
adalah bagian dari efek setelah bangun tidur.
Episode selanjutnya, kejadian aneh
itu terulang kembali. Kali ini bahkan mampu merugikanku karena uangku yang
menjadi sasarannya. Saat itu aku meletakkan 2 lembar 50 ribu dan beberapa
lembar uang receh di atas kasur. Setelah itu, aku membersihkan kamarku.
Menggantung handuk setengah basah ke penjemuran. Merapikan meja yang sudah
berserakan oleh buku-buku. Anehnya, dalam genggamanku ada selembar uang 50
ribu. Padahal kuyakin aku sama sekali belum pernah menyentuh barang yang
terletak di atas kasur itu. Aku kemudian mengembalikan benda tersebut ke
asalnya. Hal tak terduga terjadi, sisa uang di atas kasur itu tinggal beberapa
lembar uang receh. Uang 50 ribuaan itu kemana? Aku tersentak kaget dan
mencari uang itu. Lagi-lagi hasilnya nihil. Okelah kali ini aku bisa ikhlaskan
karena aku juga baru menyadari bahwa aku jarang bersedekah. Insiden kehilangan
uang tak sampai disitu saja. Kali ini beberapa lembar 10 ribu raib. Padahal aku
masih ingat terakhir kali aku meletakannya di atas rak buku. Anehnya, waktu
ketidaan uang itu aku masih stay di kamar, tak sedikit pun beranjak dari
ruangan itu. Kini aku mengeluh kepada teman-teman kosku dan menyatakan bahwa di
kosan itu ada tuyul. Sebagian dari mereka tak percaya karena itu hal yang
mustahil dan menyatakan ‘yang mengambilnya bukan tuyul melainkan orang’. Oke
kali ini aku bisa terima. Cukup logis juga, pernyataan-pernyataan dari mulut
temanku.
Aku menjalani aktivitasku seperti
biasanya. berangkat kuliah dengan buru-buru bersama kawanku. Sebelum berangkat,
aku memeriksa barang bawaan yang sekiranya wajib dibawa. Buku, hape, dompet,
sudah komplit. Aku mengambil beberapa permen yang tergeletak di atas meja,
permen ampuh yang mampu menghalangi kantuk. Saat aku sedang memasukkan permen
ke saku celanaku. Rasanya aku menemukan sesuatu yang mengganjal di dalamnya.
Aku mengeluarkan benda-benda itu. Tadaaa.. ternyata isinya adalah
lembaran uang 10 ribu yang kukira diambil oleh tuyul itu. Aku langsung teriak
sumringah karena duitku tak jadi hilang. Akibatnya, pada saat itu teman-temanku
tak mempercayai cerita aneh yang kualami. Menyebalkan! Kini aku menyerah. Aku
tak mau lagi menceritakan hal aneh kepada mereka lagi. Itu akan menjadi hal
yang sia-sia bahkan mereka akan terus mengejekku.
2 weeks later
Aku dengan langkah buru-buru keluar
dari kos-kosan. Aku sudah terlambat 30 menit, teman-teman pasti sudah
menungguku disana. Waduhhh, ini semua gara-gara temenku yang memintaku untuk
menemaninya belanja. Aku terus menggerutu sembari memperlebar langkahku keluar
ruangan. Saat aku menutup pintu kosan. Pintu itu seakan berat untuk ditarik. Aku
menariknya kembali namun pintu itu ditarik kembali dari belakang. Aku mencoba
untuk menarik dengan kedua tanganku, tarikan dari belakang tak berhasil aku
kalahkan. Pintu itu tetap tak bisa tertutup. Aku mengedarkan pandanganku ke
dalam ruangan. Tak ada siapa-siapa. Disana hanya ada beberapa motor yang
terparkir. Lalu siapa yang menariknya? Aku menutup kembali pintu itu
namun sia-sia pintu itu tetap ditarik dari belakang. Akhirnya aku menyerah, aku
tak punya waktu lagi untuk bermain dengan mahluk lain itu. Aku mengendarai
motorku dengan amat kencang. Saat aku sampai di sekre. Aku menceritakan
kejadian aneh tadi kepada rekan-rekanku. Kamu tahu jawaban mereka apa? ‘Itu
hanya halusinasi, Tin’. Jawaban yang tidak ingin aku dengar dari mereka. Lalu
siapakah yang bisa percaya denganku? Aku tidak menyuruh mereka apa-apa. Aku tak
menyuruh mereka meruntuhkan dunia. Aku hanya ingin mereka percaya denganku.
hanya itu yang kumau. Tapi kenapa mereka tak mau melakukan hal itu? Aku
mengerang sendirian. Lelehan air mata siap terjun ke pipiku. Aku segera
menghapus air mataku. Takut jika ada orang yang melihatnya.
Aku
melanjutkan tangisku di dalam kamar setelah pulang dari sekre. Satu-satunya
orang yang dapat percaya dengan ceritaku adalah ayahku. Aku mengirim pesan
kepadanya. Menceritakan kepadanya mengenai pengalaman aneh yang kulalui sampai
aku tertidur lelap. Di dalam tidur aku bermimpi berada di kamar rumahku. Aku
bangun sambil tersenyum puas. Merasakan kebahagian yang tak ternilai karena aku
sudah sangat rindu dengan suasana rumah. Aku keluar dari kamarku. Menghampiri
ibu yang sedang memotong-motong sayuran di depan teras. Aku menyapa ibuku dan
siap untuk memeluknya.
“Ibu..” seruku mendekatinya.
Ibuku berdiri untuk menyambut pelukanku. Langkahku
terhenti saat ibuku berubah menjadi sosok yang lain. Tiba-tiba angin dingin
melintas di telingaku. tepat pada samping kamar mandi pandanganku terhenti. Aku
terdiam, sosok ibu kini berubah menjadi sosok wanita asing yang tengah berdiri
disana. Aku tak bisa berkutik lagi. Aku seolah sudah terhipnotis oleh rasa
ketakutan. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku terasa kaku untuk digerakkan.
Jangankan untuk bergerak, untuk menarik nafas saja susah. Rasanya oksigen
enggan untuk masuk ke rongga hidungku.
Aku
sekali lagi meyakinkan arah pandangku. Kucoba menekuk kaki sebelah kiri.
Mengguncang-guncangkannya ke lantai. Kakiku bisa menyentuh lantai. Aku bisa
merasakan dinginnya lantai itu. Aku memperkeras guncangan kakiku, kali ini aku
merasakan kesakitan. Tidak!! Ini bukan mimpi, aku bisa merasakan kakiku
sakit. Lalu jika ini bukan mimpi, dimanakah aku sekarang ini? Aku
melebarkan pandanganku sekali lagi. Aku melihat tempat ini tidak asing. Aku
sekarang berada di depan kamar mandi kosanku. Sosok wanita di depanku masih
berdiri di hadapanku. Kali ini aku bisa melihatnya secara sempurna. Hal yang
dari dulu kutakutkan terjadi juga. Sosok itu terlihat jelas. Sepasang mata
hitam pekat yang sebagian tertutup oleh rambut using. Giginya memiliki taring
yang tajam. Kuku-kuku jarinya sungguh runcing. Ia mengenakan baju putih yang
sudah amat lusuh. Sepasang mata itu tetap menatapku tajam, seolah ingin
menunjukkan bahwa dirinya ada.
Tubuhku
mendadak melemas. Aku ingin teriak. Namun, gimana caranya?? Aku sudah tak
memiliki kekuatan lagi. Ingin berlari namun tubuhku seakan dipaku oleh rasa
ketakutan. Sosok itu kini tengah menyipitkan kedua matanya. Ia menaikkan
telunjuknya dan perlahan menempelkannya di depan bibirnya. Aku teringat sms
ayahku terakhir kali sebelum aku tidur.
“Sosok itu tidak akan mengganggumu selama kamu tidak
mengganggunya. Tetaplah tenang meskipun kamu takut. Toh nantinya, kamu
akan terbiasa dengan kehadirannya.”
Sosok itu berarti memberikan
isyarat agar aku tetap tenang. Aku mengangguk pelan tanda setuju dengan amanat
yang diberikan. Setelah melihat anggukanku, dia tersenyum dan melintas pergi.
Aku hanya mendesah lega. Dengan secepat kilat aku melesat ke kamar temanku.
Sejak insiden itu aku sudah
membiasakan diri untuk tenang melihat mahluk lain itu. Yang jelas ia akan
menunjukkan wujudkan setelah pukul 8 malam. Sosok itu akan menampakkan dirinya
di samping kamar mandi. Bermain sendiri dengan kondisi kaki kirinya yang
bengkak. Terkadang Ia berkunjug ke kamarku. Merangkak di langit-langit kamarku
sembari membiarkan rambut panjangnya tergurai menyapu ruangan. Bermain dengan
koper di sudut atas lemariku. Yahh. . aku sudah terbiasa dengan kehadirannya.
Aku dapat memaklumi semua itu. Satu hal yang perlu digaris bawahi, aku
mengalami semua ini dengan nyata bukan hanya sekedar halusinasi. Percayalah!!!
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar