Minggu, 25 September 2016

Kuatnya Tourism Branding Dilemahkan oleh Sampah

Baru-baru ini industri pariwisata menjadi salah satu industri terbesar dan tercepat dalam perkembangan pemasaran modern. Industri pariwisata sebagai salah satu penggerak penting bagi perekonomian dunia, bagaimana tidak? Pariwisata telah menjadi industri yang memiliki dampak multidimensional, di antaranya: membuka lapangan pekerjaan baru, menetaskan kemiskinan, hingga meningkatkan pendapatan daerah. Pengolahan pariwisata ini tentu harus ditindaklanjuti secara serius oleh stakeholders.
Bicara tentang pariwisata, kita tentu tidak lepas dari yang namanya branding. Dalam bisnis pariwisata branding memiliki peran penting dalam menciptakan pasar yang jitu. Dengan branding kita dapat menciptakan merek yang kuat dengan diferensiasi unik yang jauh berbeda dari pesaingnya sehingga menciptakan keunggulan kompetitif. Seperti halnya produk, pariwisata juga membutuhkan sebuah branding atau yang lebih dikenal dengan tourism branding (penciptaan merek) yang kuat sebagai destinasi dunia. Tujuan dari tourism branding ini tidak lain untuk menciptakan negara kita, negara tercinta Indonesia siap berkompetisi secara global.
Pada tahun 2011 Indonesia mulai mengenalkan tourism branding melalui event "Wonderful Indonesia", sebagai peringatan ke-100 kebangkitan nasional. Persaingan dalam menciptakan merek pariwisata semakin sengit. Apalagi jika melihat pariwisata Indonesia yang masih kalah dengan negara lain. Kemajuan pariwisata tidak hanya diukur dari jumlah kunjungan wisatawan, tapi lebih dari itu, Indonesia harus menciptakan ekuitas merek yang meliputi dimensi: perfoma, citra sosial, nilai, dan kepercayaan yang dilakoni oleh orang-orang di dalamnya.
Lalu bagaimana sebenarnya kemajuan pariwisata di negara kepulauan ini?
Negara kita, Indonesia memiliki banyak objek wisata yang bisa menyihir mata wisatawan seluruh dunia. Salah satu wisata populer yang menjadi incaran nomer satu adalah Pulau Lombok. Mendengar nama pulay itu bukanlah hal yang asing bagi kita sekarang ini. Pulau yang pernah dinobatkan sebagai wisata halal terbaik di dunia pada tahun 2015 silam tentu memilki keindahan alam yang menjadi perbincangan hangat bagi pelancong di dunia. Bisa jadi Lombok menjadi tujuan wisata yang wajib dikunjungi.
Pulau Lombok terletak di Provinsi NTB mulai ramai dikunjungi wisatawan setelah menggeser pulau tetangga, Bali. Lombok kini menjadi ikon wisata nasional bahkan mancanegara. Tingkat kunjungan yang terus menerus meningkat tentunya harus diimbangi dengan pengelolaan sumber daya alam yang baik. Salah satu hal utama dalam memberdayakan SDA adalah mengenai masalah kebersihan.
Pulau yang dikelilingi pantai indah dengan pasir putih, bebas dinikmati oleh publik namun kondisi yang kita lihat sekarang ini tidaklah begitu baik. Adanya sampah yang berserakan di pantai membuat keindahannya berkurang. Sampah yang berkeliaran di sekitar pantai sudah tidak karuan. Masyarakat membuang sampah sesuka hati, jadi bukan hal yang asing lagi bila kita menemukan tumpukan sampah di sekitar pantai. Khususnya di pantai Lombok Tengah saya sama sekali tidak menemukan tempat sampah, baik tempat sampah tradisional yang terbuat dari bambu maupun tempat sampah modern tak ditemukan. Gila ini pantai atau Bantar Gebang? Hal ini justru berlawanan sekali dengan keindahan pantainya. Rasanya pemerintah yang didukung oleh masyarakat belum siap secara mental untuk mengelola pantai. Kegagalan pengelolaan SDA salah satunya ditengarai oleh kegagalan masyarakat yang belum memiliki kapasitas dan kapabilitas mendorong stakeholder mengelola dan melindungi lingkungan.
Sebenarnya pemerintah sudah mengemas tourism branding dengan apik hanya saja pengelolaan pariwisata masyarakat sekitar yang belum memadai. Pulau Lombok telah memiliki alam yang begitu indah tetapi dinodai oleh sampah ibarat seorang gadis memakai ghincu mahal tapi belepotan. Percuma, esensi keindahan jadi minus. Karena apa? Tentu sampah menjadi masalah yang krusial karena mengganggu wisatawan dan berkaitan langsung  dengan masalah lingkungan. Banyaknya masyakarakat sekitar kurang peduli akan lingkungan hidup sehingga membuat alamanya yang indah menjadi tercemar, tentu yang diperlukan saat ini adalah kesadaran diri untuk bisa mengelola lingkungan dengan baik agar tidak berdampak ke hal-hal yang negatif.
Pengelolaan sampah yang kurang baik menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan juga manusia. Beberapa dampak negatif bagi lingkungan yaitu pencemaran udara, pencemaran air, dan dampak sosial lainnya. Sampah berlebih juga bisa berakibat negatif secara langsung kepada manusia seperti timbulnya berbagai macam penyakit kulit. Jika sudah tahu dampak yang disebutkan tentunya kita masyarakat jangan tebal telinga, sudah seharusnya dari dalam diri kita lebih peduli lagi bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik. Pengelolaan sampah tentunya harus dimulai dari diri sendiri, mulai membuang sampah pada tempatnya. Dengan adanya kesadaran tersebut tentu akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Lebih hematnya lagi pemerintah menyediakan TPS hingga TPA.
Dengan pengelolaan sampah yang baik tentunya akan memberikan pengaruh yang positif, dan tentunya dapat meningkatkan bargaining produk bagi pengembangan wisata Pulau Lombok. Anda tidak mau bukan tourism brandong Lombok melemah hanya gara-gara sampah. Demi menciptakan branding yang kuat tentu membutuhkan andil semua pihak. Pemerintah perlu bersinergi dengan masyarakat sekitar dengan sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan pengelolaan lingkungan dengan baik demi mewujudkan Pulau Lombok sebagai destinasi nomer wahid di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar