Kamis, 22 September 2016

Blue Ocean: Taktik Pasar yang Cerdas

Melihat fenomena-fenomena persaingan industri di Indonesia saat ini sungguh sangat menarik. Dilihat dari cara pemasar melakukan promosi yang gencar dengan biaya melambung. Hal ini tentu mematahkan mental para industri kecil. Ada beberapa sebenarnya celah untuk bisa melawan pesaing raksasa yang telah menguasai pasar. Salah satu cara efektif adalah dengan tidak bertarung pada pasar yang telah ada namun pemasar keluar dari persaingan dan membuat segmen pasar baru. Fenomena inilah yang kita sebut dengan Blue Ocean Strategy (BOS). BOS merupakan salah satu wacana penting dalam manajemen strategis belakangan ini. Strategi ini diperkenalkan oleh professor asal Korea, Kim dan rekannya asal Perancis yaitu Maoborgne, tema ini ditulis berdasarkan kajian terhadap 150 langkah strategis dari sejak lebih dari seratus tahun lalu sampai sekarang di sekitar 30 perusahaan di seluruh dunia. Wow. Tema yang dikemas oleh professor asal INSEAD (sebuah lembaga terkemuka di bidang manajemen dan kebijakan di Eropa) mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memenangkan kompetisi secara kreatif.
Lalu apa sebenarnya blue ocean itu? Blue ocean pada dasarnya merupakan sebuah siasat untuk menaklukan pesaing dengan menawarkan produk inovatif yang selama ini dilupakan oleh pesaing. Blue ocean mendorong pelaku bisnis untuk memasuki arena pasar baru yang potensial. Perusahaan yang sukses bukan lagi menang perang melawan kompetitor tetapi karena mereka menciptakan sendiri ruang pasar tanpa adanya kompetisi dengan profit yang terus tumbuh.
Hal ini tentu berbeda dari red ocean yang memerangi kompetitornya. Kondisi red ocean di mana terjadi persaingan ketat untuk mendapatkan pasar yang sudah ada, menawarkan produk yang sama, dengan harga relatif sama, dan berada pada segmen pasar yang sama. Sehingga pertarungan produk red ocean membuat kompetisi hingga berdarah-darah. Melihat persaingan yang sengit membuat pelakunya bisa saja saling menghancurkan rivalnya.
Pada blue ocean yang justru kondisinya berlawanan. Strategi ini menantang perusahaan untuk keluar dari persaingan dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kompetisi pun tidak menjadi relevan. Strategi blue ocean mengikuti logika strategis yang disebut inovasi nilai. Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada biaya dan nilai pelangggan. Inovasi nilai terjadi hanya ketika perusahaan memadukan inovasi dengan utilitas, harga, dan posisi biaya.
Contoh blue ocean di Indonesia adalah dengan fenomena keberhasilan Yamaha Mio, saat motor jenis ini muncul sangatlah berbeda, karena pasar sepeda motor saat itu diramaikan oleh fitur yang konvensional dengan Honda sebagai pemimpin pasar, namun Yamaha Mio menggeser sang penguasa Honda dan membuat produk matic. Yamaha membidik segmen pasar baru yang dikhususkan untuk perempuan. Berkat produk inovatif yang ditawarkan Yamaha membuatnya sebagai penguasa pasar.
Blue ocean yang efektif diukur dari tiga kualitas, contoh yang terjadi pada maskapai penerbangan Air Asia. Implementasi yang diterapkan oleh maskapai asal Malaysia itu, yaitu: fokus: Air Asia  fokus pada tiga faktor yakni pelayanan yang baik, kecepatan, dan menerbangkan semua orang dengan point to point tanpa transit. Kedua, divergensi/gerak menjauh: jika pada maskapai penerbangan menyediakan fasilitas makanan dan terdapatnya tempat duduk kelas ekonomi dan bisnis, maka strategi itu cenderung memiliki profil yang sama. Sedangkan Air Asia tidak memberlakukan hal itu, jika ingin mendapatkan layanan lebih, maka ada tambahan pembayaran. Kemudian yang terakhir Air  Asia memiliki moto yang memikat: sebuah strategi yang baik memiliki moto yang jelas dan memikat dengan moto "Now Everyone Can Fly". Maskapai penerbangan Air Asia bisa menerbangkan semua orang dengan menawarkan biaya perjalanan yang murah baik perjalan dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan fenomena di atas tentu pemain pasar harus menyikapi secara lebih kreatif terutama dalam hal untuk menjadi pemimpin pasar. Pangsa pasar yang semakin menyusut karena daya beli yang lemah di tengah kompetisi yang semakin sengit sehingga menimbulkan perang harga. Oleh karena itu, inilah saatnya kompani berkesempatan untuk menciptakan inovasi nilai agar dapat berlabuh pada samudera biru. Bukankah lebih nyaman rasanya berenang di 'biru'nya lautan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar